Langsung ke konten utama

Mereka (KKN Bercerita)

_DSC0660Setelah beberapa detik, menit, jam berlalu akhirnya saya menemukan ide untuk ditulis kali ini. Dengan mencari-cari ke sana kemari seperti orang yang kehilangan uangnya, dari membuka laptop, melihat-lihat foto, terus mencucuk modem, buka-buka twitter sebentar, facebook, masih belum dapat juga. Sampai-sampai update status facebook dulu, terus ‘menulak-akan’ adik sekolah, terus kembali lagi ke depan laptop, dan akhirnya dapat.

Sebelum hilang lagi, saya langsung saja menulis yang tidak karuan seperti paragraf di atas. Cukup tidak penting sebenarnya paragraf di atas itu. Kalau saja blog ini punya editor pasti sudah di hapus dan gak bakalan dimuat paragraf pertama itu. Apalagi paragraf yang sedang kalian baca ini. Sungguh tak penting.

Anak-anak. Mungkin itu yang membuat sebagian dari kami akan rindu dengan desa Baliangin selain suasana dan pemandangannya. Kalau suasananya, biasanya jam-jam segini kalau lagi nganggur, masih saja ada yang tidur, ada juga yang sudah cuci-cuci baju, ada juga yang sudah masak memasak, dan ada juga yang sibuk memicik-micik hape. Macam-macam.

 

Kalau pemandangannya, wah ini tak ada tandingannya. Keluar rumah sudah disuguhi pemandangan rumput-rumput hijau membentang di depan rumah. Kau berjalan sedikit lagi ke depan kau akan menemukan jalan setapak. Jalan yang mungkin sulit dilupakan rusaknya. Jalan yang membuat kami bergoyang-goyang indah ketika menunggangi sepeda motor. Tengok kiri kau akan melihat jalanannya menanjak. Tengok kanan kau akan melihat jalanannya agak menurun kemudian sedikit demi sedikit menanjak lagi. Jika wajahmu tetap kau dongakkan ke depan akan terlihat pepohonan, jurang, dan rumah warga yang bertajak di pinggirian bukit. Biasanya yang terlihat mencolok adalah sapinya. Sedang makan rumput dengan lahap.

Dan ketika kami memulai proker mengajar, jam segini para guru tanpa bayaran sudah abut bermake-up ria. Dan biasanya masih ada aja yang belum mandi karena giliran mandinya terakhir. Kalau yang ini pasti ia berstrategi untuk sarapan dulu, baru setelah itu mandi.

Guru yang ikhlas ini saya beri inisial namanya, pertama Y, ada N, ada P, ada R. Yang lainnya mungkin karena sadar kemampuan diri jadi tak ikut-ikutan. Toh, kelasnya cuma dua, kelas satu dan kelas dua,tiga. Nah bingung ya…kelas dua dan tiga di sekolah ini digabung, muridnya pun cuma enam (kalau gak salah, betul gak para guru Y, N, P, R?). Nah kalau kelas satunya yang banyak, banyak karena adaaa aja yang bawa adiknya ikut masuk kelas. Padahal belum cukup umur.

Inipun akan sulit dilupakan. SD yang unik dengan keunikan murid-muridnya. Hehe..

Kejadian menarik ketika kita sudah H-1 mau pulang. Mereka lebih sering datang ke rumah. Tingkahnya agak sedikit berubah. Sedikit cari perhatian berlebih dengan kenakalannya. Ada juga saat malamnya akan acara penutupan, si Muqtafi CS datang ke rumah sebelum maghrib dengan pakaian rapi khas anak pesantren. Kemudian saat adzan maghrib, mereka berlari menuju kamar mandi pak kades, berwudhu. Selesai itu mereka menggelar sajadah di rumah kami rapih. Dan Muqtafi, si juara lomba adzan saat 17-an kemarin adzan di situ. Akhirnya request teman2 yang ingin mendengar suara adzannya terpenuhi. Dan akhirnya kami sholat berjama’ah di rumah kecil sederhana itu. Sampai sholat isya’ mereka disitu dan kami sholat isya’ berjama’ah lagi, setelah itu siap-siap ke lapangan depan SD tuk menyiapkan acara penutupan sekaligus nonton bareng bersama warga.

