Langsung ke konten utama

Tempat Apa Ini #2 : Tempat Ini Kelihatan Kejam

         
         Di tengah suasana yang sepi, Doraemon dan Nobita masih berjalan mengelilingi kota aneh itu, berharap bertemu dengan seseorang. Tapi apa daya sepertinya orang-orang sedang berkumpul di suatu tempat yang bernama masjid itu. Mereka begitu kompak berada di satu tempat tersebut. Seperti ada yang mereka takuti entah apa itu.

        Akhirnya setelah kurang lebih setengah jam orang-orang mulai terlihat kembali. Mereka keluar dari masjid itu dan terlihat mereka kembali ke tempatnya masing-masing. Ada yang pulang ke rumahnya, ada yang kembali ke took dan membuka tokonya kembali. seseorang mendekat ke arah Nobita dan Doraemon yang terlihat lelah karena sudah berkeliling kota.

       “Assalamualaikum,” sapa orang yang mendekat tadi. “Maaf mas, mas ngomong apa?” tanya nobita. “oh, sepertinya kalian bukan muslim ya..maaf kalau begitu. Tadi itu adalah ucapan salam kepada orang lain apabila bertemu. Ngomong-ngomong ada perlu apa dek?” tanya orang tadi. “Begini mas, kami kehabisan bensin untuk pulang ke rumah. Kami sedang mencari bensin di sini, tapi kami kebingungan karena tadi orang-orang tidak terlihat sama sekali. Masnya tau tempat jual bensin yang buka?” tanya Nobita. “Haha, iya dek. Itu kami sedang memenuhi kewajiban kami, sholat, di masjid itu. Memang sudah kebiasaan masyarakat sini kalau adzan itu semua took ditutup dan kami semua berbondong-bondong ke masjid terdekat. Dan biasanya kalau tidak cepat-cepat bisa kehabisan tempat yang kemungkinan sholat di teras masjid.”

      “Cari bensin ya, kebetulan di pertigaan sana ada dek,” ucap orang tadi sambil menunjuk ke arah pertigaan. “Yang di pertigaan itu ya, sudah mas tadi tapi tutup makanya kami keliling-keliling mencari yang buka,” ucap doraemon. “Kalau sudah jam selesai sholat ini biasanya buka lagi dek, coba aja ke sana,” jawab orang tadi. “Ooh, gitu mas, iya deh kami coba lagi kesana. Terima kasih mas, arigatou.”, tutup Nobita yang disudahi dengan langkah menuju ke pertigaan, lagi. “Sebentar dek ! saya juga mau ke sana, kita bareng ya.” teriak orang tadi sambil mengejar Nobita dan Doraemon yang berjalan cukup cepat.

      “mas, sepertinya pertigaan nya lumayan jauh ya dari sini?”

      “iya, lumayan lah, lumayan jauh. Kalau tidak terbiasa berjalan kaki bisa-bisa kakinya berubah menjadi kaki gajah.”

       “Doraemon ayo keluarkan sesuatu, ayo doraemon..”

       “Baiklah, hmmm..apa ya,,hmm…” sambil mengobok-obok isi kantong ajaib doraemon. Dan akhirnya doraemon mengeluarkan sesuatu. “Taraaaa !! Baling-baling bambu !!! Dengan ini kita bisa terbang menuju pertigaan itu” ucap Doraemon seraya menjelaskan cara pakai baling-baling bambu tersebut.

        Akhirnya mereka bertiga menuju pertigaan yang dimaksud dengan menggunakan baling-baling bambu. Sepanjang perjalanan kembali lagi doraemon dan Nobita disuguhkan pemandangan nan indah dan asri. Begitu menakjubkan suasana kota seperti ini, damai, tenteram. Kota yang biasanya identik dengan kemacetan, disini tidak digambarkan demikian. Kota yang biasanya identik dengan polusi yang berlebihan, disini tidak. Suasana kota ini seperti yang didamba-dambakan setiap orang.

