Langsung ke konten utama

Kuakkan Faktanya!

oldbench1600wl0Di sudut bumi yang satu, kursi panjang itu berada di bawah pohon beringin. Tepatnya di pinggir taman kota. Ia selalu menjadi saksi. Saksi bisu atas terungkap hal terindah dalam sosok dua muda-mudi yang merajut hubungan. Malam ini dua muda-mudi itu kembali bertemu. Di sambut mesra orkestra alami dari bebunyian jangkrik yang mengelilingi ia. Tentu saja muda-mudi itu duduk rapih di atasnya.

“Sayang,”

“Kenapa sayang…?” ini cengkrama yang terdengar oleh kursi panjang.

“Sebenarnya dari dulu waktu kecil aku suka sama kamu say.. tapi karena aku masih kecil, ya aku gak berani ngasih tau. Takut dimarahin Bapak. Sekarang aku bahagia banget, udah gede dan akhirnya bisa pacaran sama kamu. Aku bahagia say…”

“Ooh..gitu,”

***

Haha… Udah gede! Itulah alasan yang dibuat-buat. Katanya kalau sudah pacaran itu berarti sudah gede. Kalau belum berarti masih anak ingusan. Ih..! teori darimana tuh. Saya belum pernah menemukan jurnal penelitian ilmiah yang mengatakan demikian. Haha…

Memang sebagian masyarakat kita sudah tergerus pemikirannya oleh pemikiran-pemikiran barat yang tidak sesuai dengan norma-norma islam. Menganggap pacaran itu boleh asalkan sudah 17+ . Itu makanya sebab ada program tivi yang dikategorikan 17+ Memangnya kalau sudah 17+ boleh melakukan apapun? Bebas gitu tanpa ada yang mengatur, tanpa ada batasan-batasan apapun. Termasuk pacaran?

Saya jadi teringat dengan kisah seorang guru ngaji saya yang menceritakan tentang bagaimana kehidupan di Amerika sono. Jadi kalau kalian sering lihat film-film hollywood yang ceritanya ada anak-anaknya, biasanya hampir semua anak itu sudah mengerti tentang gitu-gituan. Tapi tetap kalau mau melakukan harus sembunyi-sembunyi dari orang tuanya. Kalau ketahuan bisa dimarahin gitu.

Nah ketika sudah dewasa si anak tadi. Sudah diatas 17, kebalikan terjadi. Sang anak ini boleh bebas sebebas-bebasnya di sana. Boleh saja pacaran. Boleh saja membawa perempuan ke rumahnya, ya sampai ke kamarnya pun gak ada masalah. Kalau ketahuan orang tuanya, dan kemudian orang tuanya melarang sekaligus memarah-marahi justru si orang tua ini bisa dituntu ke pengadilan bung! Kenapa bisa? Iya, karena di sana kebebasan itu terjamin. Orang tua tadi telah mengekang kebebasan sang anak! Sang anak yang sudah berusia di atas 17 yang sudah memiliki hak penuh atas kebebasan dirinya. Wuh.. mau ngapain aja terserah deh pokoknya.

***

Si kursi kembali mendengarkan perbincangan mereka berdua. Sesekali melirik ke arah tangan salah satu mereka. Ah, dari yang tadinya cuma antara tangan dengan tangan, sekarang menjalar ke tempat lain!!

“Sayaaang…”

“Iya sayaaang kenapa… ?”

“Kamu tau.. aku itu selalu kesepian di rumah kalau gak ada kamu.”

“Serius sayang”

“Iya, masa sih muka kayak gini gak serius…?”

“Eh, iya serius deh…Hehe… ” sambil ada adegan cubit-cubitan.

