silahkan isi titik-titik berikut, dengan pilihan jawaban yg ada
Aku ..... waktuku untuk menggapai impianku.
a. menyisihikan
b. menyisakan
c. mencurahkan
Sudah? silahkan kalian bungkus kertas jawaban tadi. kemudian buka lagi. bungkus lagi. kemudian lipat-lipat menjadi dua bagian. sekarang apa yang terjadi? pasti kertas itu lecek. (apa sih..)
Sudahlah, kertasnya gak usah dipikirkan karena saya yakin kalian gak lagi megang kertas kok sekarang.
Sudah sewajarnya sebuah impian yang ingin kita capai bukanlah hal yang remeh temeh. impian itu besar menjulang ke angkasa hingga akhirnya membutuhkan kekuatan sebesar superman atau hulk, kecerdasan sekelas serlock holmes, conan edogawa, Light Yagami atau L. Dan juga semangat segila Naruto atau spongebob.
Kebutuhan-kebutuhan pokok diatas pastilah diperlukan sebuah kata 'MENCURAHKAN'.
Kalian tahu lah pasti bedanya MENCURAHKAN dengan MENYISIHKAN atau MENYISAKAN setelah mencoba menjawab pertanyaan di atas.
Begitulah seharusnya yang dilakukan oleh aktivis dakwah. Agenda dakwahnya bukanlah sebuah agenda sisa setelah agenda-agenda lain. Agenda dakwah bukanlah sebuah agenda yang bisa disisipkan di tengah aktivitas padat lainnya. Seharusnya Agenda dakwah sudah menjadi agenda pokok. tak ada yang lebih tinggi prioritasnya dari agenda lain.
Contohnya, ketika jadwal halaqah yang memang sudah di tetapkan tiap minggunya di hari itu jam segitu. Tiba-tiba ada agenda baru lain yang bertabrakan. seharusnya sekuat mungkin aktivis dakwah harus bisa mengcancel atau menggeser agenda baru dan 'tidak penting' itu. Apapun resikonya. Atau bahkan ketika jadwal halaqah tersebut mendadak, dan tabrakan dengan jadwal pulkam yg seminggu sekali dan jaraknya cukup dekat hanya satu jam perlajalan. Meskipun demikian tetap sekuat mungkin dan bagaimana caranya bisa tetap menghadiri halaqah tersebut. Meskipun harus berkorban harta, jiwa dan raga.
Seperti itulah seharusnya aktivis dakwah yang memang MENCURAHKAN seluruh hidupnya untuk dakwah. dakwah sudah menjadi poros hidupnya. segala aktivitasnya berbau dakwah. Kuliah dari pagi sampai sore, malamnya mengajar di mana-mana, kalau sudah menjadikan dakwah sebagai poros hidup, dakwah bisa ada di aktivitas itu. misal dengan mengajak teman kuliah sholat atau berpura2 jadi maho sesaat demi mengusir temannya yang lagi berduaan di pojok kelas. atau yang ketika malamnya mengajar bisa dengan sebelum mengajar diajarkan doa sebelum belajar, memisahkan antara murid perempuan dan laki-laki. daaaan masih banyak lah contoh lain.
Saya terkesima ketika salah satu teman saya menceritakan kisahnya. Kisah semangatnya dalam menjadi aktivis dakwah. Ketika ia tau ada jadwal kuliah agama islam hari itu, meskipun ia sudah mengambil matkul itu tapi ia menyusup masuk ke dalam kelas. Menyamar seperti seorang assasin. meskipun gak pake kostumnya. Setelah selesai pelajaran ia mengangkat tangan. bukan tanda menyerah atau apa, tapi ia ingin bertanya,
"Pak, berjilbab itu wajib ya?" alhamdulillah bapak dosen saat itu menjawabnya dengan tegas meskipun tidak ada hubungannya sama sekali dengan materi pertemuan kali itu.
