Langsung ke konten utama

Detik

waktuLama rasanya tak bersua dengan blog saya yang satu ini. Selama apa? Tentu saja selama saya membuka terakhir blog ini dan akhirnya saya membukanya lagi jam dan detik ini.

Kalian tau bahwa setiap detik itu berharga? coba saja kalian tanya dengan salah satu para penjinak bom. Kita bayangkan. Ia dan timnya, menggerebek tempat bom ditemukan. Setelah ketemu dan bertatap muka dengan bom, ia mencoba mengamati. Memahami. Mendetailkan setiap jengkal dan sudut dari bentuk bom waktu itu. Sementara. Waktu terus berdetak dari menit menjadi detik. Dari tadinya angka 20 menjadi angka 19. Dan tiba-tiba setelah menengok lagi sudah menjadi angka 1. Ah, betapa begitu berharga tiap hitungan detik bagi para penjinak bom. Andai saja terlambat satu detik ia tidak berhasil menjinakkannya, maka tinggal kita siapkan saja panitia penguburannya.

Itu tadi contoh untuk hitungan detik. Bagaimana dengan hitungan menit? apakah sebegitu berharganya dengan detik? Tentu saja! Detik saja sudah berharga, apalagi menit, apalagi jam, dan seterusnya. Seharusnya sih saya menulisnya dari hirarki yang paling lama, jam misal. Kemudian baru pindah ke menit, dan baru ke detik. Supaya efek nya terasa. Tapi tak apalah, toh sudah terlanjur. Saya lebih gak mau lagi kalau harus menghapusnya dan menulis lagi mulai awal. Lebih baik tidur karena memang saat ini matanya sudah mulai memaksa menutup.

Maka kawan, waktu itu terlalu berharga untuk kita habiskan untuk sesuatu yang sia-sia. Pagi, siang, sore, malam, kalau terlewat begitu saja tanpa ada rasa apa-apa, tanpa ada pengalaman berharga apa-apa, ah mungkin mayat hidup lebih baik dari kita dalam hal ini.

So, hargai waktumu. Tapi jangan salah menafsirkan saya menyuruh untuk menjual jam tanganmu. Karena itu milikmu. Sehingga hakmu mau menjual atau tidak jam tanganmu. Ah, sudahlah malam memang memliki sensasi sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Ali dan Fatimah

hai terima kasih udah mendengarkan dan sabar ya, dia gak akan kemana-mana kok, yang udah dituliskan di tinta-Nya, pasti akan ketemu, meskipun kamu sekarang keesepian, melihat teman2 udah gak sendirian, tapi kamu hebat kok, bisa menjaga cuma untuk yang halal nanti, sabar ya, tapi semesta tau, kalo kamu pengen banget diperhatiin, disayangin, dimanjain, ngeliat temen lain udah pada dapat itu, gapapa kok, bertahan aja, gak usah iri, apalagi sama pasangan yg belum halal, ohya, kamu tau kisah cinta palng romantis beberapa abad yg lalu? mereka berdua sama-sama bersabar, menahan rasa yg terus membuncah, padahal rasa itu tumbuh udah mulai kecil,

3.1.a.8.2. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Saya Muhammad Fajri Romadhoni, S.Kom calon guru penggerak Angkatan 8 dari SMPIT Ar Rahman Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.  Saya ucapkan terimakasih kepada Fasilitator yaitu Bapak Subiarto, M.Pd yang telah membimbing dan senantiasa memotivasi dalam setiap tahapan belajar saya dalam menempuh Pendidikan Guru Penggerak.  Saya juga ucapkan terimakasih kepada pengajar praktik Bapak Alfian Wahyuni, S.Pdi yang selalu mendampingi dan menjadi teman berbagi baik saat menempuh Pendidikan guru penggerak maupun dalam hal lain berkenaan dengan perkembangan pendidikan.  Saya juga ucapkan terimaksih kepada rekan CGP angkatan 8 yang senantiasa berkenan berbagi dan berkolaborasi dalam setiap tahapam PGP. Saya kali ini saya akan membuat rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran saya sampai saat ini pada program guru penggerak dengan berpedoman pada pertanyaan berikut ini. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan d

Garis Misterius

Anggap saja dihadapan kita ada sebuah papan tulis, di tangan kita spidol merek ternama memaksa kita untuk menggambar sebuah garis panjang di depan. Garis tersebut memanjang mulai ujung papan sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan. Jika diukur, menggunakan pengukur yang ada di meja, menunjukkan angka satu meter. Lagi-lagi tangan kita terpaksa membagi garis panjang tersebut menjadi tiga bagian. Bagian pertama dan ketiga hampir sama panjanganya. Namun, tangan kita membuat bagian yang kedua, yang berada di tengah lebih kecil. Bahkan sangat kecil dibanding yang lain. "Tahukah kalian?" tiba-tiba suara muncul. Reaksi kita tentu kaget. Lah, bagaimana tidak, persepsi kita pasti kalau ada suara tanpa ada sumber suara berarti itu... "Tahukah kalian?" lagi-lagi muncul. "Ehh, enggak. Enggak tahu," anggap saja kita menjawab demikian. "Garis di papan itu adalah garis waktu." "Eh. Eh,,, iya, " anggap saja kita akting gu