“Aku jenuh sudah dengan tugas-tugas sekolah. Capek Say… makanya aku mau ngajak jalan kamu aja. Cari hiburan gitu supaya senang. Hehe…”

***

Ahaa…!! Ketahuan sudah! Ternyata pacaran itu cuma ajang hiburan. Haha.. pantas saja bagi mereka gak akan pernah mau pacaran yang selalu menyusahkan. Pokoknya si pacar harus sedia 2x24 jam buat mendengarkan curhatannya. Terus harus sedia kocek yang dalam buat traktir makan malam. Harus sedia kendaraan mewah lah supaya gak malu-maluin sama teman-teman yang lain. Kalau gak bisa terpenuhi itu semua, ya tinggal putusin aja. Sudah gak berguna lagi itu pacar, nyusahin aja. Cari lagi aja yang lain, yang lebih nyaman, lebih ‘gampang dibodohin’. Hahaha…

***

Angin semilir meniup pepohonan beringin itu. Memberikan sensasi dingin bagi mereka yang sedari tadi asyik dengan kegiatannya. Sang kursi terus setia menemani, mendengarkan, juga sesekali melirik. Kali ini salah satu dari mereka membuka buku kecil yang tersimpan dari dalam tasnya. Mengeluarkan pulpen, kemudian kembali berbincang. Oh ya, tetap, tangannya perhatikan, masih berkeliaran!

“Loohh,, gak boleh malas gitu dong sayaanng. Kita kan harus belajar juga supaya pintar. Supaya gak ketinggalana kelas. Supaya nanti bisa ngelanjutin kuliah di universitas favorit kita.”

“Oh iya ya Say… Kita kan punya universitas favorit yang mau kita tuju bareng-bareng. Ah, beruntung banget sih aku punya pacar kayak kamu Say. Selalu ngingatin aku buat selalu belajar. Duuhh…”

“Iya lah Sayy... kita harus saling mengingatkan dalam kebaikan dan juga kesabaran,” duh jadi ingat sesuatu.

“Wah itu kayak lagu ya say…”

“Hehee…iya.. gak tau juga tapi lagu apa…”

“Oh atau kamu mau aku nyanyiin lagu?”

***

Widiiih…. bisa jadi sumber motivasi belajar lho pacar kalian itu. Benar saja kok, cari aja pacar yang rangking terus, yang sering maju ke depan ngerjain soal di papan tulis, yang sering jadi ketua kelompok kalau lagi ada kerja kelompok. Nah dengan demikian kalian jadi gampang sekolah, ada PR? kerjain aja sama dia. Biar enak lagi kerjain bareng, duh enak tuh, PRnya gak tekerjakan malah asyik yang lain. PRnya gak terselesaikan malah menyelesaikan aktivitas lain.

Di sekolah jadi paling cepet datang, paling lambat pulang. Tentu saja demi si dia. siapa lagi? Saat belajar, sibuk banget deh mikirin si dia. Tulis-tulis di kertas kecil, terus di oper estafet sampe ke si pacar. Lanjut deh balas-balasan surat, materi pelajaran? Ah itu gampang, nanti pulang bisa saja belajar lagi bareng.

Jadilah belajar dan menuntut ilmu karena pacar. Itu pasal dalam undang-undang perpacaran seluruh Indonesia.

Itu baru masalah pelajaran yang dilakukan demi pacar. Gimana kalau masalah ibadah. Duh ini kebablasan. Jadi sholatnya karena si dia. Ngajinya juga karena si dia. Pas dia lewat di depan rumah, pura-pura ngambil qur’an terus baca deh di depan rumah. Pas di ke mushola sholat jama’ah bergegaslah juga ke mushola, ambil sarung kopiah dan berjalanlah di jalan yang biasa ia lewati. Nah!

Kesimpulannya beribadahnya menjadi karena dia bukan Dia. Yang paling serem, jika Allah memalukan kita dengan hardikan, “Mintalah balasan amalmu padanya. Kemarin kan kau sholat tahajud karenanya? apa dia bisa membuatmu masuk surga? sekarang, mintalah kepadanya agar memasukkan kamu ke surga? apakah ini surganya?” Ingat hadits tentang niat.

***

Setelah satu alunan lagu yang cukup sumbang, mereka kembali melanjutkan cengkarama. Masih tetap di bawah pohon beringin, duduk di kursi taman bercat putih. Memainkan kata yang terucap dari lisan, pun juga memainkan tangan yang terlepas dari jeruji keamanan.

Sudah satu jam lebih mereka di sana. Mulai merasa bosan mungkin saja terjadi. Sang kursi pun mulai lelah menahan mereka berdua. Mendengar celotehan mereka berdua.