"Pak, pacaran itu haram ya?" deggg,,,pasti yang masih pacaran di dalam kelas itu kena efek. Ia tahu hukumnya tapi mencoba memakai uslub supaya bapak dosen agama yang menyampaikan.
Begitulah, apapun yang dikerjakan ada berbau dakwah. Apalagi kalau memang benar-benar agenda dakwah murni. seperti halaqah, rapat/syuro, acara, mengisi kajian, training, panitia acara, sampai tukang sapu acara pun seharusnya dikerjakan dengan sepenuh jiwa. Jangan sperti lagu anang yang 'kepergian separuh jiwa'.
Seperti cerita ust. dwi condro yang sedikit curhat kemarin.Ketika beliau harus terus menerus mengisi kajian di berbagai tempat, hingga pulang sampai larut malam. dan memang LELAH, sungguh LELAH. tapi beliau mencamkan dalam hati, ini hanyalah kelelahan fisik, namun justru batin ini senang setelah melakukan itu. Senang ketika bisa menyampaikan islam kepada yang lain. senang ketika malaikat mencatat amalan-amalan baiknya. Senang ketika Allah menyaksikkan kelelahan fisik karena menyampaikan agamaNya.
Apalagi ketika sudah sangat lelah, badan remuk karena agenda dakwah. Kemudian nikmat itu datang ketika masih bisa terbangun malam dan mengadu semua kepada Allah, "ya allah lihatlah badan ini remuk karena membela agamaMu, saksikanlah.."
Inilah nikmat dalam ketaatan
bukan nikmat dalam kemaksiatan.
"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)
Satu lagi beliau bilang,
"dakwah itu bukan beban, ini kenikmatan. Nikmatilah, "
Inspired by :
status akh Adit tentang beda mencurahkan dengan menyisihkan
tantangan saat halaqah kamis pagi kemarin
agenda pertemuan tadi malam dengan ust. dwi condro
terima kasih atas inspirasi ,bensin serta percikan api semangatnya.
twitter : @aa_donDon
blog : aadondoni.blogspot.com
Aku ..... waktuku untuk menggapai impianku.
a. menyisihikan
b. menyisakan
c. mencurahkan
Sudah? silahkan kalian bungkus kertas jawaban tadi. kemudian buka lagi. bungkus lagi. kemudian lipat-lipat menjadi dua bagian. sekarang apa yang terjadi? pasti kertas itu lecek. (apa sih..)
Sudahlah, kertasnya gak usah dipikirkan karena saya yakin kalian gak lagi megang kertas kok sekarang.
Sudah sewajarnya sebuah impian yang ingin kita capai bukanlah hal yang remeh temeh. impian itu besar menjulang ke angkasa hingga akhirnya membutuhkan kekuatan sebesar superman atau hulk, kecerdasan sekelas serlock holmes, conan edogawa, Light Yagami atau L. Dan juga semangat segila Naruto atau spongebob.
Kebutuhan-kebutuhan pokok diatas pastilah diperlukan sebuah kata 'MENCURAHKAN'.
Kalian tahu lah pasti bedanya MENCURAHKAN dengan MENYISIHKAN atau MENYISAKAN setelah mencoba menjawab pertanyaan di atas.
Begitulah seharusnya yang dilakukan oleh aktivis dakwah. Agenda dakwahnya bukanlah sebuah agenda sisa setelah agenda-agenda lain. Agenda dakwah bukanlah sebuah agenda yang bisa disisipkan di tengah aktivitas padat lainnya. Seharusnya Agenda dakwah sudah menjadi agenda pokok. tak ada yang lebih tinggi prioritasnya dari agenda lain.
