Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

Dari Gencatan Senjata hingga Jebret!

Terhitung sudah dua kali dua puluh empat jam kami melakukan gencatan senjata. Satu musuh sedang melakukan tugas lain di daerah luar. Ia tidak memiliki koneksi cukup untuk bisa ber-internet ria sekedar untuk menyetor tulisannya di blog. Maka alasan itu bisa diterima dengan syarat harus mengumpulkan juga tulisan-tulisan yang belum terkumpul setelah mendapatkan koneksi. Satu musuh lainnya kehilangan senjata utamanya. Entah apa yang terjadi senjata utamanya sekarang menginap di tempat perbaikan senjata. Senjata ini bukan senjata sembarangan. Ia tak berdegum mengeluarkan peluru dari moncong kecilnya, ia tak juga bisa menyayat benda-benda dengan tubuhnya yang tajam. Ia hanya terdiri dari tombol-tombol yang beraturan. Layar yang mengeluarkan sinar. Biasanya orang-orang awam menyebutnya laptop. Iya, laptop sebagai senjatanya ternyata sedang mengalami kegalauan. Hingga harus dibawa dan dirawat inap di tempat servis. Kita doakan kesembuhannya.

Sebelum Kena Hukuman Lagi

Kalau kalian tau tema tulisan kali ini adalah deadline. Entah kenapa terpikir itu, barangkali karena memang deadline menyetor tinggal beberapa jam lagi tapi salah satu dari kami belum ada yang mengusulkan tema apa yang mau dibuat tuk hari ini. Maka demi menjaga ketentraman dunia, saya putuskan dengan berwibawa dan bijaksana temanya yaitu deadline. Tapi unik ketika saya mengetik itu di hape tadi. Setelah selesai mengetik pesan yang benar-benar singkat, “Tema ‘deadline’”, kemudian ingin menekan tombol “kirim” terhenti sejenak. Apa yang bisa ditulis dengan ‘deadline’? Ah Entahlah. Tapi bagaimana kalau dikasih tambahan. Maka menjadi, “Tema ‘deadline/death line’”. Saya sendiri pun gak yakin kalau itu ada artinya atau tidak. Atau apakah tulisan death line itu dibenarkan dalam aturan tata bahasa inggris. Beruntung saya bukan pakar bahasa inggris, jika tidak pasti saya tidak akan bingung. Maka baiklah kita isi tulisan kali ini dengan meracau sesukanya. Berkicau sesukanya. Layaknya burung yan

Bicara Bisyarah dan Masa Depan

Saat itu ketenangan di Jazirah arab kembali normal. Hanya saja tersisa orang-orang Yahudi yang menerima kehinaan dan pelecehan karena ulah mereka sendiri yang berkhianat, berkonspirasi, dan melakukan makar-makar jahat untuk membinasakan kekuasaan kaum muslimin dari dalam negeri madinah. Setelah mereka lari ke Khaibar, mereka hanya menunggu-nunggu apa yang terjadi terhadap kaum muslim, tapi ternyata kaum muslim semakin berjaya, semakin mantap. Maka Yahudi kembali tersulut api kemarahannya. Lagi, mereka merencanakan makar-makar jahat. Tidak. Tidak langsung ingin menyerang Madinah begitu saja. Tak akan berani mereka dengan kekuatan muslim saat itu. Maka mereka membuat strategi-strategi jitu dengan sembunyi dan hati-hati. Yang utama yang mereka lakukan adalah menghimpun dukungan dari Quraisy Mekkah. Mereka mendorong agar orang-orang Quraisy Mekkah mau bersama bahu-membahu menghancurkan eksistensi Islam saat itu. Maka dengan senang hati kaum Quraisy menyetujuinya. Ini kesempatan baik bagi

