Langsung ke konten utama

Skenario Terindah-Nya


Di tengah-tengah kerumununan orang-orang yang sedang berbahagia tersebut, aku pun duduk sendiri di bangku kosong sedikit meregangkan otot-otot ku. Ku lihat sekeliling, mereka begitu bahagia dengan pakaian toga yang mereka kenakan. Tersenyum haru pun juga terlempar dari orang tua mereka yang begitu bangga anaknya sekarang telah menjadi seorang yang akan sangat disegani di masyarakat. Seorang Sarjana !
Seketika juga, terbesit di pikiranku "Bagaimana ya wajah ayah dan bunda di sana melihatku sekarang sudah sarjana ? Pasti mereka lebih bahagia dari yang lain ,,,hhe.."
“Iya pasti lah bahagia secara gitu loh die ortu loh !!“ kata seseorang tiba-tiba datang entah dari mana memotong pembicaraanku.
“Dari mana dia tau pikiranku? Padahal tadi kan aku hanya berbicara dalam pikiranku sendiri?” pikirku kembali.
“Hahahahahaaa…ya jelas gue tau ..tapi ga usah dipikirkan cara gue mengetahuinya nanti lo botak deh mikirinnye..hahahahaha,” sahut orang misterius itu lagi.

“Jadi, kenape lo sendirian aje? Mane bonyok yang elo omongin tadi?” tanya bapak tadi.
“Mereka berdua ga bisa datang pak, saya Cuma sama om, tante, dan adik-adik saya” jawabku.
“Ohh, masa sesibuk itu sih mereka bedue ampe kagak dateng ke acara penting begini..”, tanya bapak itu lagi.
“Hmm..mereka udah meninggal pak “
“Ooohh,,,, emang gimane ceritanye dek? Sakit ? atau apa ?”
“Hmmmmmm……”
Tiba-tiba seperti terhipnotis oleh bapak misterius tadi aku pun menceritakan secara detail kejadiannya. Entah kenapa pada saat aku menceritakan ini background warna di sekitarku serasa berbuah menjadi hitam putih seketika seperti zaman dahulu.
“Jadi pada waktu tu pak, hmm…kalau tidak salah sekitar seminggu sebelum saya masuk kuliah, bapak saya jatuh sakit. Kami semua di rumah pun panic. Seketika itu juga kami bawa bapak ke rumah sakit yang kira-kira jaraknya sekitar lima kilometer dari rumah. Beruntung kami mempunyai tetangga yang baik hati pak, jadi kami di antar ke rumah sakit menggunakan mobil tetangga kami yang baik hati tadi.”
“Hmm..trus..trus..??” ucap bapak sedikit mulai serius dan penasaran dengan ceritaku.
“Di perjalanan, karena tergesa-gesa ingin cepat sampai si sopir,bapak amin, menyalip sebuah mobil putih di depan dengan gesitnya. Naas ternyata, dari arah yang berlawanan sebuah sepeda mmotor juga melaju dengan cepat menuju ke arah kami.
Adegan banting setir antar mobil kami dengan sepeda motor tadi tidak bisa dihindarkan lagi. Dengan reflex yang cepat pak amin membanting setir ke arah kanan sedangkan si rider motor tadi membengkokkan stangnya ke arah kanan dia. Sehingga mobil kami pun terperosok ke selokan besar yang lebarnya kurang lebih dua meter. Dengan bagian depan mobil masuk ke selokan sedangkan bagian lainnya masih berada di bibir selokan.”
“Wusszz…bentar-bentar dek, cerita lo mulai seru nih, ada adegan tabrak-tabrakannya. Gue ambil cemilan dulu ye ke sana. Tahan dulu ceritanye, tahan-tahan, jangan kemana-mana !“ sela bapak misterius lagi.
“Dasar  ! Bapak aneh ! cerita sedih begini dibilang seru..ckck..” gumamku dalam hati.
Dua bungkus kacang dibeli bapak itu yang sepertinya dia beli di warung kecil di belakang kampusku. Tampangnya yang aneh tidak seperti orang-orang biasanya dengan warna mata biru terang dan rambut acak-acakan. Diwarnainya pula rambut acak-acakan tersebut dengan warna kuning menyala. Sungguh style yang bukan style orang-orang disini kebanyakan.
“Ini..makan kacangnya supaya lebih enak ceritanye !“ sela si bapak yang tiba-tiba sudah ada di sampingku lagi.
Sambil menyantap kacang yang diberi bapak tadi akupun melanjutkan ceritaku,  “Darah pun bercucuran di mana-mana. Di tangan dan sekujur kakiku yang terjepit patahan kursi depan mobil pun mengalir darah. Yang ada dipikiranku waktu itu hanyalah bagaimana keadaan bapak dan ibu yang tadi duduk berdampingan di sampingku. Pak amin di depan ternyata terluka tidak begitu parah. Beliau langsung menanyakan keadaan kami yang duduk di kursi bagian belakang. Ternyata tidak ada jawaban dari bapak dan ibu, aku berpikir mungkin mereka pingsan. Segeralah aku dan Pak Amin berusaha keluar dari mobil. Setelah di luar mobil kami berdua langsung mencari cara bagaimana mengeluarkan ibu dan bapak yang pingsan di kursi belakang.