        “Mas, namanya siapa mas kalau boleh tau?”,ucap Nobita ingin membuka pembicaraan. “Oh,,saya Fatih dek,”jawab mas tadi yang ternyata bernama Fatih. “Saya takjub mas melihat keindahan kota seperti ini. Oh ya, tadi pada saat saya dan doraemon berkeliling. Pada saat warga sudah selesai ibadah nya, saya melewati masjid dan mendengar pembicaraan anak kecil. Dalam canda tawa mereka katanya di sini kalau ada yang mencuri itu tangannya dipotong. Bener itu mas Fatih?”,tanya Nobita penasaran. “Iya, bener dek..hhe”, jawab mas Fatih mantap sambil melakukan akrobat di udara dengan berputar.

        “Wah, asik nih dek alatnya, saya bisa berputar-putar di udara. Hahaha…”cetus mas Fatih. “Mas, yang potong tangan tadi beneran?” kali ini Doraemon ikut bergabung dalam pembicaraan. “Hm. sepertinya kalian penasaran ya sampai-sampai acrobat saya yang begitu hebat tadi tidak dihiraukan, huft..”tutur mas Fatih sedikit kecewa karena acrobat yang katanya bagus itu tidak ada yang meherani (baca:menghiraukan).

          Akhirnya mas Fatih memberikan penjelasannya sambil membetulkan jambulnya yang selalu terbang kesana-kemari ditiup angin. “Jadi, begini. Memang kalau dilihat awalnya sungguh kejam, tidak berperikemanusiaan katanya. Tapi memang inilah yang dianjurkan Allah swt, Tuhan Pemilik Alam Semesta ini. Itu sudah tertera dalam tutorial kehidupan manusia, di AlQuran surat Al-Maidah ayat 38. Karena kami hanya manusia yang merupakan barang ciptaan Allah jadi kami tidak memberanikan diri melanggar peraturan yang sudah dibuatkan spesial untuk kami, manusia. Dan awalnya memang sulit dan terlihat aneh, tapi kalau diterapkan hukum Allah ini di segala bidang, tidak mengambil satu peraturan saja dan mengindahkan peraturan yang lain akhirnya ya seperti yang kalian liat sekarang. Dan untuk masalah terlihat kejam, memang terlihat kejam. Tapi karena sudah dipenuhi semua aspek peraturannya maka itu terlihat pantas. Alasannya karena kami Alhamdulillah kehidupannya sudah mencukupi, disini hampir tidak ada yang miskin dek. Salah satunya karena faktor kewajiban berzakat bagi orang yang kaya, sehingga Alhamdulillah si miskin terbantu. Dalam sektor pendidikan agama juga diterapkan sangat baik disini, sehingga semua orang tahu dan meyakini akan peraturan bahwa mencuri itu dosa, dan hukuman potong tangan di dunia ini masih setetes saja sakitnya dibandingkan dengan hukuman yang sudah disiapkan di akhirat nanti. Dan masih banyak faktor-faktor lain yang membuat si miskin tidak hidup melarat sehingga peraturan potong tangan itu terlihat wajar. Iya wajar, masa sudah berkecukupan mau mencuri lagi, kan alasan utama orang mencuri itu pasti karena ingin memenuhi kebutuhan hidup.” Tutup mas Fatih mantap.

          Doraemon dan Nobita yang dari tadi mendengarkan penjelasan mas Fatih ternganga. Mungkin mereka masih bingung. “Wah, sepertinya masyarakat disini memang benar-benar mengikuti agama mereka ya. Tidak di seperti di negeri yang saya kenal. Di sana padahal mayoritas penduduknya muslim. Tapi masih banyak sekali yang melakukan tindakan-tindakan yang melanggar peraturan agamanya sendiri.” Tukas Nobita keheranan dengan Negeri yang mayoritas penduduknya muslim itu. “Ya mungkin karena mereka belum mengerti arti dari dua kalimat syahadat yang mereka ucapkan sebagai pintu gerbang masuk ke dunia islam. Dan juga Rasul kami pernah berkata, katanya ikatan-ikatan islam itu akan lepas satu persatu, dan yang lepas pertama adalah pemerintahan yang terakhir sholat.” Jawab mas Fatih lagi-lagi sambil membetulkan jambulnya yang semakin agresif bergerak kesana-kemari karena tertiup angin. “Wah, sepertinya agama Islam ini memang agama yang bagus ya, kapan-kapan saya mau sedikit belajar boleh kan mas?” tanya Nobita yang mulai penasaran dengan Islam. “Dengan senang hati ..” jawab mas Fatih sambil memberikan senyum terbaiknya kepada dua orang teman terbangnya di samping. 
        
