Langsung ke konten utama

Biarlah ia menari



Biarkanlah jari ini menari. Menari secepat-cepatnya, jikalau dia terjatuh maka biarkanlah ia bangkit kembali.

Janganlah mengejek si jari, karna mungkin ia terlalu mungil, atau terlalu gendut. Kasian dia. Toh dia akan tetap bisa menari untuk meninggalkan jejak-jejaknya di sini. Hingga akhirnya jejak-jejak itu meninggalkan bekas yang bisa kalian lihat.

Sudah kan kalian lihat jejak-jejak itu?

Menurut kalian gimana bentuk jejaknya? Terlalu manis? Terlalu pahit? Atau tidak terlihat?

Tapi jika keterlaluan, gak usah diceritakan.

Pagi ini di temani dengan teman setia saya. Dia selalu menyejukkan. Mekipun ia sedikit pendiam, tapi berada di dekatnya selalu membuat saya ingin berlama-lama. Tahu gak siapa? Saya suka sekali deket-deketan sama dia kalau nya cuaca lagi panas. Ya ampun, masih belum tahu? Dia itu kipas angin.

Pagi ini juga ditemani dengan perasaan senang. Senang karena telah mengisi perut. Dengan cairan. Yang bisa membuat tenaga lebih. Sarapan itu penting ya. Kata dokter.

Udahlah, biarkan aja jari ini menari semaunya. Toh, kamu gak akan bisa protes kan.

Udahlah, biarkan jari ini menari sesukanya. Berhubung aku lagi buka blog ini kan. Sekalian aja, aku latih si jari untuk bisa menari lagi. Pasti dia senang. Sesenang kamu ketemu pujaan hati.

Rencana, tetaplah rencana. Yang disusun sedemikian rupa. Dengan berbagai aspek dan persiapan matang. Tapi ia tetaplah rencana.

Yang paling disuka, adalah bagaiama si perencana ini, jika dihadapkan dengan situasi yang diluar rencananya. Maka perlu tindakan cepat, responsif, dan TEPAT. Di sinilah kualitas diperlukan. Karna biasanya, jika menghadapi sesuatu yang diluar rencana, kita akan cenderung depresi, dan kalut. Maka perlu ketenangan dan kecepatan berpikir untuk mengatasi itu semua. Di sinilah kualitas kepribadian diperlukan.

Di era sekarang. Jiwa seperti itu, fast thinker, sangat dibutuhkan.

Duh ngomong opo toh.

Udah ah.
Istirahat dulu.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Ali dan Fatimah

hai terima kasih udah mendengarkan dan sabar ya, dia gak akan kemana-mana kok, yang udah dituliskan di tinta-Nya, pasti akan ketemu, meskipun kamu sekarang keesepian, melihat teman2 udah gak sendirian, tapi kamu hebat kok, bisa menjaga cuma untuk yang halal nanti, sabar ya, tapi semesta tau, kalo kamu pengen banget diperhatiin, disayangin, dimanjain, ngeliat temen lain udah pada dapat itu, gapapa kok, bertahan aja, gak usah iri, apalagi sama pasangan yg belum halal, ohya, kamu tau kisah cinta palng romantis beberapa abad yg lalu? mereka berdua sama-sama bersabar, menahan rasa yg terus membuncah, padahal rasa itu tumbuh udah mulai kecil,

3.1.a.8.2. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Saya Muhammad Fajri Romadhoni, S.Kom calon guru penggerak Angkatan 8 dari SMPIT Ar Rahman Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.  Saya ucapkan terimakasih kepada Fasilitator yaitu Bapak Subiarto, M.Pd yang telah membimbing dan senantiasa memotivasi dalam setiap tahapan belajar saya dalam menempuh Pendidikan Guru Penggerak.  Saya juga ucapkan terimakasih kepada pengajar praktik Bapak Alfian Wahyuni, S.Pdi yang selalu mendampingi dan menjadi teman berbagi baik saat menempuh Pendidikan guru penggerak maupun dalam hal lain berkenaan dengan perkembangan pendidikan.  Saya juga ucapkan terimaksih kepada rekan CGP angkatan 8 yang senantiasa berkenan berbagi dan berkolaborasi dalam setiap tahapam PGP. Saya kali ini saya akan membuat rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran saya sampai saat ini pada program guru penggerak dengan berpedoman pada pertanyaan berikut ini. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan d

Garis Misterius

Anggap saja dihadapan kita ada sebuah papan tulis, di tangan kita spidol merek ternama memaksa kita untuk menggambar sebuah garis panjang di depan. Garis tersebut memanjang mulai ujung papan sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan. Jika diukur, menggunakan pengukur yang ada di meja, menunjukkan angka satu meter. Lagi-lagi tangan kita terpaksa membagi garis panjang tersebut menjadi tiga bagian. Bagian pertama dan ketiga hampir sama panjanganya. Namun, tangan kita membuat bagian yang kedua, yang berada di tengah lebih kecil. Bahkan sangat kecil dibanding yang lain. "Tahukah kalian?" tiba-tiba suara muncul. Reaksi kita tentu kaget. Lah, bagaimana tidak, persepsi kita pasti kalau ada suara tanpa ada sumber suara berarti itu... "Tahukah kalian?" lagi-lagi muncul. "Ehh, enggak. Enggak tahu," anggap saja kita menjawab demikian. "Garis di papan itu adalah garis waktu." "Eh. Eh,,, iya, " anggap saja kita akting gu