Langsung ke konten utama

Dari Gencatan Senjata hingga Jebret!

13Terhitung sudah dua kali dua puluh empat jam kami melakukan gencatan senjata. Satu musuh sedang melakukan tugas lain di daerah luar. Ia tidak memiliki koneksi cukup untuk bisa ber-internet ria sekedar untuk menyetor tulisannya di blog. Maka alasan itu bisa diterima dengan syarat harus mengumpulkan juga tulisan-tulisan yang belum terkumpul setelah mendapatkan koneksi.

Satu musuh lainnya kehilangan senjata utamanya. Entah apa yang terjadi senjata utamanya sekarang menginap di tempat perbaikan senjata. Senjata ini bukan senjata sembarangan. Ia tak berdegum mengeluarkan peluru dari moncong kecilnya, ia tak juga bisa menyayat benda-benda dengan tubuhnya yang tajam. Ia hanya terdiri dari tombol-tombol yang beraturan. Layar yang mengeluarkan sinar. Biasanya orang-orang awam menyebutnya laptop. Iya, laptop sebagai senjatanya ternyata sedang mengalami kegalauan. Hingga harus dibawa dan dirawat inap di tempat servis. Kita doakan kesembuhannya.

 

Maka beginilah saya ingin sekedar memenuhi janji saya kepada diri sendiri. Sekedar meluangkan waktu setelah menonton Indonesia U-19 dengan skor 0-0. Yang di akhiri dengan adu penalti. Hingga ternyata Indonesia lah pemenangnya. Menjadikannya juara AFF U-19. Yang unik dari tadi, komentatornya. Entah habis minum obat apa, beliau begitu bersemangat. Berkomentar dengan menggebu-gebu dan berapi-api. Sampai-sampai mengingatkan saya dengan kata-kata yang biasa saya dengar di Jakarta dulu kalau ingin menendang bola ke arah gawang, “JEBREETT …..!!”. Iya, itu kata jebret terdengar lagi setelah sekian lama saya tidak mendengarnya. Terakhir ya waktu SMP pas siang-siang kabur dari rumah main bola ke lapangan seadanya. Bikin gawang pakai sendal. Memainkan bola yang dibeli dari hasil patungan. Bola plastik aja. Dulu kalau gak salah harganya 4.500 rupiah. Entah sekarang berapa.

Sudahlah, karena jamnya sudah menyuruh-nyuruh saya untuk cepat bermimpi indah. Memanjakan punggung di tempat empuk sambil memeluk-meluk guling. Kemudian tertidur. Dan akhirnya besok pun menyapa. Sambil tersenyum dengan riang menyambut sapaan pagi dengan optimis. Ah, begitulah hidup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Ali dan Fatimah

hai terima kasih udah mendengarkan dan sabar ya, dia gak akan kemana-mana kok, yang udah dituliskan di tinta-Nya, pasti akan ketemu, meskipun kamu sekarang keesepian, melihat teman2 udah gak sendirian, tapi kamu hebat kok, bisa menjaga cuma untuk yang halal nanti, sabar ya, tapi semesta tau, kalo kamu pengen banget diperhatiin, disayangin, dimanjain, ngeliat temen lain udah pada dapat itu, gapapa kok, bertahan aja, gak usah iri, apalagi sama pasangan yg belum halal, ohya, kamu tau kisah cinta palng romantis beberapa abad yg lalu? mereka berdua sama-sama bersabar, menahan rasa yg terus membuncah, padahal rasa itu tumbuh udah mulai kecil,

3.1.a.8.2. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Saya Muhammad Fajri Romadhoni, S.Kom calon guru penggerak Angkatan 8 dari SMPIT Ar Rahman Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.  Saya ucapkan terimakasih kepada Fasilitator yaitu Bapak Subiarto, M.Pd yang telah membimbing dan senantiasa memotivasi dalam setiap tahapan belajar saya dalam menempuh Pendidikan Guru Penggerak.  Saya juga ucapkan terimakasih kepada pengajar praktik Bapak Alfian Wahyuni, S.Pdi yang selalu mendampingi dan menjadi teman berbagi baik saat menempuh Pendidikan guru penggerak maupun dalam hal lain berkenaan dengan perkembangan pendidikan.  Saya juga ucapkan terimaksih kepada rekan CGP angkatan 8 yang senantiasa berkenan berbagi dan berkolaborasi dalam setiap tahapam PGP. Saya kali ini saya akan membuat rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran saya sampai saat ini pada program guru penggerak dengan berpedoman pada pertanyaan berikut ini. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan d

Garis Misterius

Anggap saja dihadapan kita ada sebuah papan tulis, di tangan kita spidol merek ternama memaksa kita untuk menggambar sebuah garis panjang di depan. Garis tersebut memanjang mulai ujung papan sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan. Jika diukur, menggunakan pengukur yang ada di meja, menunjukkan angka satu meter. Lagi-lagi tangan kita terpaksa membagi garis panjang tersebut menjadi tiga bagian. Bagian pertama dan ketiga hampir sama panjanganya. Namun, tangan kita membuat bagian yang kedua, yang berada di tengah lebih kecil. Bahkan sangat kecil dibanding yang lain. "Tahukah kalian?" tiba-tiba suara muncul. Reaksi kita tentu kaget. Lah, bagaimana tidak, persepsi kita pasti kalau ada suara tanpa ada sumber suara berarti itu... "Tahukah kalian?" lagi-lagi muncul. "Ehh, enggak. Enggak tahu," anggap saja kita menjawab demikian. "Garis di papan itu adalah garis waktu." "Eh. Eh,,, iya, " anggap saja kita akting gu