Kuncinya adalah Saingan

Dulu ketika saya ingin sekali mengikuti jejak Kakek Jamil yang mengkonsistenkan diri menulis sehari satu kali sempat dapat beberapa kali saya bisa meniru. Kalau gak salah bisa sampai tiga atau empat hari. Setelah itu langsung gak pernah lagi. Terhenti dan kembali ke kebiasaan lama, menulis kalau sedang mood dan kalau sedang ada deadline. Maka setelah beberapa waktu dan jaman, saya mencari-cari bagaimana supaya bisa menulis rutin. Menjadikan ia kebiasaan yang terinstall ke dalam diri. Bagaimana bisa ingin jadi penulis handal, profesional, tapi menulis pun dalam sehari tak ada. Kata Pa Felix dalam buku ‘Habits’ nya,  jika ingin profesional di satu bidang harus melakukan suatu hal itu dengan berulang-ulang terus. Kalau kata Kek Jamil di buku ‘ON’, keahlianmu adalah pekerjaan yang paling banyak menghabiskan waktumu dalam sehari. Dan Alhamdulillah saya menemukan cara nya. Dan mudah-mudahan ini bisa bertahan lama. Toh sampai sekarang hari ke sepuluh sudah teruji kerutinan menulisnya.

Islam Ajarkan Peduli

Ada sesuatu yang menarik perhatian saya ketika pertama kali sholat shubuh berjama’ah dengan jama’ah disini setelah saya pindah dari jawa ke kalimantan. Yang saya salut, kaget, ketika di hari jum’at shubuh. Musholla yang biasa saya singgahi tuk sholat berjama’ah itu penuh sesak. Hingga keluar teras. Di hari lain mungkin mencapai empat atau lima shaf. Barangkali karena di setiap Jum’at shubuh musholla ini merutinkan untuk membaca surat as-sajadah di raka’at pertama, sehingga diikuti oleh sujud sajadah, dan diraka’at kedua membaca surat al-insan. Setelah itu di tiap Jum’at shubuh juga dzikir setelah sholatnya lebih lama dari biasanya, hingga matahari menunjukkan sinarnya. Ditutup dengan suguhan kopi hangat dan kue kecil. Mungkin itu yang membuat jum’at shubuh di mushola saya spesial. Bukan cuma itu juga yang menarik perhatan saya waktu pertama kali. Ada satu amalan yang dibaca setelah sholat. Sebuah do’a yang menunjukkan kepedulian sesama muslim. Saya pertama kali mengikutinya bingung k

Pak Haji Sholeh dan Bank

Karena sedang dekat-dekatnya dengan musim haji, karena sedang dekat-dekatnya dengan hari raya qurban, maka pak Haji Soleh ingin berkurban membeli seekor kambing. Saat itu ia tidak punya uang cukup untuk membelinya, maka ia terpikir dengan bank. Mudah sekali mencari uang di zaman sekarang, cukup anda menandatangani beberapa kertas di sebuah tempat yang full ac dan karyawannya cantik dan ganteng maka uang yang anda inginkan bisa berada di tangan hari itu juga. Anggap saja di negeri Pak Haji Sholeh harga kambing saat itu 1 juta. Maka beliau meminjam uang di bank 1 juta. Dihari sebelumnya Pak RT di negeri itu habis memenangkan hadiah undian yang sering muncul di tivi-tivi. Tidak menyangka sama sekali beliau bakalan dapat hadiah itu, toh ia hanya mengirim sms cuma sekali dan iseng-iseng saja. Tapi takdir berkata Pak RT menang undian itu. Undian yang bernilai uang 1 juta. Tak pernah memegang uang sebanyak itu maka ia terpikir dengan bank. Mudah saja tinggal menandatangani beberapa kertas P

Tobatnya oleh kejujuran Ulama’

Innalillahi wa innalillahi roojiuun, Indonesia kembali berduka dengan wafatnya Habib Munzir (Minggu, 15/9/2013), seorang yang mendirikan Majelis Rasulullah yang di setiap pengajiannya selalu diikuti oleh ratusan bahkan ribuan jama’ah. Majelis Rasulullah adalah salah satu kelompok pengajian yang cukup populer di Jakarta. Majelis ini didirikan pada tahun 1998 oleh Habib Munzir. Semoga Allah menerima amal beliau, dakwah beliau, dan mengampuni dosa-dosa beliau, serta tempatkanlah beliau di jannah-Mu yang tinggi, bersama para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan para shalihin. Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin. “Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al- Iman dari Abu Darda') 1 Sungguh hadirnya seorang ulama’ di tengah-tengah umat adalah ba

