Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Coretan Pagi

Di pagi yang dingin menusuk tulang belulang, izinkan saya membuka kembali potongan-potongan puzzle kehidupan. Yang membuat jiwa dan raga merindu. Di pagi yang sehabis malam terguyur rintikan hujan. Yang resonansi darinya membuat seseorang kembali mengingat memori-memorinya di masa lalu. Dari potongan-potongan itulah diri ini mendaki, menjajak tapak-tapak kehidupan yang mengahadang di depan. Saya, merindu. Ketika dulu tiap pertemuan mingguan itu, saya mendapat perhatian lebih dengan tekanan. “Gimana tahajudnya minggu ini? Gimana sholat jama’ahnya di masjid minggu ini? Gimana tilawahnya sudah berapa lembar? Ayo setor hafalannya!!” Jika tak sesuai target, jadilah bulan-bulanan target ceramah beliau. Iya, saya merindu. Saya, merindu. Ketika dulu, ketika agenda-agenda dakwah saya mulai terseok-seok. Terlepas dari target-target. Tiap pertemuan mingguan itu, “Gimana kabar program kerjanya akhi?” Lalu ku jawab, dengan jujur, malu-malu karena alasan tak syar’i –nya, terbata-bata menjelaskan.

Part #2

Gedungnya cukup mewah. Setidaknya tiga kali bahkan lima kali lebih besar dari rumah sederhana yang ku punya. Kami masuk melalui pintu depan. Ya lumayan sedikit terbantu dengan terbukanya pintu otomatis. Kalau saja nenek juga ikut, ia pasti akan kaget dan berkicau tak jelas. Bingung kenapa pintu bisa dengan sendirinya terbuka dan menutup. Mata menyapu melihat desain interior gedung. Begitu masuk ke dalam gedung, kami disambut dengan susunan sofa yang begitu rapi. Ia tersusun di depan meja recepsionis yang sedang dijaga oleh dua wanita yang berparas cantik. Di pojok-pojok area itu kami menemukan pot-pot bunga yang sekilas terlihat segar. Entah itu bunga asli atau bukan, setidaknya dengan melihat itu membuat kita mengurangi satu urat stress yang ada di kepala. “Kita tunggu di sini saja. Aku coba hubungi dulu beliau,” kataku menyuruh Akbar duduk di sofa yang tersusun rapi. Aku lantas sibuk mencari-cari nomor kontak pa gubernur dan sibuk meletakkan handphone tersebut ditelinga. “Assala

Part #1

Bersama pagi, ditemani secangkir kopi hangat ku membuka hari. Seperti biasa, kami memiliki rutinitas unik setiap paginya. Menggoda acil-acil warung. Bercengkrama hingga air dalam cangkir kami habis terminum. Atau bisa juga hingga sebatang rokok yang kami hirup bersisa sekitar satu centi meter lagi dari mulut kami. “Berita apa hari ini yang mau kau liput, Jun?” Tanya temanku. “Kelanjutan yang kemarin Bar, tentang proyek perbaikan jalan. Proyek itu harus terus kita ikuti!” kataku menjawab pertanyaan Akbar. “Okelah, aku ikut kau. Tapi habisian kopi ini dulu ya baru kita berangkat.” “Siap bos!” Akupun menyeruput sedikit demi sedikit kopi panas di atas meja kayu ini. Warung Acil ini cukup sederhana. Bangunannya hanya terdiri dari kayu-kayu yang disusun sedemikian rupa hingga membentuk sebuah gubuk kecil. Di dalamnya bersusun meja panjang mengelilingi pinggiran bangunan ini. Lengkap dengan kursi panjang menemani meja yang terbuat dari kayu. Aku duduk di sebelah Akbar mulai tadi pagi. Dua

Twit JIJIK

Satu kata, JIJIK, buat kebijakan pemerintah mengenai pencegahan HIV/AIDS dengan membagikan kondom gratis | JIJIK !! Menyelesaikan permasalahan dengan cara yang salah? Membagikan kondom gratis berarti melegalkan seks bebas! JIJIK...!! Memfasilitasi kemaksiatan secara terang-terangan! Oleh pemerintah lagi, yang sejatinya pelindung umat dari segala kemaksiatan! Nih, silahkan dinikmatin >>> Satu Kata, JIJIK http://dlvr.it/4QN6Hj tapi ada yang belum tersampaikan disitu, tentang hilangnya Islam dalam sistem demokrasi Keputusan / kebijakan itu tentunya sangat bertentangan dengan ISLAM, ini dikarenakan dalam demokrasi, ISLAM hanyalah sebuah pilihan padahal kewajiban muslim berhukum / membuat keputusan sesuai hukum Allah scara gamblang disampaikan di surat Al Maidah : 44, 45, 47 Namun dalam demokrasi, hukum Allah (syari'at islam) hanya dijadikan pilihan. Mau dipake boleh gak dipake juga gak apa-apa | duhh.... -_-' sudahlah | di penghujung twit, kita do'akan saja p

Satu Kata, JIJIK

Mungkin sudah beratus-ratus jam blog ini belum terapdet. Tapi malam ini akan saya apdet. Saya semangat sekali kali ini. Pertama karena takutnya ketika tidak di apdet blognya bakalan terjadi pen-debu-an. Kedua karena saya sangat jengkel dan jijik dengan fakta yang bakalan saya paparkan di paragraf-paragraf berikutnya. “Kenapa jijik?” Iya, saya jijik sekali. Awalnya saya menganggap biasa berita ini, tapi setelah membaca betul-betul tadi siang. Ternyata ini bukan masalah sepele. Bagaimana tidak? Pemerintah melakukan kebijakan yang menjengkelkan lagi. Membagi-bagikan kondom gratis! Kebayang gak gimana  ketika kondom gratis itu jatuh ke tangan anak tetangga kemudian dia main-mainin dianggapnya balon mainan? Duh, mau muntah saya. Alih-alih menanggulangi penyebaran virus HIV/AIDS, pemerintah malah melegalkan secara tidak langsung bentuk kemaksiatan seks bebas. Pembagian kondom gratis berarti layaknya berbicara, “Nih, silahkan saja kalian seks bebas. Asal pake kondom dari saya ya! GRATIS K

Kesalahan Bibah

“Kakaaaaakkk.!!! Kembaliin boneka bibaaah! ughhh, Ummi! kak ibi itu Ummi, gangguin bibah teluss..malahin mii,” kembali pecah suasana pagi itu oleh bibah yang sedang dijahilin kakaknya. Kejadian ini seperti sudah menjadi sarapan di pagi hari. Selalu saja mereka berdua saling bertengkar, entah berebut kursi di meja makan, berebut mainan, sampai berebut kamar mandi padahal kamar mandi disitu ada dua buah, ckckck. Begitulah suasana pagi di rumah yang cukup megah itu setiap harinya. “Kak Ibii..jangan gangguin adiknya terus dong. Ayo sini sama ummi, kita sarapan, kembaliin ayo bonekanya. Nanti kalian terlambat sekolah lho,” tegur Ummi. “Nih, ku kembaliin,” sambil melempar boneka angry birds ke Bibah. “Boneka mu jelek juga kok, huuu..!” lagi, kak Ibi mengejek. “Huuuu, kalo jelek kenapa di ambil-ambill, dasal kak Ibi tuh yang jeleeekk..bweee,” sambil menjulurkan lidahnya, Bibah meletakkan kembali bonekanya di kamarnya. Di letakkan dengan hati-hati meskipun bukan barang pecah belah, dielus-elus

