Langsung ke konten utama

Menerjang Dingin

Sebuah perjuangan yang pastinya ga bakalan terlupakan oleh kami berempat..
        
      
       Alkisah ada empat remaja yang sedang menikmati akhir minggu nya bersama teman-teman se-prodinya di daerah yang bernama pelaihari.

        Pada saat malam pun tiba mereka berempat teringat akan amanah yang sedang di emban, yang lebih tinggi prioritasnya , yang lebih tinggi tingkat timbal baliknya, lebih tinggi manfaatnya, lebih tinggi imbalannya dari pada amanah yang ada di tempat itu. "Besok, seperti rencana kita. kita berangkat dari sini jam empat pagi yaa...sholat subuh di jalan aja ", kata salah satu remaja itu sebut saja doni. "Jangaan..ngapain sholat di jalan..meskipun jalanan waktu itu sepi, tapi jangan subuh di jalan donk, nanti klo tiba-tiba ada truk lewat kan jadi ga khusyuk, pengen cepat2 selesai aja nanti sholatnya ", sahut remaja lainnya yang kali ini bernama shaufi. "Ah,,,mauk ikam fi ae.
.begayaan taruss..ngapain jua kita sholat di jalan..maksudnya sholat di masjid pada saat perjalanan.", sahut remaja lainnya lagi yang ini bernama rustam. "Hi ih..bujur tu...pas kita lagi di jalan tu nah, mun masuk waktu adzan singgah ae setumat di masjid", kali ini namanya rayenn, eh salah ryan maksudnya. "Ya udah jangan ribut. kena begarakan tahajud lah jam setengah tiga an, jadi hbis tu langsung siap2 ja".

        "Don,,don..bangun si..suda jam dua nah ". "Hmmm....jam berapaaa?", tanya doni sambil menggosok2 matanya. "Jam dua sudah,,,jui banguun.". "Heee em...".

        Setengah jam berlalu. "heeeehh,,,,,ayoo bangunan heh....dihadangi bagiannya tu nah sudah di mushola....jam empat dah.", suruh rustam dengan sedikit berbohong, yang aslinya masih pukul setengah tiga. "Haaa...jam empat ??", dengan gaya seperti spiderman, si doni meloncat dari tidurnya. "Ayoo....q tunggu di mushola lah"...
     
        Selesai sholat doni teringat akan kopi bungkusan yang di beli rustam tadi sebelum berangkat ke sini. Membuat kopi, membunuh rasa kantuk dan menyegarkan mata kami, sambil menunggu pukul empat.
      
        Semua siap, si rian yang bangun terakhir juga sudah siap. Baju, Jaket, sweater, apapun yang bisa menahan dingin kami pakai. Memang sebelumnya sudah disepakati bahwa mereka bakalan pulang pagi-pagi, maka mereka membawa jaket yang berlapis-lapis dan tebal. Sarung tangan siap, slayer buat nutup leher juga siap, kopi tadi sudah di minum. Semua siap, tinggal berharap dalam perjalanan enggak beku dan tiba-tiba gak bisa ngerem karena si rider kakinya udah ga bisa digerakin lagi.
    
       Dingiin, gelap, ngantuk itu yang dirasakan rider dalam perjalanan. Tapi dengan semangat juang yang tak kenal lelah mereka tetap melawan halangan-halangan itu. Hingga akhirnya di tengah perjalanan salah satu remaja memberikan usul. "Heei,,heii..ini harus di abadikan....ayooo,dokumentasi-dokumentasi...". "He eh....pas di bundaran depan tu gin..kita berenti setumat..". "siipp,,sippp...".

