Langsung ke konten utama

Tidur itu Ibadah Bener gak sih ??

Bismillahirrahmanirrahim..

Alhamdulillah Bulan suci Ramadhan yang sangat dimuliakan oleh seluruh umat muslim kini telah hadir menjumpai kita. Puji syukur kepada Allah swt kita masih diberi nikmat sehat dan nikmat waktu yang dimana itu semua sungguh benar-benar nikmat yang sungguh luar biasa. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada baginda Rasullullah SAW sebagai pembawa rahmat seluruh alam dengan memberikan cahaya terang ke dalam perjalanan kita menuju ketaqwaan kepada Allah SWT.

Aduuhh…kok sok resmi banget pembukaan di atas tu ya..haha.. Selanjutnya saya coba
pake bahasa gaul aja gin lah..setuju??

Oke,
Bulan ramadhan, bulan puasa, bulan dimana selama kita sebulan penuh bakalan kagak makan n minum setiap harinya. Nah, pastinya bakalan lemes banget deh badan kita kan, wong biasanya makan lima kali sehari eh sekarang cuma pas sahur sama buka aja.

Aduh.. pastinya bakalan males banget ngapa2in ..ya kan?? Apalagi ada hadits yang pernah bilang kalo tidurnya orang puasa itu ibadah..wooww..ya tidur aja deh kita seharian..ya ga??

Bai de way aniwey baswey, ngomongin masalah hadits di atas tu bener gak sih kayak gitu? Setelah saya googling ternyata ada yang menerangkan hadits itu . nih, cekedot !

Dalam ”Amalii Ibnu Mundah” dari riwayat Ibnul Mughiroh al Qowas dari Abdullah bin umar dengan sanad lemah atau mungkin Abdullah bin ’Amr. Adapun haditsnya yang berbunyi,”Tidurnya orang yang berpuasa ibadah, diamnya tasbih, doanya diijabah dan amalnya diterima.”

Nah, memang kata-kata nya di atas tu haditsnya lemah, atau masih mungkin tingkat kebenarannya. Eh, tapi walaupun lemah kebenarannya kita bisa bawa makna nya ke makna yang  benar. Soalnya ada lagi hadits yang mengatakan gini,

“Sesungguhnya perbuatan mubah, jika dimaksudkan dengannya untuk mengharapkan wajah Allah Ta’ala, maka dia akan berubah menjadi suatu ketaatan dan akan mendapatkan balasan (ganjaran).”
Gini logikanya,
Tidur di bulan Ramadhan itu kan sayang, lebih baik kita buat untuk memperbanyak amalan kita, kayak ngaji quran, shalat sunnah, ikut pengajian di masjid, dll.. Kalo sesuatu yang kayak gitu kan berarti tidur hukumnya mubah. Nah, sesuai hadits barusan tadi yang mubah bisa juga dapat ganjaran (pahala). Tapi gimana ??

Kita liat kata-kata selanjutnya, “… jika dimaksudkan dengannya untuk mengharapkan wajah Allah Ta’ala,….”. Maksudnya disini adalah niat melakukan sesuatu yang mubah tadi harus diniatkan karena Allah. Maka supaya tidur di bulan Ramadhan kita jadi pahala yaitu jika tidurnya kita niatkan untuk mengumpulkan tenaga kembali setelah melakukan amalan-amalan sebelumnya dan akan melakukan amalan-amalan selanjutnya lebih banyak dari sebelumnya.

Sebagai contoh kita dari pagi sudah membaca quran, dilanjutkan sholat-sholat sunnah, kemudian ke majlis ta’lim, kemudian sorenya membantu orang-orang membukakan puasanya anak yatim, lalu malamnya sholat tarawih, sholat malam, tahajud, witir ,dll. Maka kalau kita tidur dengan niat mengembalikan tenaga kembali supaya besok bisa lebih baik dari hari ini maka itulah tidur yang berpahala.

Jadi, intinya semuanya tergantung NIAT kita …:) :)

Akhir kata saya mengucapkan Marhaban Ya Ramadhan ......Maafkan Segala Khilaf dan Semoga Allah menganugerahi setiap langkah kita di bulan Ramadhan penuh keberkahan ini. Amieenn.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Ali dan Fatimah

hai terima kasih udah mendengarkan dan sabar ya, dia gak akan kemana-mana kok, yang udah dituliskan di tinta-Nya, pasti akan ketemu, meskipun kamu sekarang keesepian, melihat teman2 udah gak sendirian, tapi kamu hebat kok, bisa menjaga cuma untuk yang halal nanti, sabar ya, tapi semesta tau, kalo kamu pengen banget diperhatiin, disayangin, dimanjain, ngeliat temen lain udah pada dapat itu, gapapa kok, bertahan aja, gak usah iri, apalagi sama pasangan yg belum halal, ohya, kamu tau kisah cinta palng romantis beberapa abad yg lalu? mereka berdua sama-sama bersabar, menahan rasa yg terus membuncah, padahal rasa itu tumbuh udah mulai kecil,

3.1.a.8.2. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Saya Muhammad Fajri Romadhoni, S.Kom calon guru penggerak Angkatan 8 dari SMPIT Ar Rahman Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.  Saya ucapkan terimakasih kepada Fasilitator yaitu Bapak Subiarto, M.Pd yang telah membimbing dan senantiasa memotivasi dalam setiap tahapan belajar saya dalam menempuh Pendidikan Guru Penggerak.  Saya juga ucapkan terimakasih kepada pengajar praktik Bapak Alfian Wahyuni, S.Pdi yang selalu mendampingi dan menjadi teman berbagi baik saat menempuh Pendidikan guru penggerak maupun dalam hal lain berkenaan dengan perkembangan pendidikan.  Saya juga ucapkan terimaksih kepada rekan CGP angkatan 8 yang senantiasa berkenan berbagi dan berkolaborasi dalam setiap tahapam PGP. Saya kali ini saya akan membuat rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran saya sampai saat ini pada program guru penggerak dengan berpedoman pada pertanyaan berikut ini. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan d

Garis Misterius

Anggap saja dihadapan kita ada sebuah papan tulis, di tangan kita spidol merek ternama memaksa kita untuk menggambar sebuah garis panjang di depan. Garis tersebut memanjang mulai ujung papan sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan. Jika diukur, menggunakan pengukur yang ada di meja, menunjukkan angka satu meter. Lagi-lagi tangan kita terpaksa membagi garis panjang tersebut menjadi tiga bagian. Bagian pertama dan ketiga hampir sama panjanganya. Namun, tangan kita membuat bagian yang kedua, yang berada di tengah lebih kecil. Bahkan sangat kecil dibanding yang lain. "Tahukah kalian?" tiba-tiba suara muncul. Reaksi kita tentu kaget. Lah, bagaimana tidak, persepsi kita pasti kalau ada suara tanpa ada sumber suara berarti itu... "Tahukah kalian?" lagi-lagi muncul. "Ehh, enggak. Enggak tahu," anggap saja kita menjawab demikian. "Garis di papan itu adalah garis waktu." "Eh. Eh,,, iya, " anggap saja kita akting gu