Contohnya, ketika jadwal halaqah yang memang sudah di tetapkan tiap minggunya di hari itu jam segitu. Tiba-tiba ada agenda baru lain yang bertabrakan. seharusnya sekuat mungkin aktivis dakwah harus bisa mengcancel atau menggeser agenda baru dan 'tidak penting' itu. Apapun resikonya. Atau bahkan ketika jadwal halaqah tersebut mendadak, dan tabrakan dengan jadwal pulkam yg seminggu sekali dan jaraknya cukup dekat hanya satu jam perlajalan. Meskipun demikian tetap sekuat mungkin dan bagaimana caranya bisa tetap menghadiri halaqah tersebut. Meskipun harus berkorban harta, jiwa dan raga.
Seperti itulah seharusnya aktivis dakwah yang memang MENCURAHKAN seluruh hidupnya untuk dakwah. dakwah sudah menjadi poros hidupnya. segala aktivitasnya berbau dakwah. Kuliah dari pagi sampai sore, malamnya mengajar di mana-mana, kalau sudah menjadikan dakwah sebagai poros hidup, dakwah bisa ada di aktivitas itu. misal dengan mengajak teman kuliah sholat atau berpura2 jadi maho sesaat demi mengusir temannya yang lagi berduaan di pojok kelas. atau yang ketika malamnya mengajar bisa dengan sebelum mengajar diajarkan doa sebelum belajar, memisahkan antara murid perempuan dan laki-laki. daaaan masih banyak lah contoh lain.
Saya terkesima ketika salah satu teman saya menceritakan kisahnya. Kisah semangatnya dalam menjadi aktivis dakwah. Ketika ia tau ada jadwal kuliah agama islam hari itu, meskipun ia sudah mengambil matkul itu tapi ia menyusup masuk ke dalam kelas. Menyamar seperti seorang assasin. meskipun gak pake kostumnya. Setelah selesai pelajaran ia mengangkat tangan. bukan tanda menyerah atau apa, tapi ia ingin bertanya,
"Pak, berjilbab itu wajib ya?" alhamdulillah bapak dosen saat itu menjawabnya dengan tegas meskipun tidak ada hubungannya sama sekali dengan materi pertemuan kali itu.
"Pak, pacaran itu haram ya?" deggg,,,pasti yang masih pacaran di dalam kelas itu kena efek. Ia tahu hukumnya tapi mencoba memakai uslub supaya bapak dosen agama yang menyampaikan.
Begitulah, apapun yang dikerjakan ada berbau dakwah. Apalagi kalau memang benar-benar agenda dakwah murni. seperti halaqah, rapat/syuro, acara, mengisi kajian, training, panitia acara, sampai tukang sapu acara pun seharusnya dikerjakan dengan sepenuh jiwa. Jangan sperti lagu anang yang 'kepergian separuh jiwa'.
Seperti cerita ust. dwi condro yang sedikit curhat kemarin.Ketika beliau harus terus menerus mengisi kajian di berbagai tempat, hingga pulang sampai larut malam. dan memang LELAH, sungguh LELAH. tapi beliau mencamkan dalam hati, ini hanyalah kelelahan fisik, namun justru batin ini senang setelah melakukan itu. Senang ketika bisa menyampaikan islam kepada yang lain. senang ketika malaikat mencatat amalan-amalan baiknya. Senang ketika Allah menyaksikkan kelelahan fisik karena menyampaikan agamaNya.
Apalagi ketika sudah sangat lelah, badan remuk karena agenda dakwah. Kemudian nikmat itu datang ketika masih bisa terbangun malam dan mengadu semua kepada Allah, "ya allah lihatlah badan ini remuk karena membela agamaMu, saksikanlah.."
Inilah nikmat dalam ketaatan
bukan nikmat dalam kemaksiatan.
"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS Muhammad : 7)
Satu lagi beliau bilang,
"dakwah itu bukan beban, ini kenikmatan. Nikmatilah, "
Inspired by :
status akh Adit tentang beda mencurahkan dengan menyisihkan
tantangan saat halaqah kamis pagi kemarin
agenda pertemuan tadi malam dengan ust. dwi condro
terima kasih atas inspirasi ,bensin serta percikan api semangatnya.
twitter : @aa_donDon
blog : aadondoni.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar