Awalnya ini dimulai dengan ketidakpuasan saya terhadap kinerja pemerintah. Kekecewaan saya terhadap pemerintah yang terus menerus diberitakan tersandung berbagai kasus. Mulai dari korupsi, hingga saat ini sedang ramai para politisi akan mudah diarahkan dengan wanita. Entah apa istilahnya saya lupa.
Pertanyaan awalnya. Apakah tidak ada lagi sosok pemimpin yang amanah di dunia ini. Atau di negeri ini sajalah dulu. Apakah sudah tidak ada lagi?
Ternyata setelah mengenal kelompok ini saya menambah referensi saya terkait apa sebenarnya masalah akar yang terjadi dalam problematika kehidupan dan kekuasaan di dunia ini.
Ternyata selain seorang sosok pemimpin yang amanah, juga diperlukan juga kepemimpinan yang amanah. Ini merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Tak bisa di ambil premis satu kemudian premis lainnya dihilangkan. Suatu kesatuan yang menjamin kesejahteraan rakyat yang tidak hanya di dunia bahkan juga di akhirat.
Saya ingin sekali mengutip tulisan dari seorang penerjemah buku Tarikh Khulafa’ yang dikarang oleh Imam As-Suyuthi tentang sosok pemimpin terbaik setelah Rasulullah yang juga memiliki kepemimpinan yang terbaik,
Mari kita saksikan lagi bagaimana pandangan penerjemah buku Tarikh Khulafa’ Imam As-Suyuthi mengenai sosok Khalifah kedua umat muslim,
Subhanallah. Kita rindu sekali dengan sosok-sosok mulia seperti ini. Sosok-sosok yang lahir dari sebuah sistem kaderisasi yang dibina oleh Muhammad SAW. Sosok-sosk yang tercipta dari sebuah sistem kepemimpinan terindah yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sosok-sosok yang juga muncul dari sebuah sistem yang tidak hanya memenitngkan masalah individu namun juga tercipta sebuah aturan islami dengan sesama muslim atau non muslim bahkan juga sebuah aturan islami bagaimana mengelola negara.
Subhanallah. Kita rindu sekali dengan sistem itu. Kita rindu sekali dengan sosok pemimpin itu. Kita rindu.
Pertanyaan awalnya. Apakah tidak ada lagi sosok pemimpin yang amanah di dunia ini. Atau di negeri ini sajalah dulu. Apakah sudah tidak ada lagi?
Ternyata setelah mengenal kelompok ini saya menambah referensi saya terkait apa sebenarnya masalah akar yang terjadi dalam problematika kehidupan dan kekuasaan di dunia ini.
Ternyata selain seorang sosok pemimpin yang amanah, juga diperlukan juga kepemimpinan yang amanah. Ini merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Tak bisa di ambil premis satu kemudian premis lainnya dihilangkan. Suatu kesatuan yang menjamin kesejahteraan rakyat yang tidak hanya di dunia bahkan juga di akhirat.
Saya ingin sekali mengutip tulisan dari seorang penerjemah buku Tarikh Khulafa’ yang dikarang oleh Imam As-Suyuthi tentang sosok pemimpin terbaik setelah Rasulullah yang juga memiliki kepemimpinan yang terbaik,
“Abu Bakar melambangkan sosok pemimpin yang lembut dan tegas dalam menghadapi problema-problema sulit dan genting. Keputuannya yang sangat mencengangkan tatkala berhasil meyakinkan para sahabat untuk menyerang orang murtad yang tidak mau membayar zakat pada pemerintahannya menjadi sebuah kebijakan yang sangat legendaris karena pada saat itu banyak sahabat yang tidak setuju Abu Bakar menyerang orang-orang murtad tadi. ANdai kata bukan karena tindakan bijak dan tegas Abu Bakar mungkin saja umat Islam telah terkubur sejak awal. Ajaran kewajiban membayar zakat mungkin sudah menjadi “dongeng”. Abub Bakar pulalah yang telah berhasil mengumpulkan Al-Qur’an sehingga memudahkan Utsman untuk menyatukannya dalam satu mushaf yang kemudian kita kenal dengan nama Mushaf Utsmani.”Itu baru Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang mendapat predikat orang yang paling dicintai Rasulullah dikalangan lelaki,
“Ya Rasulullah siapakah orang yang paling engkau cintai, “ tanya salah seorang sahabat, ‘Amr ibn Al-‘Ash
“Aisyah,” jawab Rasul dengan senyum menyejukkannya.
“Maksudku, dari kalangan lelaki ya Rasul, “
“Ayahnya Aisyah, “ masih dengan senyumannya.
Mari kita saksikan lagi bagaimana pandangan penerjemah buku Tarikh Khulafa’ Imam As-Suyuthi mengenai sosok Khalifah kedua umat muslim,
“Sementaria itu Umar merepresentasikan penguasa yang menjunjung tinggi keserhanaan hidup, kecepatan bertindak dan tidak pandang bulu terhadap siapa saja yang melakukan kesalah serta sikapnya yang terbuka. Umarlah yang memakai pakaian bertambal, dia pula yang melakukan inspeksi ke rumah-rumah penduduk di malam hari untuk mengetahui kondisi riil denyut dan jeritan suara rakyatnya, dialah yang dengan tegas mengatakan “segala puji bagi Allah yang telah menjadikan di antara rakyat Umar orang yang berani mengatakan akan memotong kepala Umar dengan pedangnya”, saat dia meminta kepada rakyatnya untuk mau mengoreksinya. Umarlah yang dengan tenang tidur di bawah pohon kurma hingga orang yang datang tidak mengenalnya bahwa dia adalah seorang khalifah. Dia telah berhasil membumikan kezuhudan ajaran yang ada dalam Al-Qur’an dan pribadi Nabi pindah terpancar pada dirinya. Di masa pemerintahannya penegakan hukum dan keadilan menjadi terlihat nyata. Dia memposisikan dirinya sebagai pemimpin yang menganut adigium “Sayyidul qaum khadimuhum” pemimpin sebuah bangsa adalah pelayan bangsa itu. Dia menjadi abdi rakyat bukan abdi kekuasaan. Dia megabdi kepada kepentingan umat bukan kepada kepentingan pribadi. Pada pribadi Umarlah nilai-nilai Islam mencuat laksana mercusuar.”Begitulah Umar bin Khattab ra. Seseorang yang paling memusuhi Rasullah di awal-awal fase dakwah Rasul. Ternyata Allah memberikan hidayahNya kepada beliau. Sehingga beliaulah yang menjadi tonggak perubahan fase dakwah secara sembunyi-sembunyi menjadi dakwah terang-terangan.
Subhanallah. Kita rindu sekali dengan sosok-sosok mulia seperti ini. Sosok-sosok yang lahir dari sebuah sistem kaderisasi yang dibina oleh Muhammad SAW. Sosok-sosk yang tercipta dari sebuah sistem kepemimpinan terindah yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sosok-sosok yang juga muncul dari sebuah sistem yang tidak hanya memenitngkan masalah individu namun juga tercipta sebuah aturan islami dengan sesama muslim atau non muslim bahkan juga sebuah aturan islami bagaimana mengelola negara.
Subhanallah. Kita rindu sekali dengan sistem itu. Kita rindu sekali dengan sosok pemimpin itu. Kita rindu.
Komentar
Posting Komentar