Langsung ke konten utama

Tak Ada Waktu Saatnya Bersatu

bukuKu buka pintu rumah. Semerbak angin pagi berhembus menelisik raga. Sehirup udara pagi kau tak akan tau betapa berharganya ini.

Cahaya mentari menyelinap masuk melalui jendela-jendela yang terbuka. Mengusir kegelapan membawa cahaya harapan.

Ah Pagi, kau selalu membuat harapan bahwa hari ini akan lebih baik dari sebelumnya.

Ditemani musik depapepe yang mengalir dari winamp menuju ke telinga saya melalui sebuah headset putih ku coba kembali mengisi kekosongan di blog ini. Sedikit bingung dengan apa yang mau dituliskan, tapi biarlah jemari ini mengalir mengikuti iramanya. Saya tak akan terperdaya lagi dengan kemalasan, karena menulis harus sudah menjadi sebuah habits baru. Sebuah kebiasaan yang seharusnya terbentuk. Bagaimanapun padatnya agenda, bagaimanapun penatnya kepala, pun juga seberapa kerasnya halangan, Ya Sang Pemilik Kekuatan berilah hamba keteguhan, izinkanlah hamba tuk terus berlatih, hancurkanlah segala halangan dan rintangan yang menghambat, besarkanlah hamba sehingga maupun mendobrak segala hambatan.

Setidaknya pagi di sini masih bisa dinikmati dengan keindahan dan kedamaian. Jika saja kita pergi melompat pulau, melintasi sekat negara, pagi di sana tak akan seindah ini.

 

Pagi di sana biasa diisi oleh bom-bom tragis, tentara-tentara beringas, tank-tank berbesi, hingga buldozer penghancur rumah-rumah yang tak berhati. Di saat pagi di sini oleh senyum-senyum damai melihat anak-anak bermain ayunan di halaman rumah dan sekolah, pagi di sana banyak yang berteriak karena anak-anak ‘bermain-main’ dengan tembakan peluru para tentara.

Malam di sini ketika semua tertidur lelap berdo’a hari esok akan lebih baik, malam di sana berbeda. Malam berarti saatnya siaga, bersembunyi di lorong-lorong tanah yang mereka buat sendiri agar harap rudal tak bisa menembusnya. Saat lampu menyala dengan gemerlapnya menghiasi malam di sini, justru api-api berkobar membakar rumah-rumah yang meramaikan malam-malam di sana.

Di sini kita tak akan melihat anak-anak dibunuh layaknya binatang buruan atau para ibu-ibu wanita hamil secara paksa dikeluarkan janinnya hanya karena bayi-bayi itu berjenis kelamin laki-laki.

Mereka berencana, mereka tau, bahwa itu sangat berbahaya bagi eksistensinya. Karena lima belas tahun ke depan para anak dan bayi laki-laki itu bisa menjadi ancaman bagi mereka. Mereka akan berubah menjadi mujahid yang tak kenal takut kecuali hanya pada Allah semata.

Jeni Ali Husain Fuquha bersaudara dengan Masah Ali Husain. Masing-masing memiliki selisih umur satu tahun. Usia mereka berturut-turu lima dan enam tahun. Usia mereka habis seketika itu juga saat jeep militer Zionis menginjak tubuh mereka di salah satu area perkebunan Ratam Jarar.

Raed Abu Hamad, pemuda 27 tahun yang ditangkap dipenjara di Seba meninggal di dalam ruangan isolasi karena penyiksaan brutal oleh interogator Yahudi itu.

Ahmad Sulaiman Salim, peluru tentara itupun mengenai tubuh mudanya yang masih berusia 19 tahun karena melakukan aksi damai memprotes pembangunan pagar pengaman.

Saat Yahudi menyerobot masuk ke rumah Hafid Mashum, mereka pun melemparkan pemiliknya dari lantai tiga rumahnya hingga akhirnya meninggal setelah melalui kondisi kritis.

Angka 285 adalah angka yang dicapai untuk sebuah jumlah warga yang ditangkap, ratusan lainnya pun ditangkap pula setiap bulannya. Penjara-penjara Israel bahkan tak bisa menampung tawanan Palestina ini.

Agaknya itulah yang disampaikan dalam buku yang akhir-akhir ini baru saja saya tamatkan. The Khilafa’ sebuah novel dengan beberapa fakta di dalamnya. Novel yang menceritakan kehidupan di Palestina. Novel yang memasukkan tokoh-tokoh fiksi (Bumi misalnya sebagai pemeran utamanya di sini) tapi tetap menguakkan fakta-fakta sebenarnya tentang kejadian yang terjadi di sana.

