Langsung ke konten utama

Akhlak Rasul


Akhlak sejatinya merupakan istilah yang khas untuk umat muslim. Berbeda dengan moral. Akhlak yang ku tau sejak belajar ngaji di SD itu terbagi dua. Ada akhlak mahmudah (baik) dan akhlak mazmumah (buruk).


Darimana tolak ukur baik dan buruk tersebut? Jelas. Tentu tolak ukurnya adalah islam. Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ketika kalian jujur, itu merupakan perintah dari Allah. Ketika anda tidak berdusta itu pun sebuah larangan dari Allah.


Begitulah, akhlak mahmudah akan terpancar dari diri seorang muslim ketika ia tetap pada keimanan dan ketaqwaannya. Ketika ia menuruti semua perintah dan larangan dari Allah. Begitulah akhlak, ada karena sebab iman dan taqwa.



Ya, mungkin itu ringkasan atau sedikit yang bisa aku tangkap dari materi kemarin. Materi yang cukup menohok dan merubah persepsi yang biasa menjadi yang luar biasa. Biasanya aku memahami akhlak hanya sebatas perbuatan baik yang muncul dari manusia, tapi di situ diberi pengertian yang cukup mencolek akal, akhlak itu terjadi ketika iman dan taqwa ada. Akhlak itu adalah hasil yang terpancar pada kepribadian seorang muslim ketika ia beriman dan bertaqwa kepada Allah swt.


Oke, ketika kita diberi amanah sebagai seorang satpam  rumah. maka dengan konsekuensi kita sebagai seorang muslim, maka kita akan menjalankan amanah tersebut dengan baik. Tidak akan di tinggalkan amanah itu karena Allah (bukan karena uang) memerintahkan muslim untuk memiliki sifat amanah. Seperti tertuang dan terlisan dari Rasul Nya,

 "Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya (diberi amanat) dia berkhianat." (HR. Bukhari Muslim)

Maka itulah akhlak mahmudah.


Namun lain halnya dengan seorang ’satpam’ yang diberi amanah untuk menjaga tempat pelacuran. Disuruh menjaga apabila ada polisi menggerebek ia lah orang pertama yang tau dan meng infokan kepada yang lain agar menyudahi perzinaannya. Kalau yang seperti ini, meskipun ia amanah menjalankan tugasnya dengan baik, tapi bukan dinamakan akhlak mahmudah yang seperti ini. Justru sebaliknya.


Dan sebagai penutup tulisan sederhana ini izinkan aku menceritakan kata-kata Aisyah ra. Ketika di tanya sahabat rasul ,

”Wahai Aisyah, bagaimanakah akhlak Rasulullah?”

”Akhlak Rasulullah adalah Al Qur’an”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Ali dan Fatimah

hai terima kasih udah mendengarkan dan sabar ya, dia gak akan kemana-mana kok, yang udah dituliskan di tinta-Nya, pasti akan ketemu, meskipun kamu sekarang keesepian, melihat teman2 udah gak sendirian, tapi kamu hebat kok, bisa menjaga cuma untuk yang halal nanti, sabar ya, tapi semesta tau, kalo kamu pengen banget diperhatiin, disayangin, dimanjain, ngeliat temen lain udah pada dapat itu, gapapa kok, bertahan aja, gak usah iri, apalagi sama pasangan yg belum halal, ohya, kamu tau kisah cinta palng romantis beberapa abad yg lalu? mereka berdua sama-sama bersabar, menahan rasa yg terus membuncah, padahal rasa itu tumbuh udah mulai kecil,

3.1.a.8.2. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Saya Muhammad Fajri Romadhoni, S.Kom calon guru penggerak Angkatan 8 dari SMPIT Ar Rahman Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.  Saya ucapkan terimakasih kepada Fasilitator yaitu Bapak Subiarto, M.Pd yang telah membimbing dan senantiasa memotivasi dalam setiap tahapan belajar saya dalam menempuh Pendidikan Guru Penggerak.  Saya juga ucapkan terimakasih kepada pengajar praktik Bapak Alfian Wahyuni, S.Pdi yang selalu mendampingi dan menjadi teman berbagi baik saat menempuh Pendidikan guru penggerak maupun dalam hal lain berkenaan dengan perkembangan pendidikan.  Saya juga ucapkan terimaksih kepada rekan CGP angkatan 8 yang senantiasa berkenan berbagi dan berkolaborasi dalam setiap tahapam PGP. Saya kali ini saya akan membuat rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran saya sampai saat ini pada program guru penggerak dengan berpedoman pada pertanyaan berikut ini. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan d

Garis Misterius

Anggap saja dihadapan kita ada sebuah papan tulis, di tangan kita spidol merek ternama memaksa kita untuk menggambar sebuah garis panjang di depan. Garis tersebut memanjang mulai ujung papan sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan. Jika diukur, menggunakan pengukur yang ada di meja, menunjukkan angka satu meter. Lagi-lagi tangan kita terpaksa membagi garis panjang tersebut menjadi tiga bagian. Bagian pertama dan ketiga hampir sama panjanganya. Namun, tangan kita membuat bagian yang kedua, yang berada di tengah lebih kecil. Bahkan sangat kecil dibanding yang lain. "Tahukah kalian?" tiba-tiba suara muncul. Reaksi kita tentu kaget. Lah, bagaimana tidak, persepsi kita pasti kalau ada suara tanpa ada sumber suara berarti itu... "Tahukah kalian?" lagi-lagi muncul. "Ehh, enggak. Enggak tahu," anggap saja kita menjawab demikian. "Garis di papan itu adalah garis waktu." "Eh. Eh,,, iya, " anggap saja kita akting gu