Peran Itu Wartawan Juga Punya

Perjuangan, membutuhkan pengorbanan. Peran perubahan bisa diambil dalam kondisi dimanapun, kapanpun, dan siapapun. Dan saya tersadar ternyata profesi seorang wartawan itu memiliki peran besar dalam perubahan itu sendiri. Kemarin, saya sempat mencicipi sedikit bagaimana menjadi wartawan harian sebuah surat kabar terkemuka di kota saya. Dimulai dari pagi, kira-kira pukul sembilan setelah mendapat persetujuan tentang usulan berita yang mau di angkat hari itu, wartawan bersiap berburu berita. Saya, seorang anak ingusan yang tiba-tiba ikut nimbrung muncul dari arah depan gedung DPRD Martapura menuju tempat kumpul para wartawan pagi itu. Setelah awalnya sms masuk, “Oke, datangi aja kami di kantin belakang gedung dewan,” saya bergegas menuju kantin tersebut. Di kantin, ternyata saya tak hanya bertemu wartawan senior dari surat kabar saya saja, tapi dari wartawan lain juga ada. Mereka sedang santai. Nongkrong-nongkrong sambil sesekali menyeruput teh atau kopi yang sudah dipesan. Pun juga ses

Evaluasi Praktikum Pemweb Bab JavaScript (29 Oktober 2013)

Saya minta maaf jika saat itu tidak bisa berbagi materi dengan maksimal. Itu karena tak dipersiapkan dengan matang.  Sebagai permintaan maaf, saya coba memposting coding yang dipelajari kemarin. Ini untuk coding menghitung Luas Trapesium dengan javascipt :

Korupsi (Lagi)

                 Lagi-lagi dalam pemberitaan media beberapa minggu ini adalah kasus korupsi. Masyarakat pun sekarang sudah begitu biasa dengan pemberitaan semacam ini. Bagaimana tidak? Sudah mulai setelah era reformasi –yang katanya perpolitikan di Indonesia semakin baik- sampai sekarang kasus korupsi di antara para pejabat elite pemerintahan tak kunjung usai. Adanya lembaga KPK pun bukan menjadi sebuah ancaman serius bagi para elit politik yang ‘hobby’ korupsi ini untuk berhenti. Justru semakin lama semakin terbuka semua aib-aib dan kebobrokan para elite politik negeri ini. Dengan maraknya kasus ini, Indonesia pun memiliki prestasi yang cukup memukau di Asia. Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia ini dikenal dengan julukan ‘the envelop country’ atau negara amplop yang tercermin dari aksi suap-menyuap di banyak hal. Terakhir kita terkejut dengan kasus yang menimpa ketua MK (Mahkamah Konstitusi), Akil Mochtar. Kasusnya adalah berkaitan dengan sengketa pil

Detik

Lama rasanya tak bersua dengan blog saya yang satu ini. Selama apa? Tentu saja selama saya membuka terakhir blog ini dan akhirnya saya membukanya lagi jam dan detik ini. Kalian tau bahwa setiap detik itu berharga? coba saja kalian tanya dengan salah satu para penjinak bom. Kita bayangkan. Ia dan timnya, menggerebek tempat bom ditemukan. Setelah ketemu dan bertatap muka dengan bom, ia mencoba mengamati. Memahami. Mendetailkan setiap jengkal dan sudut dari bentuk bom waktu itu. Sementara. Waktu terus berdetak dari menit menjadi detik. Dari tadinya angka 20 menjadi angka 19. Dan tiba-tiba setelah menengok lagi sudah menjadi angka 1. Ah, betapa begitu berharga tiap hitungan detik bagi para penjinak bom. Andai saja terlambat satu detik ia tidak berhasil menjinakkannya, maka tinggal kita siapkan saja panitia penguburannya. Itu tadi contoh untuk hitungan detik. Bagaimana dengan hitungan menit? apakah sebegitu berharganya dengan detik? Tentu saja! Detik saja sudah berharga, apalagi menit, a

Tak Ada yang Menjamin

  Berada dominan di lingkungan yang menjerumuskan. Interaksi pria-wanita nya tak terbataskan. Tak di dunia nyata, di dunia maya pun demikian. Akhirnya terjerumus dengan melanggar hal yang sudah di syariatkan. Misal saja dengan berpacaran. Padahal dulu begitu militan. Tulisan-tulisan dakwah berterbaran. Ah, memang istiqomah itu hal yang paling berat dipertahankan. Semoga saja kita semua, khususnya saya yang banyak dosa ini tetap Allah berikan tuntunan. Hingga ajal menyapa di depan.   Teringat sewaktu cerita-cerita dengan senior-senior saya di lembaga dakwah, beliau bilang ternyata faktor yang paling dominan membuat kader itu berhenti dari dakwah adalah ‘cinta’. Hmm…saya beri tanda petik kata ‘cinta’ tadi, karena kata itu saya khususkan untuk ‘cinta’ yang memang belum halal. Dan baru-baru saja ternyata ada kenalan, yang saya kenal juga seorang aktivis (dulunya), tapi ia berhenti belum lama. Setelah dilihat ternyata memang di dunia maya ia sering berinteraksi dengan lawan jenisnya ‘

Menulis dan harapan

Sebenarnya dalam menulis hanya diperlukan sedikit waktu dan kemauan. Kedua unsur tadi bisa saja dominan salah satunya sehingga memunculkan unsur yang lain. Paham gak maksudnya? Gini ketika ada kemauan tinggi tapi gak ada waktu kosong, biasanya orang yang macam ini bakalan mencari waktu-waktu curian. Misalnya saat ia sedang menunggu antrian bensin di pom, atau sedang nikmat-nikmatnya di dalam WC. Atau ia akan membuat jadwal sendiri dan mengkhususkan waktu sendiri untuk menulis dalam sehari, misalnya dengan mengorbankan waktu tidurnya yang tadinya 5 jam jadi 4 jam. Misalnya. Nah kalau ada waktu banyak tapi gak ada kemauan. Teori saya di paragraf sebelumnya kayaknya gak bisa dipakai. Haha..Karena biasanya apapun yang gak ada kemauan untuk mengerjakannya bakalan susah. Seperti misal hari minggu ada waktu seharian, tak ada agenda apa-apa, awalnya agenda mengisi acara tetapi acara batal karena tak ada peserta misal. Nah seharian sudah di rumah aja nih, tapi ternyata karena gak ada kemauan m

Update juga

Supaya terlihat update lagi blog ini saya isi saja dengan sembarang malam ini. Boleh kan? Nah kan saya bertanya sendiri. Ya jelas boleh dong. Toh ini blog saya, terserah saya ingin diisi dengan apa. Emang siapa kamu? pembaca tugasnya hanya membaca dengan segala konsekuensi nya. Karena dua hasil yang didapat setelah membaca, puas dan tidak puas. Bertambah ilmu dan tidak bertambah. Maka bacalah sesuatu yang berkualitas. Maka setelah di paragraf pertama berisi ketidakjelasan mengenai alur, gagasan pokok, ide utama, kecantikan tulisan, kualitas tulisan dan segala tetek bengeknya, bagaimana kalau paragraf kedua ini kita isi dengan keadaan saya sekarang. Jadi gini, saya sekarang sedang berada di depan laptop dengan tangan menjulur gemulai memijit tombol-tombol keyboard. Di samping kanan saya ada ranjang tidur, di samping kiri saya ada tivi yang menyala terus. Tayangannya sih lagi iklan. Makanya saya lebih memilih menatap kamu, Top! dari pada si Tivi. Top, kamu udah makan? Nah kan saya lebih

Dari Gencatan Senjata hingga Jebret!