Sudahlah

Baiklah kawan, setelah beberapa hari yang lalu saya terkena hukuman karena ketiduran sehingga gak sempat nyetor, maka kemarin ketika saya sudah selesai menulis dan ingin di aplod ke blog ternyata kuota internet sudah habis dan akhirnya kena lagi hukuman kedua. Padahal hukuman pertama belum terbayar, eh sudah kena lagi yang kedua. Padahal lagi saya lo yang mencetuskan dan menggebu-gebu bikin program kayak gini, eh saya juga yang kena hukuman paling banyak. Maksudnya ini apa ya? Sudah gitu, yang hari ini temanya aneh pula. Istri sholeha’. Apa coba maksudnya? mau menyalakan kompor supaya kebakaran? atau atau atau yang lain. Paling-paling ya ayat-ayat yang sudah biasa keluar, misal seperti “ Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)….. ” ada tertulis di Al-qur’an surah an-Nur

Masa Lalu Kakek Jar

“Sepertinya sebentar lagi Nak…” orang tua itu tersenyum simpul sejak tadi ia menceritakan kisah hidupnya. Meskipun sedang terbaring lemah di atas ranjang itu tapi entah kenapa sejak siuman kemarin mukanya terus menampilkan wajah yang berseri-seri. “Apanya Kek yang sebentar lagi?” salah seorang anak yang sejak malam tadi menunggu tepat di samping Kakek itu kini bertanya penasaran. Anak muda berbadan tegap tinggi ini memang akrab dengan kakeknya semenjak remaja. Ia yang sering mendengarkan kisah-kisah kakek sewaktu muda meskipun selalu terkesan di ulang-ulang seperti sebuah kaset rusak. Pernah sesekali Kakek bercerita tentang masa mudanya yang begitu gelap gulita tanpa arah. Kakek yang akrab dipanggil Kakek Jar ini dulunya adalah pejudi ulung. Setiap kali ia bermain entah dapat keberuntungan dari mana ia selalu menang. Membawa uang hanya ratusan ribu, pulang dari sana bisa berkali-kali lipat. Itu masa seumur anak-anak SMA. Jadi kalau ia terlambat sekolah atau di hari itu

Tempe

Karena kapok kemarin gak sempet nyetor tulisan, maka saya mencoba kembali menulis di pagi hari. Setelah kemarin menunda dan merencanakan nulis malam ternyata ketiduran. Ya, memang karena agak kurang enak badan kemarin.( alasan ..!! ). Entah bagaimana caranya, saya paksakan menulis di pagi hari. Pertama, memang saya terbiasa menulis di pagi hari karena pikiran masih segar dan tidak mengantuk. Kedua, karena pikiran masih segar dan tidak mengantuk makanya saya membiasakan menulis di pagi hari. Dan kedua pernyataan barusan sebenarnya sama saja. Karena tidak nyetor kemarin, sebagai konsekuensinya saya di hukum sesuai kesepakatan awal. Hukumannya sederhana, mentraktir makan penyetor pertama di hari itu. Rencananya sih saya ingin mentraktir dia nasi putih dengan iwak tempe ditaburi kecap manis bisa juga ditambah kerupuk. Tapi apa daya, ternyata tempe langka dan mahal. Jadi saya mengurungkan niat. Merenung kembali di kamar, apalagi makanan yang murah dan bisa masuk kriteria “mentraktir makan”

