Dulu ketika saya ingin sekali mengikuti jejak Kakek Jamil yang mengkonsistenkan diri menulis sehari satu kali sempat dapat beberapa kali saya bisa meniru. Kalau gak salah bisa sampai tiga atau empat hari. Setelah itu langsung gak pernah lagi. Terhenti dan kembali ke kebiasaan lama, menulis kalau sedang mood dan kalau sedang ada deadline.
Maka setelah beberapa waktu dan jaman, saya mencari-cari bagaimana supaya bisa menulis rutin. Menjadikan ia kebiasaan yang terinstall ke dalam diri. Bagaimana bisa ingin jadi penulis handal, profesional, tapi menulis pun dalam sehari tak ada. Kata Pa Felix dalam buku ‘Habits’ nya, jika ingin profesional di satu bidang harus melakukan suatu hal itu dengan berulang-ulang terus. Kalau kata Kek Jamil di buku ‘ON’, keahlianmu adalah pekerjaan yang paling banyak menghabiskan waktumu dalam sehari.
Dan Alhamdulillah saya menemukan cara nya. Dan mudah-mudahan ini bisa bertahan lama. Toh sampai sekarang hari ke sepuluh sudah teruji kerutinan menulisnya.
Satu kata kuncinya adalah saingan. Jika ingin meningkatkan kualitas adalah mencari saingan. Maka saya menemukan jawabannya kenapa dulu menulis rutinnya terhenti karena memang tak ada saingan. Kalau membaca buku best sellernya Kang Fuadi, Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, Rantau 1 Muara diceritakan tokoh utama dalam novel itu, Alif, memiliki sahabat yang sekaligus menjadi saingan seumur hidupnya. Dan itulah yang membuat Alif bangkit dan mengejar mimpi-mimpinya.
Lantas apakah ada efek sampingnya? Ya ada! Efek dari rutinittas menulis tiap hari ini adalah saya tak bisa lagi tidur lebih cepat malam hari. Saya harus memikirkan tulisan apa yang mau saya buat hari ini dengan tema itu. Kemudian ketika sudah di depan laptop, ketika yang mau saya tulis membutuhkan referensi maka di samping saya mengetik tuts-tuts keybord pasti di samping kiri saya ada dua sampai tiga buku. Sebagai contekan.
Komentar
Posting Komentar