Langsung ke konten utama

Gue Pasrah eh bukan Gue Tawakal

A : Yuk, kita makan,...( sambil berjalan menuju pintu sebuah rumah makan )
B : Eh, emang motor lo udah lo kunci ? biasanye lo kan teledor orangnye,...
A : alaaah,, gapapa deh..gue tawakal sama Allah kok..,,
B : ( ?????????????????? )  .........

***

Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamualaikum wr.wb..
Oke,
Sebenarnya saya menulis ini karena ditantang kawan saya yang tiba-tiba di waktu pagi saya OL, langsung menchat saya dengan tulisan,
"Tawakkal itu tidak sama dengan pasrah.."
"Tawakkal itu ada dari awal kita berusaha sampai akhir Usaha. Kalau pasrah itu adanya di akhir, saat kita hampir2 putus asa dengan hasil usaha."
"antum coba bikin tulisan dengan tema itu, bisa ga? :D"
yang merasa jangan tersungging lah....hhe :D )

Oke,
Kita mulai dari pengertian tawakal itu sendiri,

MENURUT bahasa “tawakkal” itu beerti berserah diri, mempercayakan diri atau mewakilkan. Menurut syariat pula tawakkal berarti “mempercayakan diri kepada Allah SWT dalam melaksanakan suatu rancangan, bersandar kepada kekuatan-Nya dalam melaksanakan suatu pekerjaan, berserah diri di bawah perlindungan-Nya pada waktu menghadapi kesukaran”. (sumber : http://nurjeehan.wordpress.com/2007/02/02/hikmah-dalam-tawakkal/)

Nah lo,, bingung kan..

Oke,
Coba kita lihat kisah yang muncul tiba-tiba di awal tadi, apakah itu yang disebut tawakal? jelas bukan. Kejadian serupa juga pernah terjadi pada zaman Nabi kita Rasulullah SAW. Pada saat itu salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW ‘Wahai Rasululloh, aku ikat onta ini dan aku bertawakal atau aku lepas dan aku bertawakal?’ Jawab beliau, ’Ikat dan bertawakallah.”
Maka sudah jelas bahwa Rasul sendiri menyuruh kita untuk berikhtiar sampai batas kemampuan kita disertai dengan selalu bertawakal kepada Allah SWT. Jadi, jika seorang sahabat tadi memilih membiarkan ontanya tanpa diikat kemudian ia 'bertawakal', maka salah yang demikian itu disebut tawakal kepada Allah, karena tawakal tadi harus juga disertai dengan ikhtiar.

Oke,
Sedikit memberi perbedaan lagi coba lihat wacana berikut,
- Orang tawakkal: "Ya Allah, hamba ingin... (keinginan). hamba serahkan hasilnya kepada-Mu. Bismillah.
- Orang pasrah: "Hhh. Kalau ini memang yg terbaik dari Allah, yah saya terima."

terlihat jelas bahwa orang yang bertawakal itu berbeda dengan orang yang pasrah. Orang yang bertawakal, menyerahkan semua hasil yang akan dia peroleh kepada Allah SWT dengan dibarengi ikhtiar yang sungguh-sungguh sedangkan orang pasrah dia dari awal tidak sama sekali bertawakal, dia berusaha dengan kemampuannya sendiri tanpa menggantungkan usahanya kepada Allah, dan disaat terakhir baru orang ini menyadari dan baru menyandarkan hasil  usahanya kepada Allah SWT yang bisa disebut pasrah.

Rosululloh ShallAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim)
Oke,
Kita lihat dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa orang yang bertawakal laksana burung yang pergi mencari makan pada pagi harinya dan kembali pada sore harinya, maka kemudian Allah akan menjamin dengan memberikan makanan kepada mereka. Burung-burung itu tidak tidur begitu saja disarang sambil menunggu makanan untuk dirinya dan anak-anaknya, melainkan dengan berikhtiar terlebih dahulu.

oke,
itu semua cuma segelintir ilmu yang saya dapat mudah-mudahan bermanfaat

"Jangan lihat siapa yang menyampaikan tapi liat apa yang disampaikan"

salah khilaf mohon maaf,
wabillahi taufikwal hidayah .
wassalamualaikum wr.wb.