Dengan bantuan beberapa warga sekitar, aku dan pak Amin pun akhirnya bisa mengeluarkan bapak dan ibu dari dalam mobil. Terlihat parah sekali keadaan mereka. Darah bercucuran dari kepala dan sebagian tubuh mereka. Langsung saja di bawa warga ke rumah sakit yang awalnya hendak kami tuju dan kira-kira jaraknya sudah cukup dekat sekitar setengah kilometer lagi
Sesampai di rumah sakit langsung bapak dan ibu dibawa ke ruang UGD. Ternyata semua telah terlambat. Bapak yang niatnya tadi di bawa ke rumah sakit untuk memperoleh pengobatan ternyata malah tertimpa kecelakaan di perjalanan dan akhirnya meninggal sesampai di rumah sakit. Ibu yang awalnya tadi ingin mengantar bapak untuk berobat meninggal juga karena kecelakaan tadi sekitar satu jam setelah bapak meninggal.“
“Hmm…jadi dua-dua nya meninggal di hari yang sama ? Hmm….sabar ya dek…itu kacangnya dimakan lagi…” sela si bapak misterius lagi yang nampaknya memang humoris.
“Iya pak,, sejak saat itu saya jadi kehilangan semangat untuk kuliah. Saya masih punya adik-adik yang masih butuh biaya,” sahutku.
“Lho..terus kenapa sekarang malah kuliah ?” tanya si bapak.
“Itu ceritanya begini. Jadi pada saat itu, saya di tengah kebimbangan apakah saya akan melanjutkan kuliah atau saya mencari kerja saja. Ternyata setelah mencapai puncak keputusan bahwa saya ingin mencari kerja saja daripada kuliah, saya menyampaikan ini kepada om saya. Kemudian om saya menyuruh saya untuk mengadu ke sang Maha Bijaksana Sang Pemilik Kehidupan dengan sholat istikhoroh, meminta keputusan apa yang harus saya pilih. Dan akhirnya malam di hari ketiga bapak dan ibu meninggal saya melakukan sholat istikhoroh untuk mengadu permasalahan saya ini.
Setelah saya mengadu, tenyata justru hati saya berpindah untuk memilih meneruskan kuliah saya, dan saya yakin inilah keputusan yang Allah beri kepada saya. Tidak disangka-sangka setelah saya memilih untuk meneruskan kuliah saya, keesokan harinya saya di telepon dari fakultas. Katanya saya mendapatkan beasiswa untuk perkuliahan saya kira-kira sekitar enam juta tiap semester hingga lulus. Seketika itu juga saya menangis, ternyata Allah sungguh pencipta scenario terhebat kehidupan ini.
Sungguh, ini merupakan bukti-bukti bahwa Allah memang saying dan cinta kepada hamba-hambanya yang mau bersabar terhadap apapun cobaan yang menimpa baik berat maupun ringan. Karena Allah tau kemampuan kita, tidak mungkin Allah memberikan cobaan di luar kemampuan kita. Dan apabila kita bersabar dan mampu melewati cobaan yang Allah berikan, tunggu saja akan kenikmatan yang tidak mampu dilukiskan dengan kata-kata yang akan diberikan Allah kepada kita,” kututup ceritaku dengan mantap.
“Subhanallah.!! Cerita lo keren banget bikin gue terharu. Asal lo tau gue juga udah yatim piatu sejak kecil tapi sekarang gue sukses kok jadi kepala desa di desa gue…hahahaha… kalo boleh tau siape name lo?” tanya bapak misterius.
“Fajar pak. Bapak siapa namanya ?” tanyaku balik.
"Kita panggilkan mahasiswa terbaik kita dengan IPK 3.89, untuk memberikan sepatah dua patah kata sebagai motivasi atau tips-tips jitu untuk jadi mahasiswa terbaik. Ahmad Fajar dipersilahkan!"
“Cepat sana ke depan elo di panggil tuh,” sela bapak misterius yang mendorongku supaya langsung maju ke depan sehingga aku masih belum tau nama bapak itu. Sekilas ku dengar saat ku berjalan perlahan ke depan bapak tersebut dipanggil temannya dengan sebutan Pak Naruto.
*prok..prok..prok..* tepuk tangan bergemuruh ketika aku berjalan perlahan ke podium.
" Assalamualaikum.wr.wb. Sungguh, saya sangat berterima kasih kepada kalian semua , kepada bapak dan ibu disana, kepada adik-adik saya, seluruh keluarga saya dan teman-teman yang saya cintai dan mencintai saya. Dan yang paling penting saya hadiahkan tak terkira rasa terima kasih dan syukur ini kepada Sang Pemilik Alam Semesta, Allah Swt.
Hm..saran atau tips ya...dari saya sih cuma menyarankan agar kalian pertama harus punya mimpi dan visi ke depan. Kemudian usaha dan kerja keras. Dan yang terpenting adalah selalu ingat kepada Allah setiap saat dan setiap waktu dalam kehidupan kita. Insyaallah semua akan berjalan sukses dan keren.
Dan sekali lagi saya sangat berterima kasih pada sutradara kehidupan terkeren dan terindah saya, Allah Swt. Skenario yang Allah berikan mulai dari mulai saya masuk kuliah di sini hingga hari ini sungguh luar biasa......."


