Di pagi yang dingin menusuk tulang belulang, izinkan saya membuka kembali potongan-potongan puzzle kehidupan. Yang membuat jiwa dan raga merindu. Di pagi yang sehabis malam terguyur rintikan hujan. Yang resonansi darinya membuat seseorang kembali mengingat memori-memorinya di masa lalu. Dari potongan-potongan itulah diri ini mendaki, menjajak tapak-tapak kehidupan yang mengahadang di depan. Saya, merindu. Ketika dulu tiap pertemuan mingguan itu, saya mendapat perhatian lebih dengan tekanan. “Gimana tahajudnya minggu ini? Gimana sholat jama’ahnya di masjid minggu ini? Gimana tilawahnya sudah berapa lembar? Ayo setor hafalannya!!” Jika tak sesuai target, jadilah bulan-bulanan target ceramah beliau. Iya, saya merindu. Saya, merindu. Ketika dulu, ketika agenda-agenda dakwah saya mulai terseok-seok. Terlepas dari target-target. Tiap pertemuan mingguan itu, “Gimana kabar program kerjanya akhi?” Lalu ku jawab, dengan jujur, malu-malu karena alasan tak syar’i –nya, terbata-bata menjelaskan.
Sebuah blog berisi jejak-jejak jemari yang riang menari