***

B : ( ???????? ) Ah..lo bego banget sih,,itu namanye bukan tawakal tapi pasrah motor lo ilang..cepet kunci dulu sana,,,!!
A : Hhe,,iye deh..gue kunci....sewot banget si lo...( berjalan menuju kendaraan yang hampir saja hilang )

Komentar

  1. Bener2 segelintir..
    Tp alhamdulillah sudah cukup menambah keyakinan untuk bertawakkal ria..

    BalasHapus
  2. tawakkal dan pasrah beda-beda tipis, tinggal penerapan pada diri sendiri bahwa tawakkal adalah salah satu cara kita mendekatkan diri pada Allah. :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Ali dan Fatimah

hai terima kasih udah mendengarkan dan sabar ya, dia gak akan kemana-mana kok, yang udah dituliskan di tinta-Nya, pasti akan ketemu, meskipun kamu sekarang keesepian, melihat teman2 udah gak sendirian, tapi kamu hebat kok, bisa menjaga cuma untuk yang halal nanti, sabar ya, tapi semesta tau, kalo kamu pengen banget diperhatiin, disayangin, dimanjain, ngeliat temen lain udah pada dapat itu, gapapa kok, bertahan aja, gak usah iri, apalagi sama pasangan yg belum halal, ohya, kamu tau kisah cinta palng romantis beberapa abad yg lalu? mereka berdua sama-sama bersabar, menahan rasa yg terus membuncah, padahal rasa itu tumbuh udah mulai kecil,

3.1.a.8.2. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Saya Muhammad Fajri Romadhoni, S.Kom calon guru penggerak Angkatan 8 dari SMPIT Ar Rahman Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.  Saya ucapkan terimakasih kepada Fasilitator yaitu Bapak Subiarto, M.Pd yang telah membimbing dan senantiasa memotivasi dalam setiap tahapan belajar saya dalam menempuh Pendidikan Guru Penggerak.  Saya juga ucapkan terimakasih kepada pengajar praktik Bapak Alfian Wahyuni, S.Pdi yang selalu mendampingi dan menjadi teman berbagi baik saat menempuh Pendidikan guru penggerak maupun dalam hal lain berkenaan dengan perkembangan pendidikan.  Saya juga ucapkan terimaksih kepada rekan CGP angkatan 8 yang senantiasa berkenan berbagi dan berkolaborasi dalam setiap tahapam PGP. Saya kali ini saya akan membuat rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran saya sampai saat ini pada program guru penggerak dengan berpedoman pada pertanyaan berikut ini. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan d

Garis Misterius

Anggap saja dihadapan kita ada sebuah papan tulis, di tangan kita spidol merek ternama memaksa kita untuk menggambar sebuah garis panjang di depan. Garis tersebut memanjang mulai ujung papan sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan. Jika diukur, menggunakan pengukur yang ada di meja, menunjukkan angka satu meter. Lagi-lagi tangan kita terpaksa membagi garis panjang tersebut menjadi tiga bagian. Bagian pertama dan ketiga hampir sama panjanganya. Namun, tangan kita membuat bagian yang kedua, yang berada di tengah lebih kecil. Bahkan sangat kecil dibanding yang lain. "Tahukah kalian?" tiba-tiba suara muncul. Reaksi kita tentu kaget. Lah, bagaimana tidak, persepsi kita pasti kalau ada suara tanpa ada sumber suara berarti itu... "Tahukah kalian?" lagi-lagi muncul. "Ehh, enggak. Enggak tahu," anggap saja kita menjawab demikian. "Garis di papan itu adalah garis waktu." "Eh. Eh,,, iya, " anggap saja kita akting gu