“Sayang…”

“Iya kenapa Sayy…”

“Kita sudah pacaran cukup lama kan? sudah saling mengenal gitu…”

“Iya saayy… aku kenal banget sekarang sama kamu,”

***

Bohong! Dusta! Dua muda mudi yang berpacaran jelas tidak akan mengetahui semua tentang pasangannya. Mereka tidak mengenal lebih dalam pasangannya. Karena apa? Iya, karena mereka berdua tidak pernah jujur. Selama status mereka masih berpacaran, tidak mungkin lah membeberkan kekurangan-kekurangan mereka. Yang ada setiap bertemu, selalu berdandan dengan pakaian rapi dan wangi. Tak lupa rambut disisir ke kiri. Kemudian berbicara pun yang baik-baik guna mengangkat derajat diri. Ya, semua cuma topeng yang dipakai tuk menutup-nutupi kekurangan-kekurangan yang ada. Sudah jelas, supaya laku!

“Selama pacaran,” kata Ust Salim yang mengutip Ustadz Anis Matta dalam himpunan ceramah pernikahannya, “Mereka berpikir untuk saling memahami. ”

“Padahal,” kata Fikri Habibullah dalam bukunya Tuhan Izinkan Aku Pacaran, “yang terjadi bukanlah demikian. Lebih kerasnya kita bisa katakan, ‘mereka berusaha untuk tampil lebih baik dari sebenarnya.’ Bukan sebagai perbaikan diri, tapi lebih kepada penopengan diri. Selalu menutup kekurangan-kekurangan, dan menonjolkan kelebihan-kelebihan.” Iyap benar! Supaya laku! Supaya pelanggan tetap setia!

***

“Sama Say..aku juga semakin kenal sama kamu setiap hari..”

Daun-daun berjatuhan. Sesekali mengenai mereka berdua, kemudian turun perlahan ke kursi yang akhirnya jatuh ke rumput hijau di bawah karena tertiup angin. Satu dua orang lewat di taman itu. Mungkin banyak yang baru pulang dari kantor mereka, atau juga ada yang sedang sekedar jalan-jalan malam menikmati indahnya suasana taman di malam hari yang bertabur bintang.

“Hemm….”

“Hemm kenapa…”

“Boleh kitaaa…..”

“E..eeee…mmm ?”

“Kau tau maksudku kan Saayy.. kita kan sudah lama sekali pacaran, tapi belum pernah.”

“E…eeee…mm.. gimana yaa.. aku takut Say…”

“Kenapa? kan kita sudah lama pacaran. Status kita jelas kamu pacar aku dan aku pacar kamu. Ya kan? Apalagi terus…”

“…..”

“Mau yaa…”

“…..”

Sang kursi melihat. ia menjadi saksi atas kebobrokan moral dua muda mudi tadi. Tempat itu sepi, hanya satu dua orang yang lewat, itupun selisih sekitar setengah jam. Sepi itulah yang memfasilitasi. Malam yang gelap pun juga ikut membantu. Gemerlap bintang. Dedaunan yang jatuh dari pohonnya kini semua menyaksikkan tak luput juga Sang Pencipta itu semua.

***

Status apa yang didapat dari pacaran. Status pacaran itu tak pernah di akui. Iya cuma khayalan saja berstatus dengan si dia. Sejatinya gak ada status yang jelas dari yang namanya pacaran. Sehingga setelah semua terjadi, titik klimaks dari aktivitas ini, maka apa yang mau dituntut? Toh statusnya masih pacaran, tak ada hukum yang memayungi kalau sang pacar harus bertanggung jawab terhadap hasil perbuatannya. Gak ada. Gampang sekali bagi sang lelaki kemudian kabur begitu saja meninggalkan pasangannya setelah puas. Toh statusnya masih ambigu, gak jelas, cuma pacar yang parameter nya juga gak jelas. Ah, apalagi bicara komitmen dalam pacaran. Gak ada tuh! Kalau suka dipacarin kalau udah bosen ditinggalin. Gampang kok!

Nah saya mau mengutip lagi kata-kata Mas Fikri Habibullah, “Pacaran adalah manifestasi terbesar bagi jiwa-jiwa yang pengecut dan-maaf- pecundang. Ya. Benar-benar ciut nyali. Karena ia takut untuk menanggung hidup berumah tangga dengannya. Yang lebih licik dan bodoh, ia bersegera menikmati sisi-sisi indah dalam hubungan dua insan dalam kutub yang haram. Benar-benar pengecut!”