       Sampai di bundaran yang dibicarakan, suasana terlihat sangat sepi. Hanya beberapa kendaraan saja yang lewat. itu pun jarak antar kendaraan satu dengan yang lainnya sekitar 5 menit. Jadi cuma ada satu kendaraan setiap 5 menit di situ. "Ayooo....kamera hapenya siapa yang bagus...lajui...". "seikung-seikung dulu gin...lumayan buat PP fesbuk , hahaha". Dan setelah melakukan rapat internal yang cukup rumit dan ruwet untuk menentukan siapa yang pantas untuk mengorbankan hape nya untuk dijadikan kamera diputuskan hape nya rian lah yang dijadikan korban, karena dianggap paling berkompeten dan paling siap dalam menyelesaikan masalah yang cukup kompleks ini. Dan inilah hasilnya .



            kami berempat menerjang dinginnya pagi dengan tekad untuk memenuhi sebuah kepercayaan yang diberikan kepada kami. Mengorbankan kesenangan bersama teman-teman dan berangkat memenuhi janji. Di Banjarbaru kami adalah panitia inti sebuah acara, dan para panitia diwajibkan kumpul pagi hari pukul 6. Dengan tidak melepas amanah yang diberikan kami berempat, kami menjadi panitia setengah hari pada acara super camp ilmu komputer 2011 kemudian menjadi panitia lagi di acara penutupan mentoring 2011. Sungguh pengorbanan yang tidak sia-sia karena acara tersebut sukses. Pagi itu menjadi pagi yang tak akan dilupakan, dan akan menjadi kisah yang cukup menarik bagi para generasi berikutnya.
     

   

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Ali dan Fatimah

hai terima kasih udah mendengarkan dan sabar ya, dia gak akan kemana-mana kok, yang udah dituliskan di tinta-Nya, pasti akan ketemu, meskipun kamu sekarang keesepian, melihat teman2 udah gak sendirian, tapi kamu hebat kok, bisa menjaga cuma untuk yang halal nanti, sabar ya, tapi semesta tau, kalo kamu pengen banget diperhatiin, disayangin, dimanjain, ngeliat temen lain udah pada dapat itu, gapapa kok, bertahan aja, gak usah iri, apalagi sama pasangan yg belum halal, ohya, kamu tau kisah cinta palng romantis beberapa abad yg lalu? mereka berdua sama-sama bersabar, menahan rasa yg terus membuncah, padahal rasa itu tumbuh udah mulai kecil,

3.1.a.8.2. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,  Saya Muhammad Fajri Romadhoni, S.Kom calon guru penggerak Angkatan 8 dari SMPIT Ar Rahman Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan.  Saya ucapkan terimakasih kepada Fasilitator yaitu Bapak Subiarto, M.Pd yang telah membimbing dan senantiasa memotivasi dalam setiap tahapan belajar saya dalam menempuh Pendidikan Guru Penggerak.  Saya juga ucapkan terimakasih kepada pengajar praktik Bapak Alfian Wahyuni, S.Pdi yang selalu mendampingi dan menjadi teman berbagi baik saat menempuh Pendidikan guru penggerak maupun dalam hal lain berkenaan dengan perkembangan pendidikan.  Saya juga ucapkan terimaksih kepada rekan CGP angkatan 8 yang senantiasa berkenan berbagi dan berkolaborasi dalam setiap tahapam PGP. Saya kali ini saya akan membuat rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran saya sampai saat ini pada program guru penggerak dengan berpedoman pada pertanyaan berikut ini. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan d

Garis Misterius

Anggap saja dihadapan kita ada sebuah papan tulis, di tangan kita spidol merek ternama memaksa kita untuk menggambar sebuah garis panjang di depan. Garis tersebut memanjang mulai ujung papan sebelah kiri hingga ujung sebelah kanan. Jika diukur, menggunakan pengukur yang ada di meja, menunjukkan angka satu meter. Lagi-lagi tangan kita terpaksa membagi garis panjang tersebut menjadi tiga bagian. Bagian pertama dan ketiga hampir sama panjanganya. Namun, tangan kita membuat bagian yang kedua, yang berada di tengah lebih kecil. Bahkan sangat kecil dibanding yang lain. "Tahukah kalian?" tiba-tiba suara muncul. Reaksi kita tentu kaget. Lah, bagaimana tidak, persepsi kita pasti kalau ada suara tanpa ada sumber suara berarti itu... "Tahukah kalian?" lagi-lagi muncul. "Ehh, enggak. Enggak tahu," anggap saja kita menjawab demikian. "Garis di papan itu adalah garis waktu." "Eh. Eh,,, iya, " anggap saja kita akting gu