Parameter

Di tengah asyiknya berkutat dengan laporan, eh keingat sama program sehari satu tulisan. Jam sudah bersedia ikhlas menunjukkan pukul 10.49 WITA kalau merujuk di jam laptop yang berada di pojok kanan bawah layar laptop. ‘Garis mati’ program sehari satu tulisan ini jam 12 malem sob. Sudah kayak cinderella aja kan, kalau sudah jamnya habis gue bakalan lari-lari keluar rumah, terus dengan tidak sengaja atau kalau bisa dengan sengaja (supaya sama seperti di cerita) sepatu gue jatuh. Dan gue nyeker jalan ke rumah. Kan gak lucu! Pertama, cinderela itu cewek. Kedua, cinderela itu kan cuma dongeng. Ketiga, gue gak mirip cinderella kok. Kalau kemarin gue yang lagi di kamar mandi, merenung sejenak untuk mencari-cari tema dan akhirnya ketemu tema yaiut “air”, maka hari ini ternyata rival gue nentukan temanya adalah “halal”. Entah dia lagi merenung di mana sehingga kepikiran untuk memutuskan tema tulisan hari ini tentang “halal”, gue nebak sih dia habis beli coklat di supermaket terus memutar-mut

Air Keajaiban

Menurut kamus besar bahasa indonesia, air dikategorikan sebagai kata benda ( noun). Disebutkan definisi pertama dari air adalah cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yg terdapat dan diperlukan dl kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yg secara kimiawi mengandung hidrogen dan oksigen. Adapun definisi keduanya masih menurut KBBI, benda cair yg biasa terdapat di sumur, sungai, danau yg mendidih pd suhu 100 o C. Itu menurut buku KBBI, kita liat lagi definisinya menurut para ahli. Menurut Robert J. Kodoatie, air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Menurut Sitanala Arsyad, air adalah senyawa gabungan antara dua atom hidrogen dan satu atom oksigen menjadi H2O Menurut Eko Budi Kuncoro, air merupakan suatu senyawa kimia sederhana yang terdiri atas 2 atom hidrogen (H) dan 1 atom Oksigen (O). Air mempunyai ikatan Hidrogen yang cenderung bersatu padu untuk menentang kekuatan dari luar yang akan memecahkan ikatan-ikatan ini. Menurut Sayyid Quth

Belajar dari si Plankton

Hampir setiap pagi tivi menyala dengan channel ke arah glo*** tv. Apa yang dilihat? Spongebob. Biasanya jadwalnya setelah shubuh, tilawah bentar, terus setel tivi liat khazanah. Nah, setelah itu pasti adik-adik saya sudah selesai mandi bersiap sekolah. Sambil sarapan biasanya mereka menonton tivi. Ya yang di tonton si spongebob itu. Makanya ketika kami membuat program menulis satu tulisan tiap hari dengan tiap harinya bertema, saya langsung mengambil tema spongebob. Entah jadi apa tulisan saya kali ini. Kita liat saja. Pagi ini kebetulan minggu pagi. Si Faiz yang sekarang di sebelah saya melihat saya memijat-mijat tombol keyboard komputer memprotes paragraf pertama. “Sekolah? kan hari ini hari minggu! Huuu….!” Lantas saya jawab, “kan disitu gak ditulis kalau sekolahnya hari ini. Huuuu…. !” Spongebob tadi pagi tentang episode kegigihan plankton mencuri resep krabby patty. Sudah banyak sekali episode-episode spongebob yang menceritakan plankton yang ingin mencuri. Dari banyak itu seba

Passion? Hobby?

Kalau pernah menonton episode spongebob, yang tayangannya itu di shoot seorang warga negara bikini bottom, dengan posisi yang sama. Kemudian latar nya berubah dari latar di dalam rumah, kemudian berubah lagi latarnya di dalam mobil yang terjebak macet, kemudian di kantor, dan akhirnya kembali lagi latarnya ke dalam rumah. Ingat gak? Ah, yang jarang nonton sponge bob ya pasti gak tau. Jadi gak usah di jawab ya, dibayangin aja gimana. Maksudnya apa paragraf pertama di atas? Tayangan itu ingin menunjukkan bahwa si ikan warga bikini bottom itu bosan dan muak dengan rutinitasnya setiap hari. Yang memang itu-itu saja, mulai dari bangun tidur, kemudian terjebak kemacetan,  di kantor, akhirnya kembali lagi ke rumah. Besoknya? mengulangi nya lagi. Jika sudah hari libur, baru membalas. Mungkin tidur seharian, di depan tivi seharian, ngabisin duit seharian, dan lain-lain. Itu pagi sampai siangnya. Sorenya? kembali lagi, “Aseemmm…! Besook senin lagi ….!!“ Bagaimana rasanya? Bosan! bekerja dan