***

Di sudut belahan bumi lain. Di ruangan cukup luas di sebuah gedung sekolah, seorang pemateri sedang membeberkan fakta menyesakkan. Fakta tentang penelitian yang dilakukan oleh KPAI dan Yayasan Hotline Pendidikan, di depan semua peserta seminarnya,

1. KPAI (2008) merilis data 93,7 pernah ciuman, petting ,dan oral seks | 62,7% remaja berhubungan seks | 21,2% pernah aborsi

2. Ketua KPAI sempat menyampaikan pada tahun 2012 tentang remaja pacaran | 92% pegang tangan, 82% ciuman, 63% petting dengan pasangan

3. Baru baru ini di Surabaya diadakan survey oleh yayasan hotline pendidikan | “44% pelajar setuju pacaran disertai hubungan seks”

 

*Ini merupakan tulisan yang akan dimuat di buku saya selanjutnya (belum melalui proses editing sebenarnya ini), InsyaAllah, Ini di awal buku. Nanti bukunya mau dinamain JOKERSH (Jomblo Keren Sampai Halal). Nantikan! Open-mouthed smile

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Ali dan Fatimah

hai terima kasih udah mendengarkan dan sabar ya, dia gak akan kemana-mana kok, yang udah dituliskan di tinta-Nya, pasti akan ketemu, meskipun kamu sekarang keesepian, melihat teman2 udah gak sendirian, tapi kamu hebat kok, bisa menjaga cuma untuk yang halal nanti, sabar ya, tapi semesta tau, kalo kamu pengen banget diperhatiin, disayangin, dimanjain, ngeliat temen lain udah pada dapat itu, gapapa kok, bertahan aja, gak usah iri, apalagi sama pasangan yg belum halal, ohya, kamu tau kisah cinta palng romantis beberapa abad yg lalu? mereka berdua sama-sama bersabar, menahan rasa yg terus membuncah, padahal rasa itu tumbuh udah mulai kecil,

3.1.a.8.2. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Saya Muhammad Fajri Romadhoni, S.Kom calon guru penggerak Angkatan 8 dari SMPIT Ar Rahman Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.  Saya ucapkan terimakasih kepada Fasilitator yaitu Bapak Subiarto, M.Pd yang telah membimbing dan senantiasa memotivasi dalam setiap tahapan belajar saya dalam menempuh Pendidikan Guru Penggerak.  Saya juga ucapkan terimakasih kepada pengajar praktik Bapak Alfian Wahyuni, S.Pdi yang selalu mendampingi dan menjadi teman berbagi baik saat menempuh Pendidikan guru penggerak maupun dalam hal lain berkenaan dengan perkembangan pendidikan.  Saya juga ucapkan terimaksih kepada rekan CGP angkatan 8 yang senantiasa berkenan berbagi dan berkolaborasi dalam setiap tahapam PGP. Saya kali ini saya akan membuat rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran saya sampai saat ini pada program guru penggerak dengan berpedoman pada pertanyaan berikut ini. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan d

Garis Misterius

Anggap saja dihadapan kita ada sebuah papan tulis, di tangan kita spidol merek ternama memaksa kita untuk menggambar sebuah garis panjang di depan. Garis tersebut memanjang mulai ujung papan sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan. Jika diukur, menggunakan pengukur yang ada di meja, menunjukkan angka satu meter. Lagi-lagi tangan kita terpaksa membagi garis panjang tersebut menjadi tiga bagian. Bagian pertama dan ketiga hampir sama panjanganya. Namun, tangan kita membuat bagian yang kedua, yang berada di tengah lebih kecil. Bahkan sangat kecil dibanding yang lain. "Tahukah kalian?" tiba-tiba suara muncul. Reaksi kita tentu kaget. Lah, bagaimana tidak, persepsi kita pasti kalau ada suara tanpa ada sumber suara berarti itu... "Tahukah kalian?" lagi-lagi muncul. "Ehh, enggak. Enggak tahu," anggap saja kita menjawab demikian. "Garis di papan itu adalah garis waktu." "Eh. Eh,,, iya, " anggap saja kita akting gu