Terhitung sudah dua kali dua puluh empat jam kami melakukan gencatan senjata. Satu musuh sedang melakukan tugas lain di daerah luar. Ia tidak memiliki koneksi cukup untuk bisa ber-internet ria sekedar untuk menyetor tulisannya di blog. Maka alasan itu bisa diterima dengan syarat harus mengumpulkan juga tulisan-tulisan yang belum terkumpul setelah mendapatkan koneksi. Satu musuh lainnya kehilangan senjata utamanya. Entah apa yang terjadi senjata utamanya sekarang menginap di tempat perbaikan senjata. Senjata ini bukan senjata sembarangan. Ia tak berdegum mengeluarkan peluru dari moncong kecilnya, ia tak juga bisa menyayat benda-benda dengan tubuhnya yang tajam. Ia hanya terdiri dari tombol-tombol yang beraturan. Layar yang mengeluarkan sinar. Biasanya orang-orang awam menyebutnya laptop. Iya, laptop sebagai senjatanya ternyata sedang mengalami kegalauan. Hingga harus dibawa dan dirawat inap di tempat servis. Kita doakan kesembuhannya.

Sebelum Kena Hukuman Lagi

Kalau kalian tau tema tulisan kali ini adalah deadline. Entah kenapa terpikir itu, barangkali karena memang deadline menyetor tinggal beberapa jam lagi tapi salah satu dari kami belum ada yang mengusulkan tema apa yang mau dibuat tuk hari ini. Maka demi menjaga ketentraman dunia, saya putuskan dengan berwibawa dan bijaksana temanya yaitu deadline. Tapi unik ketika saya mengetik itu di hape tadi. Setelah selesai mengetik pesan yang benar-benar singkat, “Tema ‘deadline’”, kemudian ingin menekan tombol “kirim” terhenti sejenak. Apa yang bisa ditulis dengan ‘deadline’? Ah Entahlah. Tapi bagaimana kalau dikasih tambahan. Maka menjadi, “Tema ‘deadline/death line’”. Saya sendiri pun gak yakin kalau itu ada artinya atau tidak. Atau apakah tulisan death line itu dibenarkan dalam aturan tata bahasa inggris. Beruntung saya bukan pakar bahasa inggris, jika tidak pasti saya tidak akan bingung. Maka baiklah kita isi tulisan kali ini dengan meracau sesukanya. Berkicau sesukanya. Layaknya burung yan

Bicara Bisyarah dan Masa Depan

Saat itu ketenangan di Jazirah arab kembali normal. Hanya saja tersisa orang-orang Yahudi yang menerima kehinaan dan pelecehan karena ulah mereka sendiri yang berkhianat, berkonspirasi, dan melakukan makar-makar jahat untuk membinasakan kekuasaan kaum muslimin dari dalam negeri madinah. Setelah mereka lari ke Khaibar, mereka hanya menunggu-nunggu apa yang terjadi terhadap kaum muslim, tapi ternyata kaum muslim semakin berjaya, semakin mantap. Maka Yahudi kembali tersulut api kemarahannya. Lagi, mereka merencanakan makar-makar jahat. Tidak. Tidak langsung ingin menyerang Madinah begitu saja. Tak akan berani mereka dengan kekuatan muslim saat itu. Maka mereka membuat strategi-strategi jitu dengan sembunyi dan hati-hati. Yang utama yang mereka lakukan adalah menghimpun dukungan dari Quraisy Mekkah. Mereka mendorong agar orang-orang Quraisy Mekkah mau bersama bahu-membahu menghancurkan eksistensi Islam saat itu. Maka dengan senang hati kaum Quraisy menyetujuinya. Ini kesempatan baik bagi

Kuncinya adalah Saingan

Dulu ketika saya ingin sekali mengikuti jejak Kakek Jamil yang mengkonsistenkan diri menulis sehari satu kali sempat dapat beberapa kali saya bisa meniru. Kalau gak salah bisa sampai tiga atau empat hari. Setelah itu langsung gak pernah lagi. Terhenti dan kembali ke kebiasaan lama, menulis kalau sedang mood dan kalau sedang ada deadline. Maka setelah beberapa waktu dan jaman, saya mencari-cari bagaimana supaya bisa menulis rutin. Menjadikan ia kebiasaan yang terinstall ke dalam diri. Bagaimana bisa ingin jadi penulis handal, profesional, tapi menulis pun dalam sehari tak ada. Kata Pa Felix dalam buku ‘Habits’ nya,  jika ingin profesional di satu bidang harus melakukan suatu hal itu dengan berulang-ulang terus. Kalau kata Kek Jamil di buku ‘ON’, keahlianmu adalah pekerjaan yang paling banyak menghabiskan waktumu dalam sehari. Dan Alhamdulillah saya menemukan cara nya. Dan mudah-mudahan ini bisa bertahan lama. Toh sampai sekarang hari ke sepuluh sudah teruji kerutinan menulisnya.

Islam Ajarkan Peduli

Ada sesuatu yang menarik perhatian saya ketika pertama kali sholat shubuh berjama’ah dengan jama’ah disini setelah saya pindah dari jawa ke kalimantan. Yang saya salut, kaget, ketika di hari jum’at shubuh. Musholla yang biasa saya singgahi tuk sholat berjama’ah itu penuh sesak. Hingga keluar teras. Di hari lain mungkin mencapai empat atau lima shaf. Barangkali karena di setiap Jum’at shubuh musholla ini merutinkan untuk membaca surat as-sajadah di raka’at pertama, sehingga diikuti oleh sujud sajadah, dan diraka’at kedua membaca surat al-insan. Setelah itu di tiap Jum’at shubuh juga dzikir setelah sholatnya lebih lama dari biasanya, hingga matahari menunjukkan sinarnya. Ditutup dengan suguhan kopi hangat dan kue kecil. Mungkin itu yang membuat jum’at shubuh di mushola saya spesial. Bukan cuma itu juga yang menarik perhatan saya waktu pertama kali. Ada satu amalan yang dibaca setelah sholat. Sebuah do’a yang menunjukkan kepedulian sesama muslim. Saya pertama kali mengikutinya bingung k

Pak Haji Sholeh dan Bank

Karena sedang dekat-dekatnya dengan musim haji, karena sedang dekat-dekatnya dengan hari raya qurban, maka pak Haji Soleh ingin berkurban membeli seekor kambing. Saat itu ia tidak punya uang cukup untuk membelinya, maka ia terpikir dengan bank. Mudah sekali mencari uang di zaman sekarang, cukup anda menandatangani beberapa kertas di sebuah tempat yang full ac dan karyawannya cantik dan ganteng maka uang yang anda inginkan bisa berada di tangan hari itu juga. Anggap saja di negeri Pak Haji Sholeh harga kambing saat itu 1 juta. Maka beliau meminjam uang di bank 1 juta. Dihari sebelumnya Pak RT di negeri itu habis memenangkan hadiah undian yang sering muncul di tivi-tivi. Tidak menyangka sama sekali beliau bakalan dapat hadiah itu, toh ia hanya mengirim sms cuma sekali dan iseng-iseng saja. Tapi takdir berkata Pak RT menang undian itu. Undian yang bernilai uang 1 juta. Tak pernah memegang uang sebanyak itu maka ia terpikir dengan bank. Mudah saja tinggal menandatangani beberapa kertas P