Besoknya mereka datang lagi setelah kami selesai dari kecamatan acara penutupan dan presentasi kegiatan kami selama di desa. Agak pusing kami yang sedang besesimpun di ganggu2 oleh mereka. Ada saja tingkahnya, mulai dari yang mengambil I barang-barang kami yang sudah tidak terpakai dan malas untuk membawa pulang, “Ini buat saya ya kak?”  sampai membujuk tuk minta diprintkan foto2, atau menjahili kami dengan aneka kejahilan ala anak-anak.

Akhirnya mobil pick up datang, mereka langsung membantu kami mengangkat barang-barang yang sudah diikat rapi tuk dimasukkan ke dalam pick up. “Ini, kak…. Ini, kak tasnya….Ini..ini..kak….Ini juga dibawa kak?….” Semua selesai di angkat ke dalam pick up. Kami pun berpamitan dengan warga yang kebetulan ada beberapa yang datang ke rumah kami. Dengan bapak dan ibu kades, ibu bidan, dan warga yang lain. Tak dengan anak2. Sampai di anak-anak, ternyata mereka ada yang menangis terisak, ada yang sedih menatap kosong, ada yang menutup mata basahnya dengan tangan, ada yang berusaha terlihat tegar. Hiks…hiks… kami juga jadi berkaca-kaca. “Jangan nangis yaa…nanti kapan-kapan kakak ke sini lagi, belajar yang rajin, harus bisa baca dan nulis, jadi nanti bisa sms-an sama kakaknya…OKE ?! “

_DSC0104     _DSC0110     _DSC0792Camera 360     Camera 360

Akhirnya kami pulang….

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Ali dan Fatimah

hai terima kasih udah mendengarkan dan sabar ya, dia gak akan kemana-mana kok, yang udah dituliskan di tinta-Nya, pasti akan ketemu, meskipun kamu sekarang keesepian, melihat teman2 udah gak sendirian, tapi kamu hebat kok, bisa menjaga cuma untuk yang halal nanti, sabar ya, tapi semesta tau, kalo kamu pengen banget diperhatiin, disayangin, dimanjain, ngeliat temen lain udah pada dapat itu, gapapa kok, bertahan aja, gak usah iri, apalagi sama pasangan yg belum halal, ohya, kamu tau kisah cinta palng romantis beberapa abad yg lalu? mereka berdua sama-sama bersabar, menahan rasa yg terus membuncah, padahal rasa itu tumbuh udah mulai kecil,

3.1.a.8.2. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Saya Muhammad Fajri Romadhoni, S.Kom calon guru penggerak Angkatan 8 dari SMPIT Ar Rahman Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.  Saya ucapkan terimakasih kepada Fasilitator yaitu Bapak Subiarto, M.Pd yang telah membimbing dan senantiasa memotivasi dalam setiap tahapan belajar saya dalam menempuh Pendidikan Guru Penggerak.  Saya juga ucapkan terimakasih kepada pengajar praktik Bapak Alfian Wahyuni, S.Pdi yang selalu mendampingi dan menjadi teman berbagi baik saat menempuh Pendidikan guru penggerak maupun dalam hal lain berkenaan dengan perkembangan pendidikan.  Saya juga ucapkan terimaksih kepada rekan CGP angkatan 8 yang senantiasa berkenan berbagi dan berkolaborasi dalam setiap tahapam PGP. Saya kali ini saya akan membuat rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran saya sampai saat ini pada program guru penggerak dengan berpedoman pada pertanyaan berikut ini. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan d

Garis Misterius

Anggap saja dihadapan kita ada sebuah papan tulis, di tangan kita spidol merek ternama memaksa kita untuk menggambar sebuah garis panjang di depan. Garis tersebut memanjang mulai ujung papan sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan. Jika diukur, menggunakan pengukur yang ada di meja, menunjukkan angka satu meter. Lagi-lagi tangan kita terpaksa membagi garis panjang tersebut menjadi tiga bagian. Bagian pertama dan ketiga hampir sama panjanganya. Namun, tangan kita membuat bagian yang kedua, yang berada di tengah lebih kecil. Bahkan sangat kecil dibanding yang lain. "Tahukah kalian?" tiba-tiba suara muncul. Reaksi kita tentu kaget. Lah, bagaimana tidak, persepsi kita pasti kalau ada suara tanpa ada sumber suara berarti itu... "Tahukah kalian?" lagi-lagi muncul. "Ehh, enggak. Enggak tahu," anggap saja kita menjawab demikian. "Garis di papan itu adalah garis waktu." "Eh. Eh,,, iya, " anggap saja kita akting gu