Di
tengah-tengah kerumununan orang-orang yang sedang berbahagia tersebut, aku pun
duduk sendiri di bangku kosong sedikit meregangkan otot-otot ku. Ku lihat
sekeliling, mereka begitu bahagia dengan pakaian toga yang mereka kenakan.
Tersenyum haru pun juga terlempar dari orang tua mereka yang begitu bangga
anaknya sekarang telah menjadi seorang yang akan sangat disegani di masyarakat.
Seorang Sarjana !
Seketika
juga, terbesit di pikiranku "Bagaimana ya wajah ayah dan bunda di sana
melihatku sekarang sudah sarjana ? Pasti mereka lebih bahagia dari yang lain
,,,hhe.."
“Iya
pasti lah bahagia secara gitu loh die ortu loh !!“ kata seseorang tiba-tiba
datang entah dari mana memotong pembicaraanku.
“Dari
mana dia tau pikiranku? Padahal tadi kan aku hanya berbicara dalam pikiranku
sendiri?” pikirku kembali.
“Hahahahahaaa…ya
jelas gue tau ..tapi ga usah dipikirkan cara gue mengetahuinya nanti lo botak
deh mikirinnye..hahahahaha,” sahut orang misterius itu lagi.
“Jadi,
kenape lo sendirian aje? Mane bonyok yang elo omongin tadi?” tanya bapak tadi.
“Mereka
berdua ga bisa datang pak, saya Cuma sama om, tante, dan adik-adik saya” jawabku.
“Ohh,
masa sesibuk itu sih mereka bedue ampe kagak dateng ke acara penting begini..”,
tanya bapak itu lagi.
“Hmm..mereka
udah meninggal pak “
“Ooohh,,,,
emang gimane ceritanye dek? Sakit ? atau apa ?”
“Hmmmmmm……”
Tiba-tiba
seperti terhipnotis oleh bapak misterius tadi aku pun menceritakan secara
detail kejadiannya. Entah kenapa pada saat aku menceritakan ini background
warna di sekitarku serasa berbuah menjadi hitam putih seketika seperti zaman
dahulu.
“Jadi
pada waktu tu pak, hmm…kalau tidak salah sekitar seminggu sebelum saya masuk
kuliah, bapak saya jatuh sakit. Kami semua di rumah pun panic. Seketika itu
juga kami bawa bapak ke rumah sakit yang kira-kira jaraknya sekitar lima
kilometer dari rumah. Beruntung kami mempunyai tetangga yang baik hati pak,
jadi kami di antar ke rumah sakit menggunakan mobil tetangga kami yang baik
hati tadi.”
“Hmm..trus..trus..??”
ucap bapak sedikit mulai serius dan penasaran dengan ceritaku.
“Di
perjalanan, karena tergesa-gesa ingin cepat sampai si sopir,bapak amin,
menyalip sebuah mobil putih di depan dengan gesitnya. Naas ternyata, dari arah
yang berlawanan sebuah sepeda mmotor juga melaju dengan cepat menuju ke arah
kami.
Adegan
banting setir antar mobil kami dengan sepeda motor tadi tidak bisa dihindarkan
lagi. Dengan reflex yang cepat pak amin membanting setir ke arah kanan
sedangkan si rider motor tadi membengkokkan stangnya ke arah kanan dia.
Sehingga mobil kami pun terperosok ke selokan besar yang lebarnya kurang lebih
dua meter. Dengan bagian depan mobil masuk ke selokan sedangkan bagian lainnya
masih berada di bibir selokan.”
“Wusszz…bentar-bentar
dek, cerita lo mulai seru nih, ada adegan tabrak-tabrakannya. Gue ambil cemilan
dulu ye ke sana. Tahan dulu ceritanye, tahan-tahan, jangan kemana-mana !“ sela
bapak misterius lagi.
“Dasar ! Bapak aneh ! cerita sedih begini dibilang
seru..ckck..” gumamku dalam hati.
Dua
bungkus kacang dibeli bapak itu yang sepertinya dia beli di warung kecil di
belakang kampusku. Tampangnya yang aneh tidak seperti orang-orang biasanya
dengan warna mata biru terang dan rambut acak-acakan. Diwarnainya pula rambut
acak-acakan tersebut dengan warna kuning menyala. Sungguh style yang bukan
style orang-orang disini kebanyakan.
“Ini..makan
kacangnya supaya lebih enak ceritanye !“ sela si bapak yang tiba-tiba sudah ada
di sampingku lagi.
Sambil
menyantap kacang yang diberi bapak tadi akupun melanjutkan ceritaku, “Darah pun bercucuran di mana-mana. Di tangan
dan sekujur kakiku yang terjepit patahan kursi depan mobil pun mengalir darah.
Yang ada dipikiranku waktu itu hanyalah bagaimana keadaan bapak dan ibu yang
tadi duduk berdampingan di sampingku. Pak amin di depan ternyata terluka tidak
begitu parah. Beliau langsung menanyakan keadaan kami yang duduk di kursi
bagian belakang. Ternyata tidak ada jawaban dari bapak dan ibu, aku berpikir
mungkin mereka pingsan. Segeralah aku dan Pak Amin berusaha keluar dari mobil.
Setelah di luar mobil kami berdua langsung mencari cara bagaimana mengeluarkan
ibu dan bapak yang pingsan di kursi belakang.
