Hampir setiap pagi tivi menyala dengan channel ke arah glo*** tv. Apa yang dilihat? Spongebob. Biasanya jadwalnya setelah shubuh, tilawah bentar, terus setel tivi liat khazanah. Nah, setelah itu pasti adik-adik saya sudah selesai mandi bersiap sekolah. Sambil sarapan biasanya mereka menonton tivi. Ya yang di tonton si spongebob itu.
Makanya ketika kami membuat program menulis satu tulisan tiap hari dengan tiap harinya bertema, saya langsung mengambil tema spongebob. Entah jadi apa tulisan saya kali ini. Kita liat saja.
Pagi ini kebetulan minggu pagi. Si Faiz yang sekarang di sebelah saya melihat saya memijat-mijat tombol keyboard komputer memprotes paragraf pertama. “Sekolah? kan hari ini hari minggu! Huuu….!” Lantas saya jawab, “kan disitu gak ditulis kalau sekolahnya hari ini. Huuuu…. !”
Spongebob tadi pagi tentang episode kegigihan plankton mencuri resep krabby patty. Sudah banyak sekali episode-episode spongebob yang menceritakan plankton yang ingin mencuri. Dari banyak itu sebagian besar si plantkon gagal terus. Tadi pagi pun gagal. Padahal ia sudah sempat melawan dengan menguasai termostat di krusty krab. Melihat krusti krab banjir, ia memutar termostat nya ke arah minus banyak derajat. Sehingga si tuan krab yang ingin menangkapnya seketika beku. Diputarnya lagi ke arah positif, berubah kembali krusty krab menjadi banjir. Diputar lagi ke beku, lebih banyak lagi orang-orang yang membeku.
Sampai ia akhirnya kalah karena membeku sendiri. Lantas dengan kecerdikan tuan krab, memanfaatkan kejadian tadi krusty krab diubah menjadi restoran berair. Seperti sebuah kolam renang yang menyediakan kraby patty. Pelanggannya menaiki perahu-perahu kecil, memesan makanan dan memakannya di perahu. Ide menarik untuk sebuah restoran.
Plankton. Mekipun dalam perannya di sana ia berlaku jahat ingin mencuri. Tapi tetap coba kita zoom in ia lebih. Di cerita tadi, atau dicerita-cerita kegagalannya yang lain, ia selalu berkata di akhir, “Tungguu pembalasanku Kraabbbb !!!”, atau, “Lain kali aku akan kembali dengan resep itu, Kraaabbb…!!” Hebat bukan? Ia memiliki sifat yang pantang menyerah. Meskipun untuk jalan mencuri. Hha… Kegagalan-kegagalannya tak menyurutkan semangatnya. Bahkan sempat diejek oleh istri robotnya bahwa ia akan gagal lagi. Tapi tetap dengan sosok yang gagah dengan membusungkan dada, ia tetap melaju.
Ya, dan akhirnya kita menemui beberapa episode yang ia hampir berhasil.
Lantas apa yang mau saya sampaikan? Sepertinya ini menuju ke arah bagaimana kita menyikapi kegagalan ya. Yang pasti jangan sampai kegagalan membuat berhenti mencapai cita. Justru bersahabatlah dengan kegagalan, kalau kata ilmuwan dulu, “setiap saya gagal, justru itulah keberhasilan saya menemukan rumus yang salah.”
Alkisah terdapat seseorang yang dikeluarkan dari perguruannya dikarenakan nalarnya yang dianggap tidak mumpuni untuk mengikuti setiap pelajaran dewan gurunya. Kini usianya menginjak kepala empat. Padahal mulai sejak kecil ia mempelajari bahasa arab namun hingga usia itu ia belum mampu menguasainya. Padahal pelajaran itu digunakan sebagai syarat untuk mempelajari pelajaran-pelajaran yang lainnya.
Di tengah keputus-asaannya itu ia memilih untuk menyendiri di sebuah gua. Sepi, senyap. Gelap mencekam. Namun ada sesuatu yang mengusik dirinya saat itu. Bunyi tetesan air yang sedari ia datang terus terdengar lembut. Kemudian dilihatnya, tetesan itu jatuh tepat di sebuah batu yang berlubang. Takjub seketika.
Ia amati lebih dekat. Ia coba menjulurkan tangannya untuk menahan tetesan air tersebut. Tidak. Tidak begitu kuat. Justru tetesan itu amatlah kecil, sedikit, lembut menetes ketangannya. Namun kekonsistenan tetesan itu membuat batu keras bisa berlubang. Luar biasa!
Seketika ia langsung berdiri. Ia bertekad untuk meneruskan perguruannya apapun yang terjadi. Ia mengurungkan niat awalnya yang ingin pulang. Dengan semangat baru, dibantu oleh tetesan air yang ia lihat, dalam usia 40 tahun ia kembali memulai belajar dengan intensitas yang lebih dari sebelumnya.
Subhanallah! pada akhirnya ia bukan hanya terampil berbahasa arab, ia menjelma menjadi sosok ulama yang namanya terkenal hingga saat ini. Yang saya pun mengenal pertama kali melalui training motivasi beberapa tahun yang lalu. Beliau dikenang karena mampu menulis 282 buah kitab sebelum wafatnya. Salah satu kitab beliau yang menjadi rujukan kitab syarah dari Shahih Bukhari, kita kenal dengan nama Fathul Baari. Atau kitab lainnya seperti kitab Bulughul Marom min Adillatil Ahkam.
Beliau dikenal sekarang sesuai dengan kejadian saat di gua. Anak batu. Yang jika kita translate ke bahasa arab menjadi Ibnu Hajar. Kemudian kita kenal beliau dengan Ibnu Hajar Al-Asqalani.
Maka janganlah menyerah ketika kegagalan datang. Justru kita sambut dengan senyum sumringah karena itu berarti sebentar lagi kita menuju kesuksesan impian. Ada juga yang mengatakan antara impian dan sekarang ada rentang waktu. Dalam rentang waktu itulah diisi dengan ikhtiar dan tawakal serta sabar yang banyak. Jangan pernah menyerah di tengah jalan, karena ini bukanlah lomba lari jarak pendek yang membutuhkan kecepatan saja, tapi ini lomba lari jarak jauh, yang membutuhkan kekuatan untuk bertahan lebih lama.
Belajarlah dari plankton yang pantang menyerah.
Komentar
Posting Komentar