Awal mula tertariknya ketika ada seorang teman yang meng-update status di facebook merekomendasikan buku Hafalan Shalat Delisa. Siapa pengarangnya tanyaku. Disebutkan di sana ‘Tere-Liye’. Aneh. Nama yang aneh untuk seorang penulis dari Indonesia. Jadi aku mengira itu adalah buku karangan orang luar. Maka ku abaikan awalnya.
Beberapa waktu setelah itu saya pergi ke toko buku. Sebenarnya cuma iseng ingin lihat-lihat buku. Namun pas di rak buku tersebut, saya tertarik dengan buku yang direkomendasikan saat itu. Persis ada, ‘Hafalan Shalat Delisa’, Tere Liye. Wah, penasaran maka coba beli aja, siapa tau bagus.
Akhirnya terbeli dengan ke-tidaksengaja-an dan ke-iseng-an. Maka saya coba baca pun dengan ke-iseng-an di rumah. Membaca lembar demi lembar ternyata saya ketagihan. “Novel ini bagus!” seruku. Kenapa bisa? Iya, setiap kali kita membaca per halaman rasa penasaran tuk TAHU kisah selanjutnya itu muncul. Begitu terus hingga akhirnya satu bab terselesaikan. Dalam akhir-akhir tiab bab pun terasa atmosfer rasa penasaran tuk TAHU kisah selanjutnya itu muncul lebih besar. Maka bacalah lagi bab selanjutnya. Seakan terhipnotis, masuk ke dalam adegan-adegan di buku. Emosi, perasaan, segala nya seakan meluap-luap ketika membacanya. Ketika lucu, ikut tertawa, ketika gregetan pun juga, dan ketika sedih tak disangka mata pun sudah sembab.
Buku itu seakan mengacak-ngacak emosi saya. Semua perasaan bisa dibuatnya. Semua perasaan yang ingin penulis timbulkan dari cerita berhasil membuat pembaca pun merasakannya. Sungguh, seperti sebuah adegan hipnotis namun ini dari sebuah buku.
Maka di tengah emosi yang meluap-luap seketika saya langsung penasaran dengan si penulis. Siapa sih yang membuat sebagus ini. Saya buka lembar terakhir. Biasanya di buku-buku yang saya tahu halaman terakhir selalu memuat profil penulis. Namun, di situ gak ada! Jadi halaman terakhir bukunya cuma terdiri dari dua baris kalimat. Tentang akun goodreadsnya penulis, fanspage penulis, dan juga blog penulis yang sekaligus sebagai toko online buku-buku penulis. Sudah itu saja! Gambar unik, atau tata letak tulisan yang bagus gak ada. Jadi sederhana, dan menurut saya itulah uniknya. Misterius! Saya suka!
Wah, saya semakin penasaran dengan ini orang. Kenapa gak mau disebutkan profil dirinya? Justru profil penulis itu lah yang biasanya menjadi penentu orang mau beli atau tidak, mau baca atau tidak. Tapi orang ini berpikiran berbeda. Sehingga saya dibuat mencari-cari sendiri lewat berbagai alternatif di media sosial. Google, fanspage dan terakhir ke goodreads. Nah goodreads ini pun saya tau karena rasa penasaran sama orang ini. Ternyata ini website yang menghimpun semua pembaca dan penikmat buku di seluruh dunia. Karena rasa penasaran itupun yang membuat saya akhirnya membuat akun di goodreads.
Setelah punya akun, saya cari orang ini lagi. Tetap setelah ketemu pun profil orang ini masih gak jelas. Tapi ternyata buku-buku yang ditulis orang ini sudah banyak dan dari komentar-komentar orang-orang banyak yang juga menyukainya. Wah sepertinya saya yang terlambat. Hehe..
Di fanspage nya pun update-update an statusnya cukup menonjok dan luar biasa bermanfaat. Beliau menulis mengalir saja bagaikan air. Tak peduli gaya bahasa, tak peduli gaya sastra atau lainnya. Mengalir. Di situlah letak ke-khas annya.
Jadi buku pertama yang saya baca karangannya adalah ‘Hafalan Sholat Delisa’. Setelah itu kalau pergi ke toko buku mencari novel pastilah yang dicari pertama adalah buku tere-liye. HIngga akhirnya kalau gak salah hitung sudah ada 5 buku novel koleksi beliau di perpustakaan kecil kamar saya. Yang paling saya suka yang judulnya ‘Negeri Para Bedebah’, selanjutnya ‘Hafalan Sholat Delisa’.
Hingga beberapa waktu yang lalu akhirnya ada juga yang mengadakan acara yang mengundang si Tere Liye ini. Oh ya sebelumnya, sebelum saya menemukan pencarian di goodreads tentang sosok Tere Liye ini saya mengira penulis ini berjenis kelamin perempuan. Ternyata laki-laki. Hehe.. Itupun saya dapat dari komentar-komentar para pembaca bukunya.
Hingga akhirnya ada acara yang mengundang Tere Liye dan tentu saja saya ikut. Pertama karena suka karya-karyanya, dan kedua karena penasaran orang nya ini bentuk nya seperti apa sih. Haha…
Sampai pada saat acara, ternyata seperti ini toh orangnya. Sederhana, terlihat dari cara berpakaiannya. Tapi dari sikap dan karakter yang diperlihatkannya terlihat keras dan disiplin tinggi (menurut persepsi saya aja). Uniknya lagi kalau pemateri-pemateri itu memberikan materi-materi dengan slide atau dengan materi yang terpapar langsung, yang ini beda. Beliau dari awal sampai akhir acara hanya mendongeng. Hha… Mungkin karena ahli fiksi jadi isi materi yang ingin disampaikan selalu disampaikan dengan bercerita.
Keahlian itupun cerita beliau sudah tertanam mulai dari Kakek beliau yang sering mendongeng. Banyak sekali dongengan-dongengan si Kakek yang menjadi inspirasi beliau dalam menulis fiksi. Dan imajinasi-imajinasinya yang kreatif pun juga kemungkinan dari buah cerita dongengan Kakek beliau.
Yang paling saya catat dari acara itu adalah pesannya tentang siapa kita saat ini. Jadi, siapa kita saat ini adalah apa yang kita tanam 20 tahun yang lalu. Maka jika ingin menjadi sesuatu, tanamlah sekarang, siram dan rawat setiap hari dan rasakan hasilnya 20 tahun yang akan datang.
Komentar
Posting Komentar