Dengan
bantuan beberapa warga sekitar, aku dan pak Amin pun akhirnya bisa mengeluarkan
bapak dan ibu dari dalam mobil. Terlihat parah sekali keadaan mereka. Darah
bercucuran dari kepala dan sebagian tubuh mereka. Langsung saja di bawa warga
ke rumah sakit yang awalnya hendak kami tuju dan kira-kira jaraknya sudah cukup
dekat sekitar setengah kilometer lagi
Sesampai
di rumah sakit langsung bapak dan ibu dibawa ke ruang UGD. Ternyata semua telah
terlambat. Bapak yang niatnya tadi di bawa ke rumah sakit untuk memperoleh
pengobatan ternyata malah tertimpa kecelakaan di perjalanan dan akhirnya
meninggal sesampai di rumah sakit. Ibu yang awalnya tadi ingin mengantar bapak
untuk berobat meninggal juga karena kecelakaan tadi sekitar satu jam setelah
bapak meninggal.“
“Hmm…jadi
dua-dua nya meninggal di hari yang sama ? Hmm….sabar ya dek…itu kacangnya
dimakan lagi…” sela si bapak misterius lagi yang nampaknya memang humoris.
“Iya
pak,, sejak saat itu saya jadi kehilangan semangat untuk kuliah. Saya masih punya
adik-adik yang masih butuh biaya,” sahutku.
“Lho..terus
kenapa sekarang malah kuliah ?” tanya si bapak.
“Itu
ceritanya begini. Jadi pada saat itu, saya di tengah kebimbangan apakah saya
akan melanjutkan kuliah atau saya mencari kerja saja. Ternyata setelah mencapai
puncak keputusan bahwa saya ingin mencari kerja saja daripada kuliah, saya
menyampaikan ini kepada om saya. Kemudian om saya menyuruh saya untuk mengadu
ke sang Maha Bijaksana Sang Pemilik Kehidupan dengan sholat istikhoroh, meminta
keputusan apa yang harus saya pilih. Dan akhirnya malam di hari ketiga bapak
dan ibu meninggal saya melakukan sholat istikhoroh untuk mengadu permasalahan
saya ini.
Setelah
saya mengadu, tenyata justru hati saya berpindah untuk memilih meneruskan
kuliah saya, dan saya yakin inilah keputusan yang Allah beri kepada saya. Tidak
disangka-sangka setelah saya memilih untuk meneruskan kuliah saya, keesokan
harinya saya di telepon dari fakultas. Katanya saya mendapatkan beasiswa untuk
perkuliahan saya kira-kira sekitar enam juta tiap semester hingga lulus.
Seketika itu juga saya menangis, ternyata Allah sungguh pencipta scenario
terhebat kehidupan ini.
Sungguh,
ini merupakan bukti-bukti bahwa Allah memang saying dan cinta kepada
hamba-hambanya yang mau bersabar terhadap apapun cobaan yang menimpa baik berat
maupun ringan. Karena Allah tau kemampuan kita, tidak mungkin Allah memberikan
cobaan di luar kemampuan kita. Dan apabila kita bersabar dan mampu melewati
cobaan yang Allah berikan, tunggu saja akan kenikmatan yang tidak mampu
dilukiskan dengan kata-kata yang akan diberikan Allah kepada kita,” kututup
ceritaku dengan mantap.
“Subhanallah.!!
Cerita lo keren banget bikin gue terharu. Asal lo tau gue juga udah yatim piatu
sejak kecil tapi sekarang gue sukses kok jadi kepala desa di desa gue…hahahaha…
kalo boleh tau siape name lo?” tanya bapak misterius.
“Fajar
pak. Bapak siapa namanya ?” tanyaku balik.
"Kita
panggilkan mahasiswa terbaik kita dengan IPK 3.89, untuk memberikan sepatah dua
patah kata sebagai motivasi atau tips-tips jitu untuk jadi mahasiswa terbaik. Ahmad
Fajar dipersilahkan!"
“Cepat
sana ke depan elo di panggil tuh,” sela bapak misterius yang mendorongku supaya
langsung maju ke depan sehingga aku masih belum tau nama bapak itu. Sekilas ku
dengar saat ku berjalan perlahan ke depan bapak tersebut dipanggil temannya
dengan sebutan Pak Naruto.
*prok..prok..prok..*
tepuk tangan bergemuruh ketika aku berjalan perlahan ke podium.
"
Assalamualaikum.wr.wb. Sungguh, saya sangat berterima kasih kepada kalian semua
, kepada bapak dan ibu disana, kepada adik-adik saya, seluruh keluarga saya dan
teman-teman yang saya cintai dan mencintai saya. Dan yang paling penting saya
hadiahkan tak terkira rasa terima kasih dan syukur ini kepada Sang Pemilik Alam
Semesta, Allah Swt.
Hm..saran
atau tips ya...dari saya sih cuma menyarankan agar kalian pertama harus punya
mimpi dan visi ke depan. Kemudian usaha dan kerja keras. Dan yang terpenting
adalah selalu ingat kepada Allah setiap saat dan setiap waktu dalam kehidupan
kita. Insyaallah semua akan berjalan sukses dan keren.
Dan
sekali lagi saya sangat berterima kasih pada sutradara kehidupan terkeren dan
terindah saya, Allah Swt. Skenario yang Allah berikan mulai dari mulai saya
masuk kuliah di sini hingga hari ini sungguh luar biasa......."
Alhamdulillah, tulisan ini nongol di koran Banjarmasin Post Minggu, 19 Februari 2012 ...:)
Komentar
Posting Komentar