Langsung ke konten utama

Seperti Ali dan Fatimah


hai
terima kasih udah mendengarkan
dan
sabar ya,
dia gak akan kemana-mana kok,
yang udah dituliskan di tinta-Nya,
pasti akan ketemu,

meskipun kamu sekarang keesepian,
melihat teman2 udah gak sendirian,
tapi kamu hebat kok,
bisa menjaga cuma untuk yang halal nanti,
sabar ya,

tapi semesta tau,
kalo kamu pengen banget diperhatiin,
disayangin, dimanjain,
ngeliat temen lain udah pada dapat itu, gapapa kok,
bertahan aja,
gak usah iri, apalagi sama pasangan yg belum halal,

ohya, kamu tau kisah cinta palng romantis beberapa abad yg lalu?
mereka berdua sama-sama bersabar,
menahan rasa yg terus membuncah,
padahal rasa itu tumbuh udah mulai kecil,

kisah cinta mereka menyejarah,
kamu pasti iri,

sang lelaki, mulai memendam rasa,
ketika ia melihat bagaimana begitu sayangnya perempuan itu dengan ayahnya
namun, ia tak membiarkan rasa itu tersalah,
ia pendam dalam diam, menanti saat tepat untuk keluar mengungkap,

tau gak kamu,
sampai suatu ketika,
perempuan itu dilamar oleh sahabat sang lelaki,
yg jauh memiliki banyak kelebihan dibandingkan ia,

apa kata sang lelaki?
meskipun sakit, namun cinta berkata lain,
"inilah persaudaraan dan cinta, aku mengutamakan sahabatku atas diriku,
dia pasti bahagia bersama sahabatku"

itulah cinta,
mengutamakan org yang dicinta dibandingkan ego semata,

namun semesta berkata lain,
lamaran tersebut ditolak,
sang lelaki pun terheran,
sosok seperti apakah yg dicari ayahanda nya?

waktu bergulir, tak terhenti,
begitu juga rasa itu, tak mau memuai
namun, datang lagi kabar,
sahabat nya yang lain, yg juga jauh lebih dibandingkan sang lelaki,
melamar sang dambaan hati,

bagaimana jawabannya?
bukankah cinta itu merekalan kebahagian yg dicinta?
mencintai gak harus memiliki kan?
bukankah cinta itu pengorbanan?
jika itu lebih baik untuknya, kenapa tidak.

tahukah kamu?
lagi-lagi lamaran tersebut di tolak,

sang pemuda semakin terheran?
dua sahabatnya yang utama saja ditolak apalagi ia.
"kenapa tak kau coba saja," ujar teman sejawatnya
"aku? aku hanya pemuda miskin. apa yg bisa kuandalkan?"
"kami mendukungmu teman. tenang saja"
percakapan itu, melipat gandakan semangatnya.

akhirnya sang pemuda menghadap.
dengan keberanian dan persiapan matang.
dengan harap tak ingin mengotori rasa yang hinggap.
dnegan harap menguasahakan semesta utk membalas rasa.

dan ajaib
jawabann sang ayah adalah
"ahlan wa sahlan"
artinya, "selamat datang"

ngerti gak kamu arti jawabannya?
sang pemuda itu juga bingung kok. sama.
namun, setelah diceritakan ke teman-temannya.
arti jawabannya adalah "Iya, selamat datang di keluarga kami"
.
.
.
.
Cinta kok gitu banget ya.
kita udah merelakan, tapi kok dia dateng dengan indah dan menawan.
kita udah mengorbankan, tapi ia selalu memberikan kebahagian di waktu yg tepat.

satu lagi,
percakapan kedua muda mudi ini,
yg mau aku kasih tau ke kamu,
setelah mereka halal,
kata sang perempuan, "kakanda, maaf aku udah pernah mencintai orang lain sebelum menikah"
dengan muka sedikit kecewa, sang lelaki bertanya, "siapa?"
"Kamu, Ali bin Abi Thalib"
dengan hati membuncah, dan pipi memerah, ia menjawab, "aku juga mencintaimu, Fatimah Az Zahra"

kamu juga gitu ya,
seperti ali dan fatimah,
mereka gak mau merusak rasa yg suci dengan rasa yg tersalah,
mereka memilih memendam dan mempersiapkan diri,
sampai akhirnya, semesta lah yang menyatukan,
utk mereka bertemu di persimpangan jalan,
yang akhirnya setelah persimpangan itu,
kamu dan dia,
berjalan bersama,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Garis Misterius

Anggap saja dihadapan kita ada sebuah papan tulis, di tangan kita spidol merek ternama memaksa kita untuk menggambar sebuah garis panjang di depan. Garis tersebut memanjang mulai ujung papan sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan. Jika diukur, menggunakan pengukur yang ada di meja, menunjukkan angka satu meter. Lagi-lagi tangan kita terpaksa membagi garis panjang tersebut menjadi tiga bagian. Bagian pertama dan ketiga hampir sama panjanganya. Namun, tangan kita membuat bagian yang kedua, yang berada di tengah lebih kecil. Bahkan sangat kecil dibanding yang lain. "Tahukah kalian?" tiba-tiba suara muncul. Reaksi kita tentu kaget. Lah, bagaimana tidak, persepsi kita pasti kalau ada suara tanpa ada sumber suara berarti itu... "Tahukah kalian?" lagi-lagi muncul. "Ehh, enggak. Enggak tahu," anggap saja kita menjawab demikian. "Garis di papan itu adalah garis waktu." "Eh. Eh,,, iya, " anggap saja kita akting gu

1.1.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 1.1

 Bismillah walhamdulillah, washolatuwassalamu ala rosulillah, Kali ini saya akan share hasil pengerjaan tugas saya sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 8. Pada modul 1.1. Demonstrasi Kontekstual. Saya membuat karya infografis terkait pemikiran Ki Hajar Dewantara. Salah satu poin yang dibahas adalah tentang "Pendidikan yang berpihak pada murid."