Diceritakan bagaimana Israel yang ingin menjatuhkan Masjid Al-Aqsha’ karena ingin membangun Haikal Sulaiman sebagai janji yang terdapat dalam kitabnya. Pun juga bagaimana cerita saudara-saudara muslim di sana yang berusaha mempertahankannya.

Ini merupakan cetak biru perjuangan Israel. Segala upaya harus mereka kerahkan agar bangunan itu bisa berdiri. Karena itu upaya damai yang seringkali digaungkan oleh barat, Uni eropa, Liga Arab hanyalah untuk mengulur-ulur waktu agar rencana mereka berjalan dengan tepat dan akurat. Mereka menunggu momen-momen yang tepat. Menunggu rampungnya batu-batu pembangunan dan runtuhnya Masjid Kiblat itu.

Mereka melakukan segala upaya untuk mempersiapkannya dan mencegah apa-apa yang kemungkinan akan menjadi penghalang, salah satunya umat islam. Propaganda-propagandan mereka buat, pembantaian-pembantaian yang tak terekam media mereka olah, politik adu domba sesama umat muslim pun tak elak dari salah satu agenda mereka.

Ah, sudah saatnya kita tak digaungkan oleh fanatisme kelompok, karena musuh besar kita adalah mereka. Kita membutuhkan seorang pemimpin yang melindungi kita. Sebuah perisai umat. Pun juga sebuah tatanan sistem yang mempunyai kemampuan sistemik menjaga keutuhan umat islam. Dan Allah pun bersama kita!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Ali dan Fatimah

hai terima kasih udah mendengarkan dan sabar ya, dia gak akan kemana-mana kok, yang udah dituliskan di tinta-Nya, pasti akan ketemu, meskipun kamu sekarang keesepian, melihat teman2 udah gak sendirian, tapi kamu hebat kok, bisa menjaga cuma untuk yang halal nanti, sabar ya, tapi semesta tau, kalo kamu pengen banget diperhatiin, disayangin, dimanjain, ngeliat temen lain udah pada dapat itu, gapapa kok, bertahan aja, gak usah iri, apalagi sama pasangan yg belum halal, ohya, kamu tau kisah cinta palng romantis beberapa abad yg lalu? mereka berdua sama-sama bersabar, menahan rasa yg terus membuncah, padahal rasa itu tumbuh udah mulai kecil,

3.1.a.8.2. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Saya Muhammad Fajri Romadhoni, S.Kom calon guru penggerak Angkatan 8 dari SMPIT Ar Rahman Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.  Saya ucapkan terimakasih kepada Fasilitator yaitu Bapak Subiarto, M.Pd yang telah membimbing dan senantiasa memotivasi dalam setiap tahapan belajar saya dalam menempuh Pendidikan Guru Penggerak.  Saya juga ucapkan terimakasih kepada pengajar praktik Bapak Alfian Wahyuni, S.Pdi yang selalu mendampingi dan menjadi teman berbagi baik saat menempuh Pendidikan guru penggerak maupun dalam hal lain berkenaan dengan perkembangan pendidikan.  Saya juga ucapkan terimaksih kepada rekan CGP angkatan 8 yang senantiasa berkenan berbagi dan berkolaborasi dalam setiap tahapam PGP. Saya kali ini saya akan membuat rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran saya sampai saat ini pada program guru penggerak dengan berpedoman pada pertanyaan berikut ini. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan d

Garis Misterius

Anggap saja dihadapan kita ada sebuah papan tulis, di tangan kita spidol merek ternama memaksa kita untuk menggambar sebuah garis panjang di depan. Garis tersebut memanjang mulai ujung papan sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan. Jika diukur, menggunakan pengukur yang ada di meja, menunjukkan angka satu meter. Lagi-lagi tangan kita terpaksa membagi garis panjang tersebut menjadi tiga bagian. Bagian pertama dan ketiga hampir sama panjanganya. Namun, tangan kita membuat bagian yang kedua, yang berada di tengah lebih kecil. Bahkan sangat kecil dibanding yang lain. "Tahukah kalian?" tiba-tiba suara muncul. Reaksi kita tentu kaget. Lah, bagaimana tidak, persepsi kita pasti kalau ada suara tanpa ada sumber suara berarti itu... "Tahukah kalian?" lagi-lagi muncul. "Ehh, enggak. Enggak tahu," anggap saja kita menjawab demikian. "Garis di papan itu adalah garis waktu." "Eh. Eh,,, iya, " anggap saja kita akting gu