Tobatnya oleh kejujuran Ulama’

Innalillahi wa innalillahi roojiuun, Indonesia kembali berduka dengan wafatnya Habib Munzir (Minggu, 15/9/2013), seorang yang mendirikan Majelis Rasulullah yang di setiap pengajiannya selalu diikuti oleh ratusan bahkan ribuan jama’ah. Majelis Rasulullah adalah salah satu kelompok pengajian yang cukup populer di Jakarta. Majelis ini didirikan pada tahun 1998 oleh Habib Munzir. Semoga Allah menerima amal beliau, dakwah beliau, dan mengampuni dosa-dosa beliau, serta tempatkanlah beliau di jannah-Mu yang tinggi, bersama para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan para shalihin. Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin. “Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al- Iman dari Abu Darda') 1 Sungguh hadirnya seorang ulama’ di tengah-tengah umat adalah ba

Sudahlah

Baiklah kawan, setelah beberapa hari yang lalu saya terkena hukuman karena ketiduran sehingga gak sempat nyetor, maka kemarin ketika saya sudah selesai menulis dan ingin di aplod ke blog ternyata kuota internet sudah habis dan akhirnya kena lagi hukuman kedua. Padahal hukuman pertama belum terbayar, eh sudah kena lagi yang kedua. Padahal lagi saya lo yang mencetuskan dan menggebu-gebu bikin program kayak gini, eh saya juga yang kena hukuman paling banyak. Maksudnya ini apa ya? Sudah gitu, yang hari ini temanya aneh pula. Istri sholeha’. Apa coba maksudnya? mau menyalakan kompor supaya kebakaran? atau atau atau yang lain. Paling-paling ya ayat-ayat yang sudah biasa keluar, misal seperti “ Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)….. ” ada tertulis di Al-qur’an surah an-Nur

Masa Lalu Kakek Jar

“Sepertinya sebentar lagi Nak…” orang tua itu tersenyum simpul sejak tadi ia menceritakan kisah hidupnya. Meskipun sedang terbaring lemah di atas ranjang itu tapi entah kenapa sejak siuman kemarin mukanya terus menampilkan wajah yang berseri-seri. “Apanya Kek yang sebentar lagi?” salah seorang anak yang sejak malam tadi menunggu tepat di samping Kakek itu kini bertanya penasaran. Anak muda berbadan tegap tinggi ini memang akrab dengan kakeknya semenjak remaja. Ia yang sering mendengarkan kisah-kisah kakek sewaktu muda meskipun selalu terkesan di ulang-ulang seperti sebuah kaset rusak. Pernah sesekali Kakek bercerita tentang masa mudanya yang begitu gelap gulita tanpa arah. Kakek yang akrab dipanggil Kakek Jar ini dulunya adalah pejudi ulung. Setiap kali ia bermain entah dapat keberuntungan dari mana ia selalu menang. Membawa uang hanya ratusan ribu, pulang dari sana bisa berkali-kali lipat. Itu masa seumur anak-anak SMA. Jadi kalau ia terlambat sekolah atau di hari itu

Tempe

Karena kapok kemarin gak sempet nyetor tulisan, maka saya mencoba kembali menulis di pagi hari. Setelah kemarin menunda dan merencanakan nulis malam ternyata ketiduran. Ya, memang karena agak kurang enak badan kemarin.( alasan ..!! ). Entah bagaimana caranya, saya paksakan menulis di pagi hari. Pertama, memang saya terbiasa menulis di pagi hari karena pikiran masih segar dan tidak mengantuk. Kedua, karena pikiran masih segar dan tidak mengantuk makanya saya membiasakan menulis di pagi hari. Dan kedua pernyataan barusan sebenarnya sama saja. Karena tidak nyetor kemarin, sebagai konsekuensinya saya di hukum sesuai kesepakatan awal. Hukumannya sederhana, mentraktir makan penyetor pertama di hari itu. Rencananya sih saya ingin mentraktir dia nasi putih dengan iwak tempe ditaburi kecap manis bisa juga ditambah kerupuk. Tapi apa daya, ternyata tempe langka dan mahal. Jadi saya mengurungkan niat. Merenung kembali di kamar, apalagi makanan yang murah dan bisa masuk kriteria “mentraktir makan”

Parameter

Di tengah asyiknya berkutat dengan laporan, eh keingat sama program sehari satu tulisan. Jam sudah bersedia ikhlas menunjukkan pukul 10.49 WITA kalau merujuk di jam laptop yang berada di pojok kanan bawah layar laptop. ‘Garis mati’ program sehari satu tulisan ini jam 12 malem sob. Sudah kayak cinderella aja kan, kalau sudah jamnya habis gue bakalan lari-lari keluar rumah, terus dengan tidak sengaja atau kalau bisa dengan sengaja (supaya sama seperti di cerita) sepatu gue jatuh. Dan gue nyeker jalan ke rumah. Kan gak lucu! Pertama, cinderela itu cewek. Kedua, cinderela itu kan cuma dongeng. Ketiga, gue gak mirip cinderella kok. Kalau kemarin gue yang lagi di kamar mandi, merenung sejenak untuk mencari-cari tema dan akhirnya ketemu tema yaiut “air”, maka hari ini ternyata rival gue nentukan temanya adalah “halal”. Entah dia lagi merenung di mana sehingga kepikiran untuk memutuskan tema tulisan hari ini tentang “halal”, gue nebak sih dia habis beli coklat di supermaket terus memutar-mut

Air Keajaiban

Menurut kamus besar bahasa indonesia, air dikategorikan sebagai kata benda ( noun). Disebutkan definisi pertama dari air adalah cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yg terdapat dan diperlukan dl kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yg secara kimiawi mengandung hidrogen dan oksigen. Adapun definisi keduanya masih menurut KBBI, benda cair yg biasa terdapat di sumur, sungai, danau yg mendidih pd suhu 100 o C. Itu menurut buku KBBI, kita liat lagi definisinya menurut para ahli. Menurut Robert J. Kodoatie, air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Menurut Sitanala Arsyad, air adalah senyawa gabungan antara dua atom hidrogen dan satu atom oksigen menjadi H2O Menurut Eko Budi Kuncoro, air merupakan suatu senyawa kimia sederhana yang terdiri atas 2 atom hidrogen (H) dan 1 atom Oksigen (O). Air mempunyai ikatan Hidrogen yang cenderung bersatu padu untuk menentang kekuatan dari luar yang akan memecahkan ikatan-ikatan ini. Menurut Sayyid Quth

Belajar dari si Plankton

Hampir setiap pagi tivi menyala dengan channel ke arah glo*** tv. Apa yang dilihat? Spongebob. Biasanya jadwalnya setelah shubuh, tilawah bentar, terus setel tivi liat khazanah. Nah, setelah itu pasti adik-adik saya sudah selesai mandi bersiap sekolah. Sambil sarapan biasanya mereka menonton tivi. Ya yang di tonton si spongebob itu. Makanya ketika kami membuat program menulis satu tulisan tiap hari dengan tiap harinya bertema, saya langsung mengambil tema spongebob. Entah jadi apa tulisan saya kali ini. Kita liat saja. Pagi ini kebetulan minggu pagi. Si Faiz yang sekarang di sebelah saya melihat saya memijat-mijat tombol keyboard komputer memprotes paragraf pertama. “Sekolah? kan hari ini hari minggu! Huuu….!” Lantas saya jawab, “kan disitu gak ditulis kalau sekolahnya hari ini. Huuuu…. !” Spongebob tadi pagi tentang episode kegigihan plankton mencuri resep krabby patty. Sudah banyak sekali episode-episode spongebob yang menceritakan plankton yang ingin mencuri. Dari banyak itu seba

Passion? Hobby?