Mereka (KKN Bercerita)

Setelah beberapa detik, menit, jam berlalu akhirnya saya menemukan ide untuk ditulis kali ini. Dengan mencari-cari ke sana kemari seperti orang yang kehilangan uangnya, dari membuka laptop, melihat-lihat foto, terus mencucuk modem, buka-buka twitter sebentar, facebook, masih belum dapat juga. Sampai-sampai update status facebook dulu, terus ‘menulak-akan’ adik sekolah, terus kembali lagi ke depan laptop, dan akhirnya dapat. Sebelum hilang lagi, saya langsung saja menulis yang tidak karuan seperti paragraf di atas. Cukup tidak penting sebenarnya paragraf di atas itu. Kalau saja blog ini punya editor pasti sudah di hapus dan gak bakalan dimuat paragraf pertama itu. Apalagi paragraf yang sedang kalian baca ini. Sungguh tak penting. Anak-anak. Mungkin itu yang membuat sebagian dari kami akan rindu dengan desa Baliangin selain suasana dan pemandangannya. Kalau suasananya, biasanya jam-jam segini kalau lagi nganggur, masih saja ada yang tidur, ada juga yang sudah cuci-cuci baju, ada juga y

Rezeki Tak Terduga (KKN Bercerita)

Kalau dibilang seperti orang pindah rumah, mungkin seperti itulah kami. Bagaimana tidak? Mulai dari kompor, piring, gelas, wajan, ceret, baskom, gayung, sendok, reskuker, semua peralatan dapur sampai kasur, bantal, guling pun ada. Itu karena kami hanya disediakan dua rumah kosong tanpa peralatan apapun, yang satu kantor dengan meja, lemari, dan kursi kantor. Yang satunya lagi bener-bener rumah kecil yang kosong. Tapi itu alhamdulillah lah, gak usah bayar sewa, cuma bayar listrik aja. Toh kita harus tetap bersyukur kan. Urusan makan cukup rumit. Di desa itu hanya satu ada warung makan, itupun kami baru menyadarinya di akhir-akhir masa KKN kami. Dan lokasinya agak jauh, bersampingan dengan masjid. Sampai akhir masa KKN pun kami belum ada singgah ke sana. Kami makan dengan hasil keringat masakan sendiri. Alasan utamanya yaitu tuk menghemat pengeluaran kas kelompok. Kas kami habis untuk menyewa pick up mengangkut barang-barang yang sudah kayak orang mau pindah rumah itu tadi. DI bulan pu

Beberapa Kegagalan (KKN bercerita)

Sebenarnya ketika sebelum KKN dimulai saya memiliki beberapa target yang ingin dicapai. Bukan hanya sekedar nilai yang ternyata begitu mudah didapat. Tapi ada beberapa target pribadi, salah duanya itu membuat perpustakaan mini dan satunya lagi saya membuat buku bercerita tentang KKN ini. Ternyata eh ternyata takdir berkata lain, entah sejak kapan yang namanya takdir itu bisa berbicara tapi yang jelas ia berkata lain. Keduanya tidak ada yang terpenuhi. Yang perpus mini terkendala dana, sehingga mulai awal sudah tidak diprioritaskan untuk dikerjakan. Yang membuat buku targetnya saya menulis satu kali sehari di sana, tapi takdir berkata lain lagi, hanya empat tulisan yang saya dapat selama di sana. Maklum masih belum menemukan tempat yang PeWe. Lagipula setelah dipikir-pikir siapa yang mau beli buku begituan, paling-paling adek saya, temen satu kelompok, udah. Nah sisanya….. Maka saya coba ceritakan saja kepingan memori-memori itu di blog butut ini. Kan kalau di sini terserah saj