Di tengah asyiknya berkutat dengan laporan, eh keingat sama program sehari satu tulisan. Jam sudah bersedia ikhlas menunjukkan pukul 10.49 WITA kalau merujuk di jam laptop yang berada di pojok kanan bawah layar laptop. ‘Garis mati’ program sehari satu tulisan ini jam 12 malem sob. Sudah kayak cinderella aja kan, kalau sudah jamnya habis gue bakalan lari-lari keluar rumah, terus dengan tidak sengaja atau kalau bisa dengan sengaja (supaya sama seperti di cerita) sepatu gue jatuh. Dan gue nyeker jalan ke rumah. Kan gak lucu! Pertama, cinderela itu cewek. Kedua, cinderela itu kan cuma dongeng. Ketiga, gue gak mirip cinderella kok.
Kalau kemarin gue yang lagi di kamar mandi, merenung sejenak untuk mencari-cari tema dan akhirnya ketemu tema yaiut “air”, maka hari ini ternyata rival gue nentukan temanya adalah “halal”. Entah dia lagi merenung di mana sehingga kepikiran untuk memutuskan tema tulisan hari ini tentang “halal”, gue nebak sih dia habis beli coklat di supermaket terus memutar-mutar coklatnya mencari logo halal. Nah dari perilakunya itu bisa jadi dia jadi nentui temanya tulisan hari ini itu “halal”. Ya gue sih gak tau juga bner kagaknya.
Oke jam terus bergulir, tulisan ini harus selesai sebelum jam 12. Jadi gue harus maksa-maksa in supaya tulisan ini ada sangkut pautnya sama satu kata yang terdiri dari lima huruf itu, “halal”.
Kata Ustadz yang gue kenal, sebagai seorang muslim kita kudu bertindak sesuai perspektif islam. Memandang kehidupan menggunakan kacamata islam. Mempunyai paradigma berpikir, paradigma berpikir islam. Maksudnya gimana?
Jadi begini, seorang muslim sepatutnya ia berperilaku dengan penuh kehati-hatian. Ia sadar bahwa pertanyaan mendasar seorang muslim ketika ditanya, “apa sebenarnya tugasmu di dunia ini?” maka ia tahu jawabannya, “beribadah kepada Allah”. Darimana ia bisa menjawab itu? dari Al-Qur’an. Ia tahu bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidupnya. Tutorialnya untuk menjalani kehidupan di dunia. Maka sudah sepantasnya ia selalu mengacu kepada Al-Qur’an.
Seorang muslim akan melakukan setiap aktivitasnya mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali menggunakan parameter yang berbeda dari yang lain. Parameter kehidupannya adalah halal-haram. Ia bertindak berdasarkan halal-haram. Ketika ia menghadapi suatu aktivitas yang akan dikerjakan, maka ia akan berpikir apakah ini halal atau haram. Itu cukup. Tidak perlu ia membahas aktifitasnya itu akan membuat orang suka atau tidak suka atau yang lainnya. Ketika ia yakin itu halal dan boleh dilakukan maka ia akan melakukannya dengan niat ‘ibadah’ kepada Allah. Jika tidak (haram), maka ia akan segera menjauhinya, dan mencampakkannya.
Begitulah seharusnya seorang muslim. Ia mempunyai qiyadah fikriyah (kepemimpinan berpikir) islami. Ia mengendepankan urusan boleh-tidak boleh, suka-tidak suka itu menurut pandangan Allah dan rasulNya. Ia beraktivitas sesuai paramater keislamannya, halal-haram.
Kalau kemarin gue yang lagi di kamar mandi, merenung sejenak untuk mencari-cari tema dan akhirnya ketemu tema yaiut “air”, maka hari ini ternyata rival gue nentukan temanya adalah “halal”. Entah dia lagi merenung di mana sehingga kepikiran untuk memutuskan tema tulisan hari ini tentang “halal”, gue nebak sih dia habis beli coklat di supermaket terus memutar-mutar coklatnya mencari logo halal. Nah dari perilakunya itu bisa jadi dia jadi nentui temanya tulisan hari ini itu “halal”. Ya gue sih gak tau juga bner kagaknya.
Oke jam terus bergulir, tulisan ini harus selesai sebelum jam 12. Jadi gue harus maksa-maksa in supaya tulisan ini ada sangkut pautnya sama satu kata yang terdiri dari lima huruf itu, “halal”.
Kata Ustadz yang gue kenal, sebagai seorang muslim kita kudu bertindak sesuai perspektif islam. Memandang kehidupan menggunakan kacamata islam. Mempunyai paradigma berpikir, paradigma berpikir islam. Maksudnya gimana?
Jadi begini, seorang muslim sepatutnya ia berperilaku dengan penuh kehati-hatian. Ia sadar bahwa pertanyaan mendasar seorang muslim ketika ditanya, “apa sebenarnya tugasmu di dunia ini?” maka ia tahu jawabannya, “beribadah kepada Allah”. Darimana ia bisa menjawab itu? dari Al-Qur’an. Ia tahu bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidupnya. Tutorialnya untuk menjalani kehidupan di dunia. Maka sudah sepantasnya ia selalu mengacu kepada Al-Qur’an.
Seorang muslim akan melakukan setiap aktivitasnya mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali menggunakan parameter yang berbeda dari yang lain. Parameter kehidupannya adalah halal-haram. Ia bertindak berdasarkan halal-haram. Ketika ia menghadapi suatu aktivitas yang akan dikerjakan, maka ia akan berpikir apakah ini halal atau haram. Itu cukup. Tidak perlu ia membahas aktifitasnya itu akan membuat orang suka atau tidak suka atau yang lainnya. Ketika ia yakin itu halal dan boleh dilakukan maka ia akan melakukannya dengan niat ‘ibadah’ kepada Allah. Jika tidak (haram), maka ia akan segera menjauhinya, dan mencampakkannya.
Begitulah seharusnya seorang muslim. Ia mempunyai qiyadah fikriyah (kepemimpinan berpikir) islami. Ia mengendepankan urusan boleh-tidak boleh, suka-tidak suka itu menurut pandangan Allah dan rasulNya. Ia beraktivitas sesuai paramater keislamannya, halal-haram.
Komentar
Posting Komentar