Langsung ke konten utama

Merenungi Kembali Pendidikan Indonesia (Tugas CGP Angkatan 8 - Mulai dari Diri - Modul 1.1)


Berikut saya lampirkan, tugas calon guru penggerak angkatan 8 yang saya buat. Ini merupakan tugas pertama yang diberikan. Judul tugasnya Mulai dari Diri- Modul 1.1.

Saya beri judul untuk tulisan saya ini dalam tugas tersebut adalah : 

Merenung Kembali Pendidikan Indonesia

Reflektif

Sudah beberapa dekade semenjak kemerdekaan Indonesia. Pendidikan di Indonesia pun juga mengalami banyak fase-fase perubahan. Namun patut kita renungi bersama, sudah sejauh mana pendidikan kita berjalan sesuai arah yang semestinya. Arah pendidikan yang seperti apa yang kita ingin wujudkan sebagai cita-cita bangsa Indonesia. Tujuan apa yang ingin kita capai dari fase-fase pendidikan yang telah kita lalui semenjak kemerdekaan Indonesia. Apakah benar pendidikan Indonesia sudah merdeka?

Sejatinya, jika kita merenungi kembali pendidikan indonesia kita, maka kita akan menuju kepada sejarah pendidikan kita. Bapak pendidikan kita yaitu ki hajar dewantara mengatakan bahwa pendidikan adalah bukan pengajaran. Pendidikan dan pengajaran adalah dua kosa kata yang berbeda. Maka, mereka memiliki makna yang juga berbeda. Beliau mengatakan pendidikan adalah usaha sadar yang lakukan untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak didik sebagai manusia, dan juga sebagai masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Sementara pengajaran adalah cara memberi ilmu atau pengetahuan, serta juga memberikan keterampilan kecakapan kepada anak-anak.

Apakah kita sebagai guru sudah

melakukan proses pendidikan kepada anak murid kita? ataukah hanya pengajaran?

Pun juga Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa mendidik adalah proses memaksimalkan kodrat anak. Menuntun kodrat anak. Menuntun berarti mendampingi, mengayomi, membimbing untuk mencapai tujuan tertentu. Selayaknya seorang anak yang dituntun orang tuanya menyebrang jalan, maka begitu pun seorang guru. Menuntun pada murid untuk mendapatkan potensi yang mereka punya.

Sudah kah kita demikian?

Pemikiran KHD ini sangat komprehensif dan mendalam. Yang nyatanya masih relevan digunakan hingga saat ini. Terlebih dengan kultur budaya Indonesia yang ketimuran. Saat ini, saat dimana era digitalisasi, sebagai guru yang baik harus senantiasa mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, mengikuti perkembangan zaman dan cakap dalam dalam kompetensi yang diharapkan agar bisa mendidik siswanya lebih baik lagi. 

Yang harus dilakukan pendidik juga sesuai dengan tiga kunci pemikiran KHD adalah pendidikn haruslah berada di depan untuk memberikan teladan (ing ngarso sung tulodo), pendidik juga bisa memposisikan dirinya di tengah, membersamai, agar bisa memberikan inspirasi (ing madyo mangun kurso), dan pendidik juga bisa berada di posisi belakang, mendorong, mensupport, memotivasi (tut wuri handayani)

Harapan
Harapan kami, sebagai guru, agar senantiasa diberikan jiwa sebagai jiwa pendidik sejati. Dengan mempelajaari modul-modul yang ada di sini, kami berharap menjadi lebih memahami filosofi pendidikan Indonesia, yang mana terpancar dari pemikiran-pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara. 

Harapan kami, setetlah paham filosofi pendidikan KHD, kami bisa lebih benar dalam melihat pendidikan di Indonesia. Kami bisa lebih jernih dalam melihat arah tujan pendidikan Indonesia. Kami bisa lebih ikhlas dalam mengajar, menginginkan kebaikan -kebaikan yang melimpah untuk anak-anak didik kami, menginginkan terbentuknya generasi yang baik, hebat, kuat, bersahaja, berpendidikan, berakhlaq baik, agamis, dan segala macam kebaikan yang ada demi majunya pendidikan di Indonesia.

Terima kasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Ali dan Fatimah

hai terima kasih udah mendengarkan dan sabar ya, dia gak akan kemana-mana kok, yang udah dituliskan di tinta-Nya, pasti akan ketemu, meskipun kamu sekarang keesepian, melihat teman2 udah gak sendirian, tapi kamu hebat kok, bisa menjaga cuma untuk yang halal nanti, sabar ya, tapi semesta tau, kalo kamu pengen banget diperhatiin, disayangin, dimanjain, ngeliat temen lain udah pada dapat itu, gapapa kok, bertahan aja, gak usah iri, apalagi sama pasangan yg belum halal, ohya, kamu tau kisah cinta palng romantis beberapa abad yg lalu? mereka berdua sama-sama bersabar, menahan rasa yg terus membuncah, padahal rasa itu tumbuh udah mulai kecil,

3.1.a.8.2. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Saya Muhammad Fajri Romadhoni, S.Kom calon guru penggerak Angkatan 8 dari SMPIT Ar Rahman Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.  Saya ucapkan terimakasih kepada Fasilitator yaitu Bapak Subiarto, M.Pd yang telah membimbing dan senantiasa memotivasi dalam setiap tahapan belajar saya dalam menempuh Pendidikan Guru Penggerak.  Saya juga ucapkan terimakasih kepada pengajar praktik Bapak Alfian Wahyuni, S.Pdi yang selalu mendampingi dan menjadi teman berbagi baik saat menempuh Pendidikan guru penggerak maupun dalam hal lain berkenaan dengan perkembangan pendidikan.  Saya juga ucapkan terimaksih kepada rekan CGP angkatan 8 yang senantiasa berkenan berbagi dan berkolaborasi dalam setiap tahapam PGP. Saya kali ini saya akan membuat rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran saya sampai saat ini pada program guru penggerak dengan berpedoman pada pertanyaan berikut ini. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan d

Garis Misterius

Anggap saja dihadapan kita ada sebuah papan tulis, di tangan kita spidol merek ternama memaksa kita untuk menggambar sebuah garis panjang di depan. Garis tersebut memanjang mulai ujung papan sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan. Jika diukur, menggunakan pengukur yang ada di meja, menunjukkan angka satu meter. Lagi-lagi tangan kita terpaksa membagi garis panjang tersebut menjadi tiga bagian. Bagian pertama dan ketiga hampir sama panjanganya. Namun, tangan kita membuat bagian yang kedua, yang berada di tengah lebih kecil. Bahkan sangat kecil dibanding yang lain. "Tahukah kalian?" tiba-tiba suara muncul. Reaksi kita tentu kaget. Lah, bagaimana tidak, persepsi kita pasti kalau ada suara tanpa ada sumber suara berarti itu... "Tahukah kalian?" lagi-lagi muncul. "Ehh, enggak. Enggak tahu," anggap saja kita menjawab demikian. "Garis di papan itu adalah garis waktu." "Eh. Eh,,, iya, " anggap saja kita akting gu