Kalau pernah menonton episode spongebob, yang tayangannya itu di shoot seorang warga negara bikini bottom, dengan posisi yang sama. Kemudian latar nya berubah dari latar di dalam rumah, kemudian berubah lagi latarnya di dalam mobil yang terjebak macet, kemudian di kantor, dan akhirnya kembali lagi latarnya ke dalam rumah. Ingat gak? Ah, yang jarang nonton sponge bob ya pasti gak tau. Jadi gak usah di jawab ya, dibayangin aja gimana. Maksudnya apa paragraf pertama di atas? Tayangan itu ingin menunjukkan bahwa si ikan warga bikini bottom itu bosan dan muak dengan rutinitasnya setiap hari. Yang memang itu-itu saja, mulai dari bangun tidur, kemudian terjebak kemacetan,  di kantor, akhirnya kembali lagi ke rumah. Besoknya? mengulangi nya lagi. Jika sudah hari libur, baru membalas. Mungkin tidur seharian, di depan tivi seharian, ngabisin duit seharian, dan lain-lain. Itu pagi sampai siangnya. Sorenya? kembali lagi, “Aseemmm…! Besook senin lagi ….!!“ Bagaimana rasanya? Bosan! bekerja dan

Mereka (KKN Bercerita)

Setelah beberapa detik, menit, jam berlalu akhirnya saya menemukan ide untuk ditulis kali ini. Dengan mencari-cari ke sana kemari seperti orang yang kehilangan uangnya, dari membuka laptop, melihat-lihat foto, terus mencucuk modem, buka-buka twitter sebentar, facebook, masih belum dapat juga. Sampai-sampai update status facebook dulu, terus ‘menulak-akan’ adik sekolah, terus kembali lagi ke depan laptop, dan akhirnya dapat. Sebelum hilang lagi, saya langsung saja menulis yang tidak karuan seperti paragraf di atas. Cukup tidak penting sebenarnya paragraf di atas itu. Kalau saja blog ini punya editor pasti sudah di hapus dan gak bakalan dimuat paragraf pertama itu. Apalagi paragraf yang sedang kalian baca ini. Sungguh tak penting. Anak-anak. Mungkin itu yang membuat sebagian dari kami akan rindu dengan desa Baliangin selain suasana dan pemandangannya. Kalau suasananya, biasanya jam-jam segini kalau lagi nganggur, masih saja ada yang tidur, ada juga yang sudah cuci-cuci baju, ada juga y

Rezeki Tak Terduga (KKN Bercerita)

Kalau dibilang seperti orang pindah rumah, mungkin seperti itulah kami. Bagaimana tidak? Mulai dari kompor, piring, gelas, wajan, ceret, baskom, gayung, sendok, reskuker, semua peralatan dapur sampai kasur, bantal, guling pun ada. Itu karena kami hanya disediakan dua rumah kosong tanpa peralatan apapun, yang satu kantor dengan meja, lemari, dan kursi kantor. Yang satunya lagi bener-bener rumah kecil yang kosong. Tapi itu alhamdulillah lah, gak usah bayar sewa, cuma bayar listrik aja. Toh kita harus tetap bersyukur kan. Urusan makan cukup rumit. Di desa itu hanya satu ada warung makan, itupun kami baru menyadarinya di akhir-akhir masa KKN kami. Dan lokasinya agak jauh, bersampingan dengan masjid. Sampai akhir masa KKN pun kami belum ada singgah ke sana. Kami makan dengan hasil keringat masakan sendiri. Alasan utamanya yaitu tuk menghemat pengeluaran kas kelompok. Kas kami habis untuk menyewa pick up mengangkut barang-barang yang sudah kayak orang mau pindah rumah itu tadi. DI bulan pu

Beberapa Kegagalan (KKN bercerita)

Sebenarnya ketika sebelum KKN dimulai saya memiliki beberapa target yang ingin dicapai. Bukan hanya sekedar nilai yang ternyata begitu mudah didapat. Tapi ada beberapa target pribadi, salah duanya itu membuat perpustakaan mini dan satunya lagi saya membuat buku bercerita tentang KKN ini. Ternyata eh ternyata takdir berkata lain, entah sejak kapan yang namanya takdir itu bisa berbicara tapi yang jelas ia berkata lain. Keduanya tidak ada yang terpenuhi. Yang perpus mini terkendala dana, sehingga mulai awal sudah tidak diprioritaskan untuk dikerjakan. Yang membuat buku targetnya saya menulis satu kali sehari di sana, tapi takdir berkata lain lagi, hanya empat tulisan yang saya dapat selama di sana. Maklum masih belum menemukan tempat yang PeWe. Lagipula setelah dipikir-pikir siapa yang mau beli buku begituan, paling-paling adek saya, temen satu kelompok, udah. Nah sisanya….. Maka saya coba ceritakan saja kepingan memori-memori itu di blog butut ini. Kan kalau di sini terserah saj

Para Pencari Sinyal (KKN bercerita)

Kalau di bulan puasa saya sangat suka dengan film yang judulnya Para Pencari Tuhan, tapi judul di tulisan di atas ini bukan judul film. Yang pasti saya gak akan suka karena bukan film ataupun sinetron, judul di atas hanya sekedar judul yang saya nobatkan kepada teman-teman KKN saya yang sangat gigih dan berjuang mati-matian mencari sinyal. Awalnya mereka (mungkin termasuk saya) kebingungan ketika hape mereka seakan hanya seperti ‘gameboard’. Tau kenapa? itu karena yang bisa dilakukan hape cuma maen game. Kalau yang lebih canggih hapenya bisa sambil memfoto, dengerin lagu, dan lainnya. Tapi yang gak canggih-canggih amat paling cuma diajakin tidur di sampingnya. Pas di samping bantal. Berharap dia bisa hidup dan berkata, “hei, selamat tidur yaa…” Maka demi menjaga kehormatan hape, mereka pergi keluar. Berjalan-jalan sedikit ke tempat yang lebih tinggi. Dan Aha!! akhirnya hape tersebut kembali kehormatannya sebagai alat untuk berhubungan. Sinyal kecil, datang dengan perlahan. Menyapa si

Aqabah Menyejarah

“Siapakah kalian ini?” tanya Rasul setelah saling bertatap muka. “Kami orang-orang dari Khazraj,” jawab mereka. “Sekutu orang-orang Yahudi?” tanya Rasul. “Benar,” “Maukah kalian duduk-duduk agar bisa berbincang-bincang dengan kalian?” “Baiklah.” Sehingga terdapat tujuh orang dalam perbincangan tersebut termasuk Rasulullah di Aqabah, Mina. Diantaranya ada As’ad bin Zurarah, Auf bin Al Harits, Rafi’ bin Malik, Quthbah bin Amir, Uqbah bin Amir, Jabir bin Abdullah. Mereka menikmati perbincangan yang cukup indah dengan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan Rasulullah. Menjelaskan hakikat Islam, dakwah dan mengajak mereka mendekat kepada Allah dan tidak menyekutukan apapun denganNya. Langit meyaksikan mereka, bebatuan, dan bukit Aqabah jadi saksi di tengah heningnya malam. Memang keadaan ketika itu Rasulullah mengalami tekanan yang begitu kuat dari penduduk Mekkah terhadap dakwahnya sehingga beliau membuat strategi berdakwah kepada kabilah-kabilah pada ma