Alhamdulillah, tulisan ini nongol di koran Banjarmasin Post Minggu, 19 Februari 2012 ...:)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Ali dan Fatimah

hai terima kasih udah mendengarkan dan sabar ya, dia gak akan kemana-mana kok, yang udah dituliskan di tinta-Nya, pasti akan ketemu, meskipun kamu sekarang keesepian, melihat teman2 udah gak sendirian, tapi kamu hebat kok, bisa menjaga cuma untuk yang halal nanti, sabar ya, tapi semesta tau, kalo kamu pengen banget diperhatiin, disayangin, dimanjain, ngeliat temen lain udah pada dapat itu, gapapa kok, bertahan aja, gak usah iri, apalagi sama pasangan yg belum halal, ohya, kamu tau kisah cinta palng romantis beberapa abad yg lalu? mereka berdua sama-sama bersabar, menahan rasa yg terus membuncah, padahal rasa itu tumbuh udah mulai kecil,

3.1.a.8.2. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Saya Muhammad Fajri Romadhoni, S.Kom calon guru penggerak Angkatan 8 dari SMPIT Ar Rahman Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.  Saya ucapkan terimakasih kepada Fasilitator yaitu Bapak Subiarto, M.Pd yang telah membimbing dan senantiasa memotivasi dalam setiap tahapan belajar saya dalam menempuh Pendidikan Guru Penggerak.  Saya juga ucapkan terimakasih kepada pengajar praktik Bapak Alfian Wahyuni, S.Pdi yang selalu mendampingi dan menjadi teman berbagi baik saat menempuh Pendidikan guru penggerak maupun dalam hal lain berkenaan dengan perkembangan pendidikan.  Saya juga ucapkan terimaksih kepada rekan CGP angkatan 8 yang senantiasa berkenan berbagi dan berkolaborasi dalam setiap tahapam PGP. Saya kali ini saya akan membuat rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran saya sampai saat ini pada program guru penggerak dengan berpedoman pada pertanyaan berikut ini. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan d

Garis Misterius

Anggap saja dihadapan kita ada sebuah papan tulis, di tangan kita spidol merek ternama memaksa kita untuk menggambar sebuah garis panjang di depan. Garis tersebut memanjang mulai ujung papan sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan. Jika diukur, menggunakan pengukur yang ada di meja, menunjukkan angka satu meter. Lagi-lagi tangan kita terpaksa membagi garis panjang tersebut menjadi tiga bagian. Bagian pertama dan ketiga hampir sama panjanganya. Namun, tangan kita membuat bagian yang kedua, yang berada di tengah lebih kecil. Bahkan sangat kecil dibanding yang lain. "Tahukah kalian?" tiba-tiba suara muncul. Reaksi kita tentu kaget. Lah, bagaimana tidak, persepsi kita pasti kalau ada suara tanpa ada sumber suara berarti itu... "Tahukah kalian?" lagi-lagi muncul. "Ehh, enggak. Enggak tahu," anggap saja kita menjawab demikian. "Garis di papan itu adalah garis waktu." "Eh. Eh,,, iya, " anggap saja kita akting gu