Langsung ke konten utama

Arjuna dan Kakek Jar | Berbeda

imagesSambil minum kopi, menyerupnya sedikit demi sedikit. Merasakan sensasi tiap serupan hangat yang masuk kemulut dengan terlebih dahulu melewati bibir, lidah, tenggorokan, dan proses selanjutnya silahkan tanya anak biologi. Mendengarkan lantunan-lantunan tak bersuara manusia, hanya bunyi-bunyi yang dihasilkan alat musik yang tertib dimainkan para musisi, yang sering disebut Depapepe.

“Nak, kau terlihat berbeda hari ini…” ucap seseorang yang sedang duduk di kursi goyangnya. Sama, menikmati kopi hangatnya sambil menonton serial tivi favorit.

“Eh… kenapa Kek? Apanya yang berbeda?” tanya ku.

Ternyata Kakek Jar senang si Arjuna bertanya penasaran. Ia langsung mendekat ke tempat Arjuna bertengger. Berbekal tongkat kayunya ia berjalan perlahan mendekat. Setapak demi setapak, sambil tersenyum girang karena jebakannya berhasil. Sekarang Kakek ada teman mengobrol.

"Kakek mau cerita sesuatu Nak,”


“Astaga, kakek mau cerita? pasti membosankan,” gerutu Arjuna dalam heart-nya. Nah heart dalam pemakaian kata di sini berarti jantung. Padahal maunya itu hati, tapi kalau memakai bahasa inggris hati, liver seperti gak cocok. Maka kesimpulannya jangan pakai bahasa inggris lah. Oke kita ulangi.

“Astaga, kakek mau cerita? pasti membosankan,” gerutu Arjuna dalam hatinya.

“Malam itu…Tepat di bulan yang persis seperti bulan ini, Rajab. Seorang manusia terpilih di zamannya menerima perintah dari Tuhannya untuk melakukan perjalanan yang sangat tertolak oleh akal manusia. Muhammad bin Abdullah namanya, Rasulullah SAW.

“Perjalanan itu pun dilaksanakan sesuai perintah Allah. Dalam waktu singkat, beliau sudah mencapai Masjidil Aqsa’. Sekitar 1500 km jaraknya dari Rasulullah berada, Masjidil Haram. Bahkan sang onta termahal dan terkuat pun hanya bisa menempuh jarak sejauh itu dalam waktu kurang lebih dua bulan.

“Tak cukup sampai situ keanehannya, kendaraan yang mengantarnya tadi kembali melesat bukan dengan arah horizontal, tetapi dengan arah vertikal. Rasulullah melakukan perjalanan yang belum pernah dilakukan oleh Nabi-nabi sebelumnya. Perjalanan ke langit ke-tujuh. Perjalanan itu membawa sebuah cerita manis dengan bertemunya beliau tanpa tabir dengan sang pencipta alam semesta. Entah bagaimana bergejolaknya beliau saat itu. Hingga pulang membawa bekal yang kini tetap kita jalankan, Sholat lima waktu."

Slurrpp…suara kopi ku hirup. Sedangkan kopi kakek jauh di meja sebelah sana tadi. Malas ku mengambilnya, berharap kakek segera mengantuk dan menyelesaikan ceritanya.

“Setelah pulang,” kakek melanjutkan, “beliau ceritakan kejadian itu. Maka, apa yang terjadi, Nak?” tanya Kakek.

“Orang-orang tidak percayaaaaa…” aku menjawab malas dengan gaya anak TK. Toh, aku sudah sering sekali mendengar cerita ini diulang-ulang setiap tahun.

“Yup betul sekali, kamu pintar juga ya..! Jadi ketika beliau kembali ke rumahnya dan menceritakannya kepada masyarakat, seketika mereka berkata ‘Muhammad gila!’, ‘Muhammad tidak waras!’, ‘Muhammad pendusta!’. Semua berkata demikian.

“Namun, ada satu orang Nak. Ada satu orang yang melihat bukan dengan akal dan mata. Ada satu orang yang memiliki ketajaman berpikir melampaui manusia lainnya. Ada satu orang yang memiliki keyakinan kuat. Ialah Abu Bakar. Ia melihat dengan iman. Ia yakin yang dikatakan Rasulullah itu benar adanya, maka tak ada jalan lain selain mengimaninya.