Solusi Kondom, Pesan Tersirat, dan Akar

Teringat perkataan seorang dokter kemarin selagi dalam acara pembekalan KKN yang membahas materi AIDS dan NAFTA. Jadi ada (kalau gak salah ingat) empat hal cara pencegahan penyebaran virus HIV AIDS. Yang pertama dan yang kedua saya gak ingat. Nah yang ketiga (ini yang saya ingat betul) adalah “kalau memang tidak bisa dengan kedua cara tadi maka pakailah kondom,” begitu kira-kira redaksi nya. Saya tergelitik dalam hati dan sekaligus prihatin. Jadi saya sedikit ‘bengong’ ketika para teman-teman di belakang yang juga tidak setuju dengan pernyataan itu pada nyeletuk dan berkomentar sambil menepuk-nepuk bahuku menunggu komentar juga muncul dari mulut saya. Saya? Diam mengusap-ngusap kepala sambil menggerutu dalam hati. Materi selesai dan sesi tanya jawab berlangsung. Tak ada yang mau bertanya maka dokter tadi lah yang menunjuk salah seorang untuk di berikan pertanyaan. Satu orang di tunjuk maju ke depan. Di berikan pertanyaan, “Apa saja yang bisa menyebabkan penularan virus HIV?” Ma

Ar-Jun-Na

Pagi membuat setiap orang ingin menggerakkan otot-ototnya. Tak terkecuali dengan ketiga pria muda ini yang baru saja selesai dari lari pagi. Mereka singgah di salah satu kedai minuman, "Ar, kali ini aku yang traktir. Terserah kau mau minum apa, pesan saja.." "Wah... Tumben kau baik sekali Jun.." "Sudahlah pesan saja, sebelum aku berubah pikiran..." "Bulek..kulo pesan es degannya yo, sitook..." salah satu dari ketiga teman tadi langsung tanpa basa-basi memesan minuman ke kedai tadi. "Hahaha...cepat sekali Kau Na kalau masalah traktiran seperti ini," tawa Jun yang sedang baik hati pagi ini mau mentraktir temannya. "Ulun juga pesan Es Nyiurnya satu Cil..!" "Kalau saya pesan Es Kelapa ya Bu," kali ini Ar juga memesan.

Kakak dan Adik

Di sudut kota sebelah timur, seseorang berbicara pada diri sendiri, "Wah, terima kasih pemerintah. Berkat BBM dinaikkan saya sekarang bisa lebih jarang pakai mobil, mungkin nanti akan membeli sepeda saja agar lebih sehat dan bugar." Di waktu yang sama namun disudut kota lain, seorang anak muda sedang berdiskusi dengan adiknya, "Dek, sepertinya kakak gak bisa membelikan sepeda buat kamu sekolah. Karena kemungkinan dari hasil mengamen ini gak akan cukup lagi disisakan untuk menabung membelikan kamu sepeda." "Loh, kenapa kak?" "Kemarin pemerintah memutuskan BBM naik, jadi kemungkinan harga makanan kita juga naik," "Ohh...Hemm..gimana kalo kita jadi copet aja Kak," "Astaga !! Jangan Dek!" ------------------------------------- "Kak, kapan kakak punya uang 1,1 M kayak pak presiden kita Kak?"

Malam ini saksi

Hari ini, malam ini, tepat pukul 12.00 malam waktu laptop dan juga tepat sekitar satu jam yang lalu keputusan DPR di sidang parlemen adalah menyetujui R APBN-P 2013. Di mana tertuang di dalamnya kebijakan untuk menaikkan harga BBM. Banyak sekali yang terdapat dalam kepala ini, tentang rakyat, tentang dpr, tentang demokrasi, tentang voting, tentang sidang paripurna, tentang demo mahasiswa, tentang demo buruh, tentang demo anarkis, tentang fakta, tentang kebohongan, tentang penguasa, tentang solusi dan tentang-tentang yang lain. Sejak awal menonton televisi disuguhkan berita demo, disuguhkan tentang debat. Ada yang berdebat dengan intelektualitas serta argumen2 yang sesuai, ada yang berdebat hanya dengan retorika yang cukup indah, hingga menyerang pribadi2 lawannya. Terus bergulir waktu, terus bergulir berita mengenai keadaan di dalam ruang sidang parlemen, di tempat lain terus bergulir demo mahasiswa yang paham dan peduli akan nasib rakyat, di titik lain juga sama bergulir berba

Arjuna dan Kakek Jar | Berbeda

Sambil minum kopi, menyerupnya sedikit demi sedikit. Merasakan sensasi tiap serupan hangat yang masuk kemulut dengan terlebih dahulu melewati bibir, lidah, tenggorokan, dan proses selanjutnya silahkan tanya anak biologi. Mendengarkan lantunan-lantunan tak bersuara manusia, hanya bunyi-bunyi yang dihasilkan alat musik yang tertib dimainkan para musisi, yang sering disebut Depapepe. “Nak, kau terlihat berbeda hari ini…” ucap seseorang yang sedang duduk di kursi goyangnya. Sama, menikmati kopi hangatnya sambil menonton serial tivi favorit. “Eh… kenapa Kek? Apanya yang berbeda?” tanya ku. Ternyata Kakek Jar senang si Arjuna bertanya penasaran. Ia langsung mendekat ke tempat Arjuna bertengger. Berbekal tongkat kayunya ia berjalan perlahan mendekat. Setapak demi setapak, sambil tersenyum girang karena jebakannya berhasil. Sekarang Kakek ada teman mengobrol. "Kakek mau cerita sesuatu Nak,”

Tanpa Topik

Sebelum malam berakhir, sebelum mata tertutup karena kelelahan, sebelum sadar berada di alam bawah, izinkan saya menulis. Entah apapun itu intinya jari ini akan terus bergoyang riang gembira menikmati tiap-tiap sentuhannya bersama keyboard yang hitam manis. Apakah ada yang bisa dibicarakan malam ini. Entahlah, sepertinya juga kita tidak akan tau kalau saya sedang berbicara apa dan anda berbicara apa. Toh kita tidak di sediakan media penghubung suara. Jadi tidak penting memikirkan apa yang bisa kita bicarakan malam ini. Mungkin kita ganti pertanyaannya. Apakah ada yang bisa dituliskan malam ini. Nah, kelihatannya ini pas banget. Bagaimana apakah ada jawaban. Tentu saja tidak akan ada jawaban. Sampai saya teriak-teriak pun di depan laptop ini gak akan ada yang menjawab. Toh sekali lagi kita tidak disediakan media penghubung suara. Jadi jika anda punya usulan apa yang seharusnya menjadi topik tulisan malam ini saya tidak bisa mendengar. Maka kita jangan buat pertanyaan. Marilah

Bersama-sama

iman itu seperti per, kadang naik kadang turun | mka ktika turun segeralah cari cara supaya ia naik | salah satunya berkumpul dgn org sholeh saya dulu tak sesemangat ini belajar islam | tak sebangga ini berlabel muslim | tapi semua berubah setelah mengenal mereka mereka mengajari bagaimana berkorban mati-matian demi islam | rela menghabiskan waktu demi islam | mengeluarkan harta demi islam salut bangga iri melihat mereka yang begitu antusias | ada apa gerangan dengan itu semua sampai2 waktu dan hartanya habis hanya demi islam ternyata setelah saya mendekati mereka akhirnya mendapat jawaban | surga itu bukan barang murahan! "Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan)..... ...sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka & kesengsaraan, ......... .......Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) (QS 2:

