Karena sedang dekat-dekatnya dengan musim haji, karena sedang dekat-dekatnya dengan hari raya qurban, maka pak Haji Soleh ingin berkurban membeli seekor kambing. Saat itu ia tidak punya uang cukup untuk membelinya, maka ia terpikir dengan bank. Mudah sekali mencari uang di zaman sekarang, cukup anda menandatangani beberapa kertas di sebuah tempat yang full ac dan karyawannya cantik dan ganteng maka uang yang anda inginkan bisa berada di tangan hari itu juga.
Anggap saja di negeri Pak Haji Sholeh harga kambing saat itu 1 juta. Maka beliau meminjam uang di bank 1 juta.
Dihari sebelumnya Pak RT di negeri itu habis memenangkan hadiah undian yang sering muncul di tivi-tivi. Tidak menyangka sama sekali beliau bakalan dapat hadiah itu, toh ia hanya mengirim sms cuma sekali dan iseng-iseng saja. Tapi takdir berkata Pak RT menang undian itu. Undian yang bernilai uang 1 juta. Tak pernah memegang uang sebanyak itu maka ia terpikir dengan bank. Mudah saja tinggal menandatangani beberapa kertas Pak RT bisa menyimpan uangnya di bank dengan aman dan tenteram bermaksud jikalau ada perlu bisa diambil kapanpun.
Maka dalam dua hari bank di negeri itu telah melakukan dua transaksi, hari pertama menerima uang dari pak RT untuk disimpan. Di hari kedua mengeluarkan uang untuk Pak Haji Sholeh untuk dipinjamkan.
Besoknya Pak Haji Sholeh berangkat ke pusat perbelanjaan kambing. Ia lama memilih-milih mana kambing yang cocok dengannya. Yang wajahnya pas, mulutnya pas, hidungnya pas barangkali. Sampai akhirnya dapat dan harganya pun juga pas. 1 Juta. Deal. Kambing dibeli dengan harga 1 Juta.
Penjual kambing senang hari itu karena kambingnya laku. 1 Juta, wah bisa untuk apapun. Maka penjual kambing terpikir satu, bank. Mudah saja tinggal menandatangani beberapa kertas dan uang 1 juta tadi aman kembali di bank. Cukup simpel.
Maka dalam tiga hari bank di negeri itu telah melakukan tiga transaksi. Hari pertama menerima uang dari pak RT untuk disimpan. Di hari kedua mengeluarkan uang untuk Pak Haji Sholeh untuk dipinjamkan. Lantas di hari ketiga menerima uang lagi dari penjual kambing untuk ditabung.
Maka dalam catatan bank uang sekarang di bank ada 2 juta. Hemm….padahal aslinya, kertas-kertas itu cuma berjumlah 1 juta yang beredar aslinya. Betul?
Begitulah aslinya kita yang hidup di jaman kapitalis ini. Uang kertas yang ditemukan oleh Mister Smith sebagai pengganti sistem barter jaman dahulu menimbulkan malapetaka besar bagi perekonomian dunia. Dari uang kertas terciptalah bank, dari bank terciptalah bunga, tak puas dengan bunga maka terciptalah saham, Tak puas lagi, maka terciptalah transaksi future yaitu transaksi untuk masa depan. Barangnya belum ada, minyak bumi atau gandum yang dibutuhkan enam bulan lagi sudah dibeli sekarang. Uangnya? Ya, uangnya akan terus diputar-putar kembali dan beranak pinak menjadi berkali-kali lipat.
Coba kita perhatikan lagi cerita Pak Haji Sholeh, Pak RT, dan Penjual Kambing. Ketika, Pak Haji Sholeh ternyata tak bisa melunasi hutangnya karena terkena musibah kebakaran, kemudian Pak RT ingin mengambil uangnya di bank karena ingin segera naik haji, dan Penjual kambing ingin mengambil uangnya untuk modal membeli sapi. Dan ketiga itu terjadi di hari yang sama. Maka apa yang dilakukan bank? Entahlah….Toh uang kertas aslinya hanya 1 juta.
Begitulah sistem ekonomi kapitalisme. Yang sejatinya semuanya berpusat pada bank. Bank adalah penyedot uang paling ampuh. Semua peredaran uang diatur oleh bank.
Lantas apakah ada sistem ekonomi yang lain?
Jelas ada! Sistem ekonomi syariah. Inilah sistem yang dicontohkan Rasulullah. Pusat keuangannya ada di Baitul Mall. Alat tukarnya adalah emas, bukan kertas-kertas bertuliskan angka.Tak ada riba. Semuanya mengacu kepada aturan Allah.
Mari kita lihat beberapa tampilan slide Ust. Dwi Condro, Ph.D menjelaskan tentang sistem ekonomi kapitalisme, dan sistem ekonomi islam,
________________________________________
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
(QS. AL A’RAAF:96)
Komentar
Posting Komentar