           Perjalanan mereka bertiga ke pertigaan sudah menempati akhirnya. Mereka sekarang mendarat di pom bensin pertigaan yang akhirnya ada penjualnya sekarang. Perlahan Doraemon dan Nobita berjalan menuju bapak penjual bensin tersebut. Perasaan senang dan bahagia menyelimuti hati mereka yang akhirnya akan segera mempunyai bensin dan bisa segera pulang ke rumahnya. Namun, raut wajah mereka berdua terlihat berubah setelah berbincang dengan penjual bensin tadi. Ternyata, tidak disangka-sangka, bensinnya habis ! Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkk !!! itulah satu kata yang keluar dari mulut Doraemon dan Nobita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Ali dan Fatimah

hai terima kasih udah mendengarkan dan sabar ya, dia gak akan kemana-mana kok, yang udah dituliskan di tinta-Nya, pasti akan ketemu, meskipun kamu sekarang keesepian, melihat teman2 udah gak sendirian, tapi kamu hebat kok, bisa menjaga cuma untuk yang halal nanti, sabar ya, tapi semesta tau, kalo kamu pengen banget diperhatiin, disayangin, dimanjain, ngeliat temen lain udah pada dapat itu, gapapa kok, bertahan aja, gak usah iri, apalagi sama pasangan yg belum halal, ohya, kamu tau kisah cinta palng romantis beberapa abad yg lalu? mereka berdua sama-sama bersabar, menahan rasa yg terus membuncah, padahal rasa itu tumbuh udah mulai kecil,

3.1.a.8.2. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Saya Muhammad Fajri Romadhoni, S.Kom calon guru penggerak Angkatan 8 dari SMPIT Ar Rahman Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.  Saya ucapkan terimakasih kepada Fasilitator yaitu Bapak Subiarto, M.Pd yang telah membimbing dan senantiasa memotivasi dalam setiap tahapan belajar saya dalam menempuh Pendidikan Guru Penggerak.  Saya juga ucapkan terimakasih kepada pengajar praktik Bapak Alfian Wahyuni, S.Pdi yang selalu mendampingi dan menjadi teman berbagi baik saat menempuh Pendidikan guru penggerak maupun dalam hal lain berkenaan dengan perkembangan pendidikan.  Saya juga ucapkan terimaksih kepada rekan CGP angkatan 8 yang senantiasa berkenan berbagi dan berkolaborasi dalam setiap tahapam PGP. Saya kali ini saya akan membuat rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran saya sampai saat ini pada program guru penggerak dengan berpedoman pada pertanyaan berikut ini. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan d

Garis Misterius

Anggap saja dihadapan kita ada sebuah papan tulis, di tangan kita spidol merek ternama memaksa kita untuk menggambar sebuah garis panjang di depan. Garis tersebut memanjang mulai ujung papan sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan. Jika diukur, menggunakan pengukur yang ada di meja, menunjukkan angka satu meter. Lagi-lagi tangan kita terpaksa membagi garis panjang tersebut menjadi tiga bagian. Bagian pertama dan ketiga hampir sama panjanganya. Namun, tangan kita membuat bagian yang kedua, yang berada di tengah lebih kecil. Bahkan sangat kecil dibanding yang lain. "Tahukah kalian?" tiba-tiba suara muncul. Reaksi kita tentu kaget. Lah, bagaimana tidak, persepsi kita pasti kalau ada suara tanpa ada sumber suara berarti itu... "Tahukah kalian?" lagi-lagi muncul. "Ehh, enggak. Enggak tahu," anggap saja kita menjawab demikian. "Garis di papan itu adalah garis waktu." "Eh. Eh,,, iya, " anggap saja kita akting gu