Rindu

Awalnya ini dimulai dengan ketidakpuasan saya terhadap kinerja pemerintah. Kekecewaan saya terhadap pemerintah yang terus menerus diberitakan tersandung berbagai kasus. Mulai dari korupsi, hingga saat ini sedang ramai para politisi akan mudah diarahkan dengan wanita. Entah apa istilahnya saya lupa. Pertanyaan awalnya. Apakah tidak ada lagi sosok pemimpin yang amanah di dunia ini. Atau di negeri ini sajalah dulu. Apakah sudah tidak ada lagi? Ternyata setelah mengenal kelompok ini saya menambah referensi saya terkait apa sebenarnya masalah akar yang terjadi dalam problematika kehidupan dan kekuasaan di dunia ini. Ternyata selain seorang sosok pemimpin yang amanah, juga diperlukan juga kepemimpinan yang amanah. Ini merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Tak bisa di ambil premis satu kemudian premis lainnya dihilangkan. Suatu kesatuan yang menjamin kesejahteraan rakyat yang tidak hanya di dunia bahkan juga di akhirat. Saya ingin sekali mengutip tulisan dari seorang pen

Berkhayal

Pagi ini adalah minggu pagi. Kalau ada yang tanya besok hari apa, maka saya jawab dengan keren besok hari senin. Kemudian lagi ketika ada yang tanya kemarin hari apa, maka saya jawab dengan asyik, kemarin adalah hari sabtu. Dan ketika ada lagi yang bertanya hari ini hari apa, maka saya jawab dengan asoy, hari ini hari minggu. Lantas siapa yang akan bertanya kesitu kemari? oke, marilah kita sedikit berhayal di pagi yang ceria ini. Seceria anak TK yang masih main di arena bermain yang terkomposisi atas ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, dll. Begini khayalannya. Saya berada di sebuah ruangan, ber-AC, cukup luas. Bisa menampung hingga beratus-ratus orang. Dengan kursi yang juga beratus-ratus jumlahnya. Panggung di depan ruangan terlihat megah. Kursi sofa pun bertengger di atas panggung menandakan sofa lebih tinggi dari panggung. “Lantas ketika anda tidak suka menulis kenapa sekarang ingin menjadi seorang penulis?” tanya salah seorang lelaki berambut kribo, berkumis lebat dan tebal

Arjuna dan Kakek Jar

Ujian seminggu lagi, segalanya dipersiapkan Arjuna dengan sangat cermat dan seksama. Mulai dari membuat jadwal belajar yang lebih banyak dari biasanya, sampai menolak semua agenda-agenda yang tidak berhubungan dengan ujian yang akan dilaksanakan. Malam-malam pun bertumpuk dengan buku-buku yang tebal. Ditemani suara jangkrik yang selalu konser di malam hari, dan secangkir kopi hangat di samping, Arjuna tidak berhenti belajar hingga larut. Setelah itu ia lantas pergi ke kamar mandi, berwudhu kemudian sholat malam, tak lupa do'a. Baru kemudian tidur kembali. Hari Ujian pun tiba. Dilewati dengan cukup mudah oleh Arjuna meskipun tidak semua soal bisa ia jawab. Langsung kita loncat ke hari pengumuman. Ternyata Arjuna tidak mendapat hasil yang jauh dari memuaskan. Bahkan bisa dibilang jelek.

Misteri

Di sana kau tumbuh, menggapai mimpi-mimpimu. Di sini diri ini tumbuh menggapai mimpi-mimpinya. Tiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan berlalu setapak demi setapak melangkah. Mendekat sedepa demi sedepa berharap mimpi itu tak menjauh, cukup hanya diam di tempat hingga kau lah yang berlari mengejarnya. Aku pun demikian. Kau yang masih sangat misterius dalam  rupa,dan nama. Meminjam istilah seseorang menyebut kau dengan ‘kekasih gelap’. Gelap karena memang tak tau siapa dan dimana. Seperti apa dan sedekat apa. Kadang harap kaulah orangnya, kadang juga dia lah orangnya, atau dia yang lain lagi orangnya. Tapi harap hanya sekedar harap. Namun pantaskah diri ini mendapatkannya. Begitulah seharusnya pertanyaan yang harus di pertanyakan kembali. Pantaskah dan pantaskah? Misteri ini akan terus misteri hingga saatnya nanti. Hingga semua terkelupas di saat yang tepat, tempat yang tepat, dengan orang yang tepat. Tentu bukan kau, dia, ia, beliau, anda, dan lainnya. Atau bisa saja itu kau, d

Muslimo No Jutsu (Buku Pertama Saya)

Cukup lama. Aha! akhirnya saya memulai tulisan saya. Sudah sejak sehabis isya saya membuka laptop, berharap menuliskan sesuatu malam ini, hingga akhirnya pukul 11.22 PM (jam laptop) baru saja saya memulia tulisan ini. Ternyata benar sekali teori fisika yang pernah saya pelajari dulu. Bahwa gaya gesek terhadap benda diam itu lebih besar daripada gaya gesek terhadap benda yang sudah bergerak. Makanya mulai saja! Nah berhubung sudah dimulai dan sudah masuk ke paragraf dua, saya berhak untuk sejenak berpikir emangnya ini tulisan tentang apa. Entahlah, yang penting saya harus nulis malam ini. Saya sudah terlalu lama tidak menggoyangkan jemari mencolek tuts-tuts keyboard. Merangkai huruf menjadi kata, merangkai kata menjadi bermakna. Kau tau, itulah menulis, hanya rangkaikan saja kata-kata yang ada di pikiranmu. Simpel ! jangan dibuat sulit. Teringat acara pelatihan menulis yang kebetulan saya jadi salah satu narasumbernya. Di sana saya bilang kalau saya tidak suka menulis. Sudah sejak k

Fakta yang mereka sembunyikan, kini menjadi Fakta yang kita bangkitkan!

Kultwit Akbar K. Laksana “Fakta yang mereka sembunyikan, kini menjadi Fakta yang kita bangkitkan!” 1.Mngapa hingga kini kaum muslimin blm jg bangkit dari kterpurukannya..? Salah 1nya krn kaum muslimin lupa dgn potensi mrk dgn islamnya. 2.Dan mengapa sy menggunakan kata ‘bangkit’..? itu karena kaum muslimin pernah menjadi kaum yang terdepan. 3...Tidak seperti sekarang, yang penuh dengan kehinaan, dan keterpurukan dibanyak bidang. 4.Tentunya itu bukan karena islamnya kaum muslimin. Soalnya justru saat ini kaum muslimin tidak menerapkan islam dalam kehidupan mereka. 5.Islam saat ini diterapkan hanya sebatas wilayah pribadi. Pdhl kaum muslimin mnjd terpuruk spt skrg justru krn meninggalkan islam mereka.. 6.Islam yang konfrehensif dan luas, sejatinya mampu mengurusi berbagai aspek kehidupan, saat ini tidak diterapkan keseluruhan. 7.Banyak sekali faktor yg mengakibatkan hal tsb, salah satunya tdk ada kesadaran kaum muslimin utk brjuang mngambalikan kehidupan islam. 8.Mengap