“Beginilah sahabat mulia. Tak melihat dengan mata, melainkan iman-lah menjadi pondasinya, kacamatanya. Melalui iman lah ia melihat kehidupan. Ia berbeda! berbeda dari yang lain! Maka sejak saat itulah ia dikenal dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq radiyallahu anhum’.

“Hemm…maka berbeda lah nak karena Allah. Jangan kau berbeda seperti sekarang.”

“Ha….? kenapa memangnya Kek?” aku bertanya.

“Ia nak, berbedalah karena kebaikan. Maka ketika orang-orang disekitarmu tidak dalam kebenaran, berbedalah. Tunjukkan kebenaran itu Nak meskipun hanya kau sendiri. Jangan pernah takut.

“Tapi Kakek sarankan sekali lagi, jangan berbeda seperti ini….."

"Maksudnya berbeda gimana kek? arjuna gak paham," aku terheran.


“Itu celana pendek Kakek kamu pakai, terbalik pula makainya,! Lepas Nak, itu celana favorit Kakek. Jangan jahat gitu sama kakek. Kakek ini udah tua, celana kakek kok kamu ambil juga.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Ali dan Fatimah

hai terima kasih udah mendengarkan dan sabar ya, dia gak akan kemana-mana kok, yang udah dituliskan di tinta-Nya, pasti akan ketemu, meskipun kamu sekarang keesepian, melihat teman2 udah gak sendirian, tapi kamu hebat kok, bisa menjaga cuma untuk yang halal nanti, sabar ya, tapi semesta tau, kalo kamu pengen banget diperhatiin, disayangin, dimanjain, ngeliat temen lain udah pada dapat itu, gapapa kok, bertahan aja, gak usah iri, apalagi sama pasangan yg belum halal, ohya, kamu tau kisah cinta palng romantis beberapa abad yg lalu? mereka berdua sama-sama bersabar, menahan rasa yg terus membuncah, padahal rasa itu tumbuh udah mulai kecil,

3.1.a.8.2. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Saya Muhammad Fajri Romadhoni, S.Kom calon guru penggerak Angkatan 8 dari SMPIT Ar Rahman Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.  Saya ucapkan terimakasih kepada Fasilitator yaitu Bapak Subiarto, M.Pd yang telah membimbing dan senantiasa memotivasi dalam setiap tahapan belajar saya dalam menempuh Pendidikan Guru Penggerak.  Saya juga ucapkan terimakasih kepada pengajar praktik Bapak Alfian Wahyuni, S.Pdi yang selalu mendampingi dan menjadi teman berbagi baik saat menempuh Pendidikan guru penggerak maupun dalam hal lain berkenaan dengan perkembangan pendidikan.  Saya juga ucapkan terimaksih kepada rekan CGP angkatan 8 yang senantiasa berkenan berbagi dan berkolaborasi dalam setiap tahapam PGP. Saya kali ini saya akan membuat rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran saya sampai saat ini pada program guru penggerak dengan berpedoman pada pertanyaan berikut ini. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan d

Garis Misterius

Anggap saja dihadapan kita ada sebuah papan tulis, di tangan kita spidol merek ternama memaksa kita untuk menggambar sebuah garis panjang di depan. Garis tersebut memanjang mulai ujung papan sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan. Jika diukur, menggunakan pengukur yang ada di meja, menunjukkan angka satu meter. Lagi-lagi tangan kita terpaksa membagi garis panjang tersebut menjadi tiga bagian. Bagian pertama dan ketiga hampir sama panjanganya. Namun, tangan kita membuat bagian yang kedua, yang berada di tengah lebih kecil. Bahkan sangat kecil dibanding yang lain. "Tahukah kalian?" tiba-tiba suara muncul. Reaksi kita tentu kaget. Lah, bagaimana tidak, persepsi kita pasti kalau ada suara tanpa ada sumber suara berarti itu... "Tahukah kalian?" lagi-lagi muncul. "Ehh, enggak. Enggak tahu," anggap saja kita menjawab demikian. "Garis di papan itu adalah garis waktu." "Eh. Eh,,, iya, " anggap saja kita akting gu