Terhitung sudah dua kali dua puluh empat jam kami melakukan gencatan senjata. Satu musuh sedang melakukan tugas lain di daerah luar. Ia tidak memiliki koneksi cukup untuk bisa ber-internet ria sekedar untuk menyetor tulisannya di blog. Maka alasan itu bisa diterima dengan syarat harus mengumpulkan juga tulisan-tulisan yang belum terkumpul setelah mendapatkan koneksi.
Satu musuh lainnya kehilangan senjata utamanya. Entah apa yang terjadi senjata utamanya sekarang menginap di tempat perbaikan senjata. Senjata ini bukan senjata sembarangan. Ia tak berdegum mengeluarkan peluru dari moncong kecilnya, ia tak juga bisa menyayat benda-benda dengan tubuhnya yang tajam. Ia hanya terdiri dari tombol-tombol yang beraturan. Layar yang mengeluarkan sinar. Biasanya orang-orang awam menyebutnya laptop. Iya, laptop sebagai senjatanya ternyata sedang mengalami kegalauan. Hingga harus dibawa dan dirawat inap di tempat servis. Kita doakan kesembuhannya.
Maka beginilah saya ingin sekedar memenuhi janji saya kepada diri sendiri. Sekedar meluangkan waktu setelah menonton Indonesia U-19 dengan skor 0-0. Yang di akhiri dengan adu penalti. Hingga ternyata Indonesia lah pemenangnya. Menjadikannya juara AFF U-19. Yang unik dari tadi, komentatornya. Entah habis minum obat apa, beliau begitu bersemangat. Berkomentar dengan menggebu-gebu dan berapi-api. Sampai-sampai mengingatkan saya dengan kata-kata yang biasa saya dengar di Jakarta dulu kalau ingin menendang bola ke arah gawang, “JEBREETT …..!!”. Iya, itu kata jebret terdengar lagi setelah sekian lama saya tidak mendengarnya. Terakhir ya waktu SMP pas siang-siang kabur dari rumah main bola ke lapangan seadanya. Bikin gawang pakai sendal. Memainkan bola yang dibeli dari hasil patungan. Bola plastik aja. Dulu kalau gak salah harganya 4.500 rupiah. Entah sekarang berapa.
Sudahlah, karena jamnya sudah menyuruh-nyuruh saya untuk cepat bermimpi indah. Memanjakan punggung di tempat empuk sambil memeluk-meluk guling. Kemudian tertidur. Dan akhirnya besok pun menyapa. Sambil tersenyum dengan riang menyambut sapaan pagi dengan optimis. Ah, begitulah hidup.
Komentar
Posting Komentar