Kakek Jar

Pagi selalu menghadirkan jiwa-jiwa yang siap menghadapi hari. Pagi datang ketika malam kelam sudah mencapai titik ekstremnya. Pagi mempunyai cerita sendiri bagi orang-orang yang setia bangun menyambut panggilanNya ketika kantuk masih memaksa mata untuk tetap tertutup. Aku, akupun memiliki nama yang menandakan pagi ingin bersua. Fajar. Mungkin aku lahir ketika pagi sudah bersiap ingin menampilkan sosoknya. Dan juga ketika malam sudah sangat gelap, gelap mencapai puncaknya. Fajar, hadir antara malam dan pagi. Ia hadir di tandai dengan alunan suara-suara para muadzin di masjid atau langgar-langgar terdekat. Suara yang membantu para penikmat fajar bangun menghadirkan jiwa-jiwanya untuk kembali menjumpai RabbNya. Aku pun terbangun ketika suara muadzin menyinggung aktivitas yang sedang kulakukan, “Sholat lebih baik daripada tidur.” Lantas ku beranjak dari kasur empukku, tergopoh-gopoh berjalan ke belakang rumah. Ku sengaja membuat langkahku seberisik mungkin dengan niat supaya yang lain

Andai setelah ini

Pagi tadi, selepas sholat subuh di mushola dekat rumah saya pulang ke rumah berniat akan ziarah ke kubur ayah mamah. Sudah lama rasanya tidak ke sana, mungkin ada sekitar 2-3 bulan tidak mengunjungi. Ah, bisa dipastikan banyak rumput-rumput liar di sekitar kubur beliau. Hehe.. Sebenarnya dulu kami (saya, mujib, faiz) rutin mengunjungi kubur beliau setiap habis subuh jum’at. Shubuh berjama’ah di mushola dekat rumah ini kalau jum’at memang sedikit spesial (kayak martabak), biasanya imam menambah sholat dengan sujud sajadah, dengan surat sajadah di rakaat pertama dan kedua. Terus setelah itu zikir di jum’at subuh di mushola ini lumayan lebih panjang dari biasanya, yang paling mantep kami di suguhi kopi dan kue ‘untuk-untuk’. Lumayan lah dapet sarapan gratis.

Gak Usah dibaca #part2

Di hadapanku berdiri kokoh sebuah laptop yang terus menerus mengularkan sinarnya. Ia di tusuk oleh berbagai macam alat, di samping kirinya ada sebuah modem dan charger, di sebelah kirinya ada kipas mini dan mouse. Sehingga laptop ini bersinar diikuti sinar-sinar gemerlap yang di berikan oleh mouse di samping kanan saya dan tentu saja di samping kiri laptop. Kalian tau kenapa berbeda kan, karena laptop dan saya memposisikan diri menghadap arah yang berlawanan. Kami berdua saling tatap muka.

Gak usah dibaca

Yang pasti ketika nulis ini saya lagi ada di depan laptop dengan tangan mencolek-colek lembut keyboard dan memandangi layar dengan romantis sambil mencari-cari ide buat apa saya nulis malam ini dan nulis apa saya malam ini. Ah, kau tau ini tulisan tidak jelas, jadi kalau tidak ingin buang-buang waktu ya lebih baik buang-buang air besar saja sana di WC terdekat dan jangan lupa disiram ya. Nah kan tambah gak jelas arah tulisan ini kemana, apakah karena memang gak ada rutenya jadi gak jelas. Ya itu mungkin saja. Ketika saya nulis ini kebetulan lagi capek banget. Tapi aneh lagi capek kok bukannya istirahat tidur tapi kok malah nyalain laptop, ya terserah saya dong, apa urusannya dengan kalian. Ah, sibuk banget ngurusin urusan orang. Nah, lagi-lagi gak jelas.

Entahlah

entah kenapa malam ini berbeda Allah, Aku teringat bagaimana aku dahulu, aku tersadar bagaimana aku sekarang, Allah, banyak sekali nikmat yang Kau beri, banyak sekali hikmah yang Kau selipkan dibalik pahitnya hidup Allah, ajari aku tuk bisa terus-menerus bersyukur, ajari aku tuk selalu mengingatMu di setiap hembusan nafas, ajari aku tuk menikmati indahnya dekat denganMu, Allah, Entah kenapa aku menulis ini, jantungku berdegup kencang, tanganku bergetar menyela ketikan tuts keyboard, mataku, ingin mengeluarkan butiran airnya, Allah, jangan biarkan aku menjauh dariMu, aku butuh Engkau, Engkau satu-satuNya yang paling bisa memahami, apa yang terselip, tersembunyi, di hati hamba, Allah, izinkan aku tuk terus bersamaMu, terus menyebut asmaMu, getar ku untuk Mu, sujud ku untuk Mu, ruku' ku pun untuk Mu, Hidup ku untuk Mu, Matiku pun untuk Mu, -10.20 PM 4 Maret 2013-

Lelah dan diamnya bukan tidur

Mie 5 pak. Njih .... sahutnya dengan ramah.kamipun berlima menikmati mie ayam disela istirahat tadi siang. Aku nambah pesan cakar dan temanku nambah daun bawang. Tapi kamipun membalikkan badan tidak jadi nambah karena pak penjual itu tertidur dan kamipun berbisik..ssst tidur. Mau nambah apa Mas? Sahut pak penjual dan kamipun melanjutkan pesan. Ternyata tidak tidur bi ... sikku dalam hati. Setelah melayani bapak itu kembali tertunduk seperti tidur. Akhirnya kamipun selesai makan ketika saya mau bayar,sayapun melontarkan pertanyaan sok akrab. Capek ya pak? Enggak mas biasa jawabnya. Ngantuk ya pak? Tanyaku lagi. Mboten (tidak) dengan halusnya menjawab. Saya menghafal dan nanti sore ujian. Oooo maaf pak. Dan memang kami mengenalnya bapak itu salah satu jamaah masjid sebelah yang setiap pagi dan sore terlihat aktif ikut mengaji hafalan Al Quran. Sahabat bagaimana kalau kita berlatih "Diam kita bukan ketika tidur saja melainkan dalam diam kita bisa menyelesaikan tug

Seperti oase

Ada sebuah kejadian menarik kita aku berada di bis saat perjalanan menuju Bandung. Ceritanya semua cowok di bis itu pada ngumpul di bokong bis. Ya biasalah cowok, di belakang gila-gila. Ada yang joget-joget. Ada yang nyanyi-nyanyi. Kalo di depan kan gak bisa ngapa-ngapain. Ada dosen duduk bro.hha.. Jadi ketika melewati setiap jalan yang ada sekolahnya, mau sekolah sma, smp, bahkan sd pun aktivitas yang tadinya joget dan nyanyi terhenyak sejenak. Semua focus meliat jendela. Kalau ada yang cocok, langsung ada yang berkicau , “asiiikkkk…….” Atau , “cihuyyyyy,…….”, ada lagi, “beniiinngg cuyyy…” Hemm…keren yak…hha.. Oh ,,satu lagi belum. Yang satu ini perlu keahlian khusus, yaitu jari di masukkan ke mulut, kemudian di tiup dan menghasilkan suara ,,, fiuuuuuiiiitttt… ya kayak suara lagi nyuruh burung lah supaya berkicau. Yang bingung in itu wong di bangku depan ada aja ceweknya, kenapa antusias banget nyari yang di luar. Duhh.. eh ternyata ada yg